First Date

30 2 0
                                    

   Tepat pukul 18.00 wita, hujan turun. Panik dan khawatir akan rencana untuk pergi keluar bersama tidak terlaksana karena mendadak hujan.
   Sebenarnya ketika sore hari sudah kelihatan sih langitnya mendung, tapi kuperkirakan hujannya tengah malam. Tak disangka-sangka ternyata hujannya jauh lebih cepat dari yang kuperkirakan. Namun aku tetap optimis dan berpikir ini bukanlah masalah karena hujan juga pasti reda.

   Sampai saat jam makan malam sebelum berangkat ke ruang makan, tiba-tiba handphoneku berbunyi.

   “Hujan nih”, kata Lia melalui pesan singkat

   Aku tidak bergeming, hanya membacanya saja tanpa terprovokasi oleh apa yang dia katakan. Berjalan keruang makan, sambil berangan-angan mengenai baju apa yang akan dia kenakan.

   Setibanya diruang makan, aku benar-benar terkejut. Ternyata dia tidak mengindahkan apa yang kukatakan, dia mengenakan jaket kuning bergambar tokoh kartun kesukaannya dengan mata yang besar.

   “wah dia benar-benar mencari perhatianku kalau begini namanya”, gumamku dalam hati

   Sepanjang waktu makan aku sama sekali tidak ada memerhatikan dia, hanya sesekali saja memandang sehabis itu buang muka. Aku benar-benar sedang menunjukkan ekspresi bahwa aku sedang marah.
   Selesai makan malam, aku mengambil handphone dan bermaksud untuk membalas pesannya. Namun sebelum itu terjadi dia sudah mengirimiku pesan terlebih dahulu ternyata.

   “Cie marah ya”, goda Lia

   Sepertinya dia menyadari perubahan sikapku selama di ruang makan tadi.

“Enggak kok, aku enggak marah”, balasku

“yaudah yuk, mumpung hujannya sudah reda nih. Aku tunggu di depan ya”, jawabnya

   Disini hatiku benar-benar bercampur aduk, antara bahagia dan gengsi karena tadi aku sedang marah.

   Terus terang, aku ingin sekali membatalkan pertemuan ini. Karena aku benar-benar jengkel sekali dia tidak mengindahkan perkataanku. Tapi aku ingin sedikit menghargai dia, sehingga aku ingin menemuinya dulu, setelahnya kubatalkan. Aku juga sudah mempersiapkan alasan yang tepat untuk membatalkannya.

   Aku beranjak keluar asrama, namun yang terlihat sungguh luar biasa. Benar-benar diluar dugaanku, mendadak seluruh rencanaku runtuh seketika.

   Kirana, dia ada disana bersama Lia. Jika rencanaku kali kugagalkan maka dia adalah alasannya. Sayang, kami memang belum saling mengenal. Namun lamunanku terhenti seketika aku melihat Lia, dia mengenakan baju biru kotak-kotak.

   Aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya berjalan biasa menuju arahnya dengan muka tegang, grogi, dan campur aduk. Suasana mendadak cair ketika dia mengeluarkan sepatah kata.

“yuks..”, kata Lia

   Aku hanya mengangguk dan berjalan disamping kanannya agak lebih didepan sedikit. Langkahku seperti ingin cepat sekali, tapi kakiku sedang sakit.

   “Sudah gak marah lagi kah sekarang?”, tanya Lia sambil berjalan disampingku

   Aku tidak menghiraukan pertanyaan dia, seketika aku mengganti topic pembicaraan.

   “Umm kamu kok beda?”, tanyaku

   “Apanya yang beda?”, jawabnya sambil melihat-lihat dirinya seolah ada yang salah

   “Ummmm…tidak, sepertinya hanya perasaanku saja”, jawabku setelah memandang seluruh darinya

   “Apa na kasih tau dong”, jawabnya sambil merengek karena penasaran.

Pangeran KancilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang