I

1.1K 131 51
                                    

Seokjin tiba di ruang Dr. Kim, hari ini adalah jadwalnya untuk melakukan check up.

"Hai, dokter"

"Seokjin, kamu sudah datang? Berbaringlah".

Seokjin melakukan apa yang dokter Kim bilang.

Dokter Kim mulai mentensi darah Seokjin, memeriksa denyut jantungnya, lalu terakhir melakukan pengecekan pada matanya.

"Kondisimu melemah. Apa terjadi sesuatu?" Tanya dokter Kim setelah melakukan pengecekan.

Seokjin mengubah posisinya menjadi duduk.

"Cuma mimisan tiga hari yang lalu, tapi darah yang keluar lumayan banyak. Malamnya setelah mimisan, aku muntah dan mengeluarkan darah" Tutur Seokjin.

Mata dokter Kim membulat lebar, "Berapa lama jarak waktu antara mimisan dan muntahnya?"

"Sekitar lima jam. Kenapa? Apa itu bahaya?"

"Itu pendarahan, Seokjin! Bagaimana kamu bisa tahan rasa sakitnya? Kamu pasti pingsan kan? Siapa yang menolongmu? Di mana kamu waktu itu?". Cecar sang dokter.

Seokjin terkekeh. "Tck, dok tenang. Lihat, aku baik-baik aja" Seokjin mengangkat bahunya.

Dokter Kim paling tak suka dengan sikap remeh Seokjin terhadap penyakitnya.

"Kamu harus transfusi darah hari ini. Gak ada penolakan" Tegas dokter Kim.

"Apa?! Ah tidak tidak! Aku punya acara kencan hari ini dengan anakmu". Seokjin segera beranjak dan dengan cepat dokter Kim menahan tangannya.

"Sudah ku bilang jangan dekati anakku kalau tidak mau sembuh"

Seokjin menghela nafasnya. "Ayolah, dok. Aku butuh Taehyung. Kau tau, saat mimisan kemarin aku berhasil tidak pingsan karna aku sedang bersama Taehyung. Dia obatku satu-satunya".

"Jangan mendrama". Sahut dokter Kim, lalu ia menghubungi perawatnya agar menyiapkan dua kantung darah untuk Seokjin.

"Dok.. please.. Taehyung pasti udah nunggu" Seokjin memohon dengan kedua tangannya.

"Taehyung belum bangun jam segini" Balas dokter Kim seraya menyiapkan jarum suntik.

Seokjin berdecak malas. Demi tuhan ia menyesal sudah datang ke rumah sakit hari ini!


▫️▫️▫️

Sudah empat kali Taehyung mondar-mandir berkaca di depan cermin. Sudah empat kali juga ia mengganti bajunya.

Terakhir, ia memakai kaos putih yang dilapisi cardingan ungu dengan bawahan celana jeans dan sneakers putih.

Ia menyisir poni lebatnya ke depan, lalu mengoleskan sedikit  lipbalm pada bibirnya, serta menyemrotkan parfum di area lehernya.

Perfect. Taehyung tersenyum.

Tapi detik berikutnya senyum itu pudar.

Buat apa ia berdandan seperti ini hanya untuk bertemu dengan Seokjin?

Di hatinya masih ada Bogum yang jelas-jelas memiliki status sebagai kekasihnya. Lalu Seokjin?

Taehyung jadi ragu.

Tapi, tak ada salahnya kan bertemu dengan si Seokjin? Lagi pula lelaki itu hanya memintanya untuk menemaninya membeli kamus sebagai bentuk hukuman dari guru bahasa.

Dan Taehyung sudah terlanjur mengiyakan.

"Tae-yah?" Panggil Eomma-nya yang tiba-tiba membuka pintu kamar.

Save Me | JinV |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang