Sampailah mereka ditempat yang dituju Felix. Itu hanya sebuah Mini Market kecil dengan pemandangan laut indah didepannya. Disana juga sangat rindang karena banyak terdapat tanaman hias beserta Pohon-pohon sebagai tenda alam.
Pertama Felix membawa Lya masuk Minimarket itu untuk membeli beberapa minuman serta cemilan.
Disana terasa sangat sepi. Seperti tak ada pengunjung di Mini Market itu."Bukankah akan rugi kalau menyediakan banyak barang sementara disini sepi pengunjung? Lalu, kulihat ada truk pengangkut barang tadi" gumam Lya sambil memegang dagunya.
"Aku meminta seluruh area ini ditutup untuk pengunjung selama 3--2 hari kedepan" jelas Felix seraya membawa snack-snack, minuman serta makanan lain di keranjang.
Mereka lalu duduk di sebuah tempat duduk tanpa senderan depan MiniMarket itu.
"Kamu yakin gak ngerasa rugi? Menutup seluruh area yang luas ini untuk 3 hari??"
Karena tak pernah kaya, Lya jadi tak bisa mengerti sistem menghambur-hamburkan uang dan waktu para anak kaya itu.
Itu sangat disayangkan baginya."Tak apa, ini sudah biasa terjadi ketika keluargaku akan melakukan piknik bersama disini" ujar Felix membuat mulut Lya tak bisa menutup.
Felix lalu membuka satu persatu snack dan makanan yang dibelinya. Meski awalnya enggan namun akhirnya Lya pun ikut memakannya.
Gadis ini memang lemah dalam menghadapi nafsu makannya.Felix lalu menceritakan pada Lya tempat-tempat apa yang ada disana.
"Bukit itu adalah Bukit Herold. Namanya sama seperti nama Kakek Buyutku yang mendirikan tempat ini" Tutur Felix seraya menunjuk pada sebuah Bukit di sebelah Barat mereka.
"Itu juga adalah---"
Lya pun mendengarkan semua cerita Felix dengan seksama. Meski pikirannya terus bertanya, sebenarnya apa yang coba Felix lakukan saat ini?
Apa dia ingin memamerkan tempat-tempat yang keluarganya miliki?
Akhirnya Lya pun menanyakan hal yang mengganggunya itu.
"Kenapa kamu memberitahuku semua itu?"Felix menghela nafasnya. Bibirnya manyun hingga menunjukkan dengan jelas ekspresi kecewanya.
"Kenapa kamu selalu menaruh curiga padaku? Kamu itu hanya harus duduk santai dan menerima Tour gratis tanpa lelah dariku"
Lya melayangkan tatapan tanpa arti pada Felix. Angin yang sedari tadi selalu berhembus kala ini terasa menjadi lebih kuat.
"Karena ini kamu"
Rambut Lya yang beterbangan menutupi wajahnya saat ia mengucapkan kalimatnya.Raut wajahnya pun tersembunyi dari penglihatan Felix. Terlebih karena Lya menundukkan kepalanya.
Ini memang sulit... apalagi karena berhubungan dengan sebuah kesan. Kesan yang melekat padaku dipikirannya. Pikir Felix.
Angin kencang itupun berlalu. Lya mengangkat kembali kepalanya. Matanya bersinar melihat yang ada di depannya.
Kini Felix tengah duduk menghadap lautan. Kedua tangannya menahan badannya di belakang.
Ia merasakan lagi perasaan yang sama seperti saat ia melihat Felix seusai menerima Telfon semalam. Hanya saja Raut wajahnya kin8 lebih cerah.Dia juga menampilkan senyuman di mulutnya. Tapi yang ditampilkan dari pemandangan itu justru kesedihan.
Lya pun menyadari, belakangan semenjak ia mulai dekat dengan Felix, dia memang sering melihat Felix memberikannya senyuman.
Ingatan saat SMP pun turut mengalir juga. Saat dibeberapa waktu dia melihat Felix tersenyum padanya. Waktu itu dia mengira senyuman Felix seperti sebuah ejekan padanya. Tapi ketika ia ingat-ingat lagi, rasanya itu menjadi semakin abstrak. Itu membuat Lya tak dapat lagi membedakan senyuman apakah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Youth
Fiksi RemajaZelda Alyana hanya ingin segera lulus SMP dan memulai kehidupan barunya. Ia ingin terlepas dari masa SMP nya yang penuh dengan derita akibat kejahilan teman-teman sekelasnya. Terutama terhadap Felix Aras Mikaela, pelopor Gerakan Mengganggu Alyana. S...