10. Sleep on my Shoulder

8 0 0
                                    

"Tenanglah, dia hanya tertidur. Kamu tak perlu terlalu khawatir" kata Dokter yang menangani Felix.

Lya akhirnya bisa bernafas lega. Perjuangannya membawa Felix ke Rumah Sakit tak sia-sia. Ia sangat takut terjadi sesuatu pada Felix.

"Sepertinya dia tak tertidur selama beberapa hari. Istirahat yang cukup akan memulihkannya kembali" pesan dokter itu kemudian meninggalkan keduanya.

Lya pun duduk di kursi samping ranjang Felix. Matanya memandang khawatir orang yang terbaring didepannya ini.

"Kamu ngapain aja si sampe ga tidur berhari hari?" Tanya Lya dengan lembut.

Tentu saja, tak ada jawaban. Lya bertanya pada orang yang tertidur lelap.

"Tadi pagi juga, kamu kenapa ngomong gitu ke aku? Kita temen kan?" Kali ini kata-katanya penuh dengan harapan. Berharap Felix mendengar ucapannya walau sedang tertidur.

Ponsel Lya lalu berbunyi nyaring mendapat telefon dari Mamanya. Ia lupa men diamkan volume ponselnya. Lya pun keluar ruangan agar tak mengganggu pasien lain disana dan yang terpenting ia tak sampai membangunkan Felix.

"Iya Ma ada apa?" Ucap Lya menjawab telfonnya

"KAMU DIMANA SEKARANG? UDAH JAM SEGINI BELUM JUGA PULANG" Umpat Mamanya dengan nada memarahi.

"Emm Ma Lya sekarang lagi--"

"SEKARANG" kata Mamanya dengan singkat, padat dan jelas juga mutlak alias harus segera dilaksanakan.

Mau tak mau Lya pun harus pulang saat ini juga. Ia berjanji pada dirinya bahwa ia akan segera kembali kesini setelah menjelaskan semua pada orangtuanya dan mendapat ijin.

Untungnya Lya dapat memenuhi janjinya. Orangtuanya mau memberi Ijin. Kini Lya tengah berlari agar bisa lebih cepat sampai di ruangan Felix.

Sesampainya disana, dia melihat Alfred berdiri disamping Felix. Felix sudah terbangun. Terlihat seperti mereka akan segera pergi dari sini.

"Kamu udah bangun... harusnya kamu tidur lebih lama. Kamu ga tidur berhari-hari..." ucap Lya khawatir.

"Aku udah ga apa" jawab Felix kemudian bangkit dan pergi berjalan dengan tergesa.

Lya ingin menghentikannya. Tapi ia tak bisa. Dia tak mempunyai kekuatan dan hak. Lya pun menjadi sedih.

Dia udah ga suka lagi sama aku? Ga mau temenan lagi sama aku? Aku salah apa sih? Batin Lya.

Alfred datang menenangkan Lya yang jelas terlihat sedih.
"Dia memang harus pergi. Ada acara penting yang harus dia hadiri. Dia harus sedikit berpidato disana" Jelas Alfred.

Jadi itu sebabnya, dia sampe ga tidur berhari-hari. Karena nyiapin buat pidato itu. Dan juga mungkin beberapa hal penting lain. Tapi bisa kan sempetin waktu untuk tidur. Bikin orang khawatir aja. Batin Lya.

Begitulah, sampai akhir Lya belum berkesempatan menanyakan soal sikap Felix padanya. Tidak, ini bukanlah akhir. Masih ada hari esok, atau waktu yang lain kalau diwaktu sekarang belum bisa. Lya tak ingin berhenti sampai ia bisa mengerti.

Karena walau ia berhenti dan melanjutkan hidup indahnya kini, itu masih tetap tak akan sama seperti dulu. Perasaan kacau yang dirasakannya saat liburan akan terus menghantui terlebih ketika ia melihat sosok Felix disekolah.

"Ly... Lya..." panggil Citra membangunkan lamunan Lya.

"Kamu kenapa si Ly, akhir-akhir ini sering banget ngelamun. Kamu mikirin apa?" Citra yang penasaran pun menunggu jawaban Lya, tapi Lya tak menjawabnya. Ia hanya terdiam dengan tatapan sendu.

Our YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang