01 _BARAIN_ |First impression bukan segalanya|

16.4K 453 7
                                    

"Apa kamu sudah siap besok?" tanya Sosok paruh baya yang sedang memotong bawang merah itu pada gadis cantik yang sedang mengotak atik laptop dihadapanya.

"Sebelum aku kesini semua persiapan udah mateng semateng-matengnya, Bibi." gadis itu memberhentikan gerakan jemarinya yang menari diatas keyboard lalu menutup laptop nya dan berjalan menghampiri bibi nya.

"Hari ini masak apa bi?" tanya gadis berkulit putih nan cantik itu sambil memeluk bibi nya dari belakang, layaknya seorang anak yang baru pulang bermain dan ingin dimanjakan oleh sang ibu.

"Masak udang, makanan kesukaan siapa nih?"

"Rain! Rain!" spontan Rain melepaskan pelukanya lalu mengangkat satu tanganya sambil loncat loncat, benar-benar seperti anak kecil.

Ya, gadis manis dengan rambut bersurai sepunggung itu, tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Namun bersama pembantunya yang sudah ia anggap layaknya Ibu kandungnya sendiri. Karena sejak kecil, bibinya lah yang mengasuhnya dan yang lebih memperhatikanya.

Lihat saja, remaja yang belum genap 16 tahun itu sudah dibiarkan oleh kedua orang tuanya untuk tinggal dirumah yang lumayan besar itu sendirian, jauh dari orang tua dan tak punya saudara. Coba saja jika gadis manis itu tidak merengek meminta kepada kedua orangtua nya agar bibinya ikut denganya, sudah dipastikan gadis itu lebih memilih menjual rumahnya lalu ia tinggal dipanti asuhan.

Memang ini pilihan Rain sendiri untuk bersekolah di Bandung. Karena menurutnya mungkin dengan ia pindah sekolah di Bandung akan membuatnya lebih tenang, melihat bagaimana suasana Bandung yang sejuk dan yang paling Rain suka adalah hujan.

Hujan seperti arti namanya. Ia menyukai suara hujan, ia menyukai tetesan hujan yang membentuk tirai yang sangat besar nan indah, serta ia menyukai Pelangi setelah hujan.

Walaupun di Bandung tak hujan pun setidaknya Rain bisa mengirup oksigen sejuk tanpa polusi, tak seperti di Jakarta yang terus dipenuhi hiruk pikuk perekonomian yang memuakan.

Meski begitu tetap saja kedua orangtua Rain lebih memilih terus menggeluti pekerjaan mereka yang tak ada habisnya. Dibandingkan menemani dan memperhatikan anaknya.

🦄🦄🦄

"Bibi, kapan motor Rain akan datang?" sepagi ini tetapi suara Rain sudah mengisi satu rumahnya bahkan terdengar keluar. Padahal bibinya berada didapur yang jaraknya tidak sampai 5 meter.

"Kata papah Rain, motornya akan datang lusa." jawab bibi, yang selalu sabar menghadapi sifat Rain yang kekanak kanakan.

"Bibi, kumohon bilang ke papah kuingin motornya besok" ucap Rain sambil membenarkan tali sepatunya, kemudian mengambil tasnya. Tak lupa bersalaman dengan bibinya. Hal yang tak pernah ia lupakan jika ingin meninggalkan bibinya.

"Ngga sarapan dulu?"

Rain menunjukkan jam tanganya, "Harus jadi baik sebelum bar bar, bi" ucapnya sedikit tertawa kemudian melenggang pergi dan menghilang dibalik pintu.

Setelah beberapa menit Rain menahan pusing karena angkutan umum yang ia naiki kali ini sangat bau dan panas, mungkin karena Rain tak terbiasa menggunakan angkutan umum dan akhirnya ia sampai pada tujuanya. SMA Angkasa.

Memijat pelipisnya sebentar lalu menghirup dalam dalam udara pagi Bandung yang sangat menyegarkan, sebelum ia melangkah menuju gerbang sekolah barunya. Rain Agatha Kenzy anak kelas 11 pindahan dari Jakarta, namun Rain lahir di Lombok NTB.

TRIGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang