17_BARAIN_|dihukum|

3.9K 225 29
                                    

Seorang gadis juita dengan rambutnya yang terurai panjang melebihi bahu itu berlari secepat mungkin agar sampai diekolahnya tepat waktu. Namun sepertinya tidak mungkin, jam tangan hitam milik Rain itu menunjukan pukul 07.15 yang artinya upacara disekolahnya sudah dimulai. Gadis itu menatap jam tanganya. Lalu mempercepat larinya dan berharap satpam sekolahnya yang ramah itu akan membukakan gerbang untuknya.

Rain merutuki nasibnya hari ini. Kalau saja ban motornya tidak tiba-tiba bocor diseperempat jalanya menuju sekolah, ia tidak akan menaiki angkot yang juga tiba-tiba mogok ditengah jalan membuat Rain harus berjalan kaki menuju sekolahnya. Tapi mana sempat, gerbang sudah tertutup rapat. Sial.

"Pak Yanto! Pak! Tolong bukain pintunya pak!" teriak Rain didepan gerbang. Berharap penjaga sekolah itu mau membukakan pintu gerbangnya.

"Ya ampun si eneng, kok bisa telat?" tanya pak Yanto yang muncul dari dalam pos.

"Panjang ceritanya pak, tolong bukain gerbangnya ya pak," ucap Rain memohon.

"Upacara udah mulai neng. Nanti eneng baris dibarisan murid yang ngelanggar aturan ya." pinta pak Yanto.

Mata Rain mebulat, "Hah? Barisan anak anak bandel dong. Jangan deh pak, kan saya ngga bandel. Saya kan anak baik pak. Ini cuma sekali doang kok serius ngga bakal keulang lagi. Janji deh." Rain menujukan wajah memelasnya.

"Ngga bisa neng. Kalau ngga mau nanti bu Rika yang akan bukain gerbangnya, neng mau?"

Bu Rika-guru bk andalan sekolahnya. Suaranya yang cempreng juga badanya yang berisi semakin mendukung bu Rika untuk bersaing dengan anak anak nakal yang suka melanggar peraturan sekolah. Sekali kena semprot ibu Rika pasti akan terngiang ngiang 7 hari 7 malam karena suaranya yang sangat menghipnotis. Tapi sangat mengerikan jika dibayangkan.

Rain bergidik ngeri membayangkanya apalagi ia melihat dari kejauhan bu Rika sedang membawa satu rotan kecil ditanganya. Yang pasti akan sangat perih jika terkena pukulanya.

"Iya udah deh pak." jawab Rain pasrah daripada harus kena semprot bu Rika pagi pagi begini.

Akhirnya pak Yanto membukakan gerbangnya untuk Rain. "Makasih pak," ujar Rain sebelum berlari kearah lapangan upacara, lebih tepatnya dibarisan murid murid yang melanggar aturan.

Meletakan tasnya asal didepan kelas XII Mipa 3. Lalu ia berbaris dibarisan paling belakang tepat saat pemimpin upacara menyuruh seluruh anggota upacara melakukan hormat pada bendera merah putih.

"Telat ya lo?"

Rain menoleh kesamping matanya sedikit menyipit karena cahaya matahari yang menyorot kearahnya.  Dibarisan paling belakang itu hanya ada dirinya dan satu orang disamping kananya yang ternyata dia adalah Alan.

"He'em, lo juga telat?"

Alan menggeleng, "Biasalah orang ganteng dimana aja bebas." jawab Alan.

Rain terkekeh mendengar jawaban Alan, "Tumben lo sendirian."

"Kata siapa? Breh! Ada Rain nih." kata Alan mencondongkan wajahnya kebarisam depan. Dan seketika beberapa orang dibarisan depan menoleh kebelakang membuat Rain merasa malu.

"Lah neng hujan ko bisa ada disini?" tanya Satya.

"Iya gue telat" jawab Rain.

TRIGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang