Dating Express

30 2 1
                                    

Semenjak dari Puskesmas, seperti ada sesuatu hal yang sedang terjadi padaku.

   Entahlah, ini seperti aku yang terlalu riang atau aku memang bodoh saja. Semua hal yang terjadi dalam kehidupanku tampak lebih berwarna, sehingga menjadi lebih murah senyum.
  
   Selain itu, kegiatan makan bersama tampak berbeda dari biasanya. Aku menjadi lebih bersemangat untuk makan. Disela-sela jam makan kami semua memang harus rapi, teratur, dan tidak berisik. Namun pada saat itu pula kesempatanku untuk mencuri-curi pandang.
 
   Aku sengaja mempercepat makanku, seolah seperti tidak mau kehilangan waktuku. Terkadang, ketika aku tertangkap basah dan mata kami saling bertatapan aku menjadi salah tingkah sedangkan dia hanya tersenyum sambil menutupi wajahnya seolah sedang mengatakan “aku menangkapmu si pencuri pandang”.

Jam makan siang berakhir, kami semua bergegas kembali ke asrama masing-masing. Aku sudah sangat tidak sabar untuk segera mengirimi dia pesan. Karena aku telah menemukan rencana yang tepat untuk kami.

   Awalnya aku ragu untuk mengirimi dia pesan, sehingga pesan yang telah kutulis tidak henti-hentinya kuhapus kembali. Pikiranku benar-benar berkecamuk, aku bingung harus mengawalinya dengan pesan apa.

   Ketakutan akan tidak dibalas, diabaikan, atau bahkan aku salah terus menerus menghampiri. Namun motivasiku dalam melancarkan rencana ini jauh lebih besar daripada ketakutanku, sampai pada akhirnya aku nekat.

   Meskipun jari-jari ini berat sekali untuk menekan tombol send, tapi aku harus melakukannya.

“Lebih baik gagal daripada tidak sama sekali”, ujarku dalam hati.

Perlahan kutulis ulang kalimatku dengan seksama dan hati yang berdebar.

“Lia, kamu masih ada perban kah ?, aku mau ganti perban kakiku tapi punyaku habis nih!” kataku melalui pesan singkat.

   Sontak saja, aku senang sekali karena dia membalas pesanku dengan cepat.

“Wah sama, punyaku habis juga nih tadi habis dipakai sama anak-anak”, jawab Lia

   Hal pertama yang kulakukan adalah membuka ramalan zodiakku, karena aku merasa hari ini sangat beruntung sekali. Jawaban dari pesan Lia benar-benar sesuai sekali seperti scenario yang ada dalam kepalaku.

   Aku sengaja tidak segera membalas pesannya, karena aku sedang menikmati euphoria kebahagian ini. Aku khawatir jika aku segera membalas pesannya nanti aku justru mengacaukan alurnya, karena aku benar-benar sudah tidak sabar. Sembari menikmati euphoria ini, aku sengaja mencari pekerjaan melipat baju sambil berangan-angan mengenai rencana yang telah kususun.

“Aduh padahal aku harus segera mengganti perbanku ini.” Jawabku sambil menggunakan emoticon sedih.

“Tadi aku dengar dari anak-anak, katanya malam ini ada pasar malam. Mereka berencana mau kesana, gimana kalau aku belikan dulu nanti malam?”, jawab Lia

   Untuk kali ini aku tidak perlu berpikir panjang, karena hal ini benar-benar tepat sekali sesuai rencanaku.

“Ummm…boleh Lia, tapi gimana kalau aku juga ikut?”, jawabku sambil senyum-senyum kegirangan

“Emang kamu bisa jalan kesana, aku gak maul oh kalau harus gendong kamu?” jawabnya sambil meledekku.

“Aku bisa kok jalan dan gak harus digendong, tapi digandeng”, timpalku sambil menggoda Lia

“hahaha kamu bisa aja”,  jawab Lia

   Entahlah, aku senang sekali, rencanaku berhasil berjalan dengan mulus tanpa hambatan seperti jalan Tol.

“Bisa dong ya, tapi nanti malam jam berapa kita kesananya?” jawabku

“Sehabis makan malam aja nanti kita kesana, nanti aku tungguin di depan sekretariat!”, jawab Lia

“Baiklah, jangan lupa pake baju biru ya”, perintahku

“Emang kenapa kok pake baju biru?”, tanya Lia

   Aku sengaja tidak membalas pesan terakhirnya agar dia penasaran, meskipun sebenarnya aku juga sangat ingin membalasnya.

Pangeran KancilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang