S

3.1K 196 125
                                    

"Seokjin! Seokjin!"

Seokjin mengabaikan panggilan eomma-nya yang sedikit berteriak. Ia terus menuruni anak tangga rumahnya dengan malas sambil berdecak kesal.

"Seokjin! Mau kemana kamu Seokjin! Mati saja kamu kalau masih ikut balapan liar!"

Kali ini teriakan itu berasal dari abeoji-nya, dan tentu Seokjin juga mengabaikannya.

Malas, jenuh, muak, itulah yang Seokjin rasakan malam ini, saat ini.

Seokjin merogoh kunci motor dari saku jaketnya, menyalakan mesin motor sportnya dan meninggalkan rumahnya yang besar dan mewah, yang sayangnya terasa seperti neraka baginya.

Bagaimana tidak seperti neraka, kedua orang tuanya selalu saja bertengkar setiap hari, tak ada lagi kehangatan seperti dulu.

Jika memang sudah tidak lagi saling mencintai dan tidak bisa menjaga keharmonisan keluarga, mengapa tidak berpisah saja? Toh, Seokjin dan hyung-nya sudah dewasa dan sudah bisa mengurus diri masing-masing.
Gerutu Seokjin dalam hatinya.

Masih dengan Seokjin yang mengendarai motor hitamnya, ia berhenti di sebuah mini market di depan komplek rumahnya. Ia memarkirkan motornya di depan, lalu masuk ke dalam dan berhenti di tempat mie instan.

Satu, dua, tiga, empat. Empat ramen cup instan Seokjin masukkan ke dalam keranjang belanjaan. Eh, lima.. barusan dia mengambilnya lagi.

Tenang, bukan untuk dimakan sekaligus kok, untuk persediaan saja.

Selesai dengan ramen, lalu Seokjin memilih kimbap sebagai penambah menu makan malamnya. Nasi instan berbentuk segitiga itu tidaklah buruk untuk ukuran anak tajir seperti Seokjin.

Beberapa minuman juga ia masukkan ke dalam keranjang. Soda, susu cokelat, susu pisang, jus buah, dan tentunya air mineral. Oh, jangan lupakan makanan ringan untuk camilan. Chiki, cokelat, permen, jelly, dan snack yang lainnya.

Setelah selesai, Seokjin memberikan keranjang berisi belanjaannya ke kasir untuk dihitung. Namun ia mengambil satu cup ramennya untuk dimakan langsung di sana.

"Noona, tolong hitung ya. Satu ramen yang ini ingin ku makan di sini" ujarnya lalu mengedipkan sebelah matanya ke noona kasir yang langsung mengangguk-angguk sambil ke-geeran itu.

Sukses membuat si penjaga kasir terpesona, Seokjin langsung melangkah ke sudut ruangan di mana tempat mesin air panas berada, untuk menyeduh ramennya dan menikmatinya di sana.

Slruup slruppp

Suara seruputan ramen kuah yang sedang dinikmati Seokjin ternyata mengundang perhatian seorang namja yang baru datang beberapa saat lalu, yang kini sedang megambil susu pisang dari dalam kulkas besar, yang jaraknya tidak jauh dari mesin air panas tempat dimana Seokjin berdiri saat ini.

Namja itu sengaja berjalan di depan Seokjin. Seokjin yang peka pun sadar dan menatapnya.

Namja itu menatap sinis pada Seokjin sambil berdecih pelan.

Sementara Seokjin menanggapinya dengan mengangkat sebelah alisnya, "Mau?"

Namja itu memutar bola matanya malas, lalu pergi begitu saja meninggalkan Seokjin yang terkekeh pelan.

Save Me | JinV |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang