Bingung

33 2 1
                                    

Setelah beberapa saat, aku menyadari apa yang telah aku lakukan adalah hal yang tidak benar.

Aku tahu ini tidak bisa untuk dibenarkan, tapi hatiku benar-benar sangat sesak rasanya. Aku samasekali tidak mengetahui bahwa Lia mempunyai kekasih, di luar dari kemungkinan bahwa itu benar atau tidak.

Aku tidak peduli, aku benar-benar tidak mau, aku benci mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, bahkan sekalipun mereka sudah putus maka aku hanya sebagai pelampiasan atau pelarian, atau jika mereka belum putus maka aku adalah bibit dari keputusannya dengan pacarnya. Aku benci mengetahui kenyataan yang seperti ini.

Suasana di asrama sangat tenang, karena mereka semua sedang istrirahat tapi tidak dengan isi kepalaku, mereka bising. Aku tidak menyukai kegagalan, aku butuh hasil yang sempurna dan ini samasekali tidak sempurna. Persetan dengan kata-kata bijak yang mengatakan bahwa masa lalu seseorang bukan hal yang penting, yang terpenting dengan siapa dia sekarang.

Aku menolak paham seperti itu, dengan keras kunyatakan dalam pikiranku.

Aku telah memutuskan, aku akan menjauhi dia. Aku tidak mau lagi cerita ini terus berlanjut, meskipun sebenarnya aku juga ingin melanjutkannya. Tapi aku keras terhadap diriku sendiri, kukatakan tidak. Aku akan menjauh, dan ketika Lia menyadarinya maka aku sudah tidak ada.

Kedengarannya seperti egois, tapi itulah aku. Aku merasa keren jika aku mampu memegang apa yang kuyakini benar dan aku tidak akan merubahnya apapun yang terjadi.

Dari awal juga, tujuanku bukan Lia tapi Kirana. Aku merasa tidak ada yang salah akan hal ini, Lia adalah produk kecelakaan yang memang hanya sementara.

Begitu pula dengan pertemuan-pertemuan itu. Tidak ada yang salah dengan pertemuan-pertemuan itu, yang salah adalah ketika salah satu dari kami mengambil keputusan untuk berharap lebih dari sekedar pertemuan biasa. Ketika salah satu dari kami mengusahakan sesering mungkin untuk bertemu, sampai kami terhanyut dalam suasana. Suasana itu menetaskan rasa penasaran untuk mencoba berlari lebih jauh dari batas yang telah kami lewati.
Ini memalukan tapi ini adalah kenyataannya.

Pada sore hari itu juga dan masih pada koordinat yang sama. Handphone-ku bergetar.

"Iya adam, ada apa?", ternyata itu pesan balasan dari Kirana
Aku sengaja mengirim dia pesan, namun sebenarnya bukan berarti aku sedang ingin menceritakan apa yang sedang terjadi padaku atau aku ada perlu. Tidak, aku hanya suka jika ditanggapi.
Sesederhana itu aku mengalihkan suasana hatiku. Entah karena aku memang sedang riang bahagia atau aku memang bodoh saja.

"Tidak ada apa-apa", balasku kemudian.
Aku baru menyesalinya setelah berjam-jam, tidak ada balasan darinya lagi.
Sesungguhnya, ada apa-apa...

Pangeran KancilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang