Awas typo bertebaran..
×××
Pelajaran bahasa asing untuk mengakhiri hari ini. Suasana kelas sangatlah damai, sunyi, dan tenang. Bukan karna penghuni kelas itu mendengar ocehan dari guru yang berdiri didepan kelas, melainkan sebagian dari mereka menidurkan kepalanya diatas meja. Ada juga yang bermain handphone secara terang-terangan. Guru itu yang terlalu baik? Atau para muridnya yang tidak tahu aturan saat dijam pembelajaran. Sedangkan Tea' hanya menghela napas berulang kali, dirinya tidak berniat untuk tidur dikelas lagi. Karna ia tidak ingin Anggun mengadu kepada ibu nanti setelah pulang sekolah. Dengan ragu Tea' menoleh kebelakang mendapati Samudra yang melakukan kebiasaannya itu, tidur didalam kelas. Apa setiap malam Samudra itu tidak pernah tidur? Atau ada alasan lain, kenapa Samudra slalu tidur dikelas? Nanti ia akan tanyakan langsung kepada Samudra. Dari pada dirinya melihat lebih lama pemuda itu, lebih baik dirinya mendengarkan guru didepan, walaupun ia tidak mengerti apa yang guru itu katakan. Bahasa asing itulah yang tidak pernah dimengerti Tea'.
"TEGAKKAN PUNGGUNG KALIAN SEMUA." Seketika semua penghuni kelas langsung menegakkan punggung mereka seraya menatap guru didepan dengan pandangan yang berbeda-beda, yang tengah berdacak pinggang melihat seluruh murid di hadapannya itu. Berbeda dengan Samudra yang masih berada dialam mimpinya, membuat guru itu menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menghela napas sabar, sebelum berjalan mendekati bangku Samudra yang berada dibelakang Tea'. "SAMUDRAAA?"
Semua pasang mata langsung menutup kedua telinga mereka saat guru itu meneriaki nama Samudra yang tidak bergerak sedikitpun, membuat guru itu menghela napas sabar berulang kali melihat Samudra yang tidak bisa meninggalkan kebiasaannya itu saat dijam pembelajaran. "Ketua kelas ambilkan seember air." Kedua bola mata Tea' melebar saat mendengar perkataan dari guru yang berdiri tidak jauh darinya itu, apalagi sang ketua kelas dengan senang hati menjalankan perintah dari sang guru. Aish, ia tidak ingin Samudra menjadi singa setelah disiram air nanti. Mungkin lebih baik dirinya bangunkan saja.
"Sam, Samudra?" Demi dewi neptunus Samudra langsung menegakkan punggungnya dengan wajah khas bangun tidur, menatap Tea' yang menatapnya juga tanpa senyum di bibirnya membuat pemuda itu langsung beralih menatap seorang guru yang berada di sampingnya, sembari melebarkan senyumannya, memamerkan deretan gigi putinya yang berbaris rapi.
"Maaf pak, saya tadi ketiduran. Saya tadi udah bilang sama Tea' suruh bangunin saya, tapi dia nggak bangunin saya." Dengan refleks Tea' langsung melempar buku milik Samudra tepat diwajah pemuda itu yang masih memasang senyum lebar di bibirnya itu.
"Udah deh, bapak itu nggak akan percaya sama kamu. Kamu itu slalu tidur dijam pelajaran saya. Setelah pulang sekolah nanti kamu bantuin bapak diruangan saya." Detik itu juga bel untuk mengakhiri pembelajaran hari ini di bunyikan membuat seluruh murid bersorak gembira dengan memasukan alat tulis mereka kedalam tas. Berbeda dengan Samudra yang dengan kesalnya memasukan barang-barangnya kedalam tas. Lalu keluar kelas mengikuti langkah guru bahasa asing itu.
"Tea' lo pulang naik angkot ya, gue mau ke butiknya mba Tissa dulu." Tea' hanya menganggukan kepalanya menatap kepergian saudaranya keluar kelas, lalu ia berdiri dari duduknya seraya menggendong tas punggungnya melihat Yasa yang kini juga berdiri dari duduknya menatap Tea'.
"Lo jangan nawarin diri lo untuk nganterin gue pulang. Gue bisa pulang sendiri." Yasa tersenyum seraya mengela napas melihat Tea' yang kini pergi keluar kelas meninggalkan dirinya sendiri didalam kelas.
Saat didepan gerbang sekolah Tea' melihat layar handphonenya sebentar, lalu memasukannya kembali kedalam tas seraya melihat murid-murid yang lainnya. "Gue nungguin Samudra aja deh, diakan udah janji sama gue. Mau nemenin ketoko buku." Ucap pelan Tea' yang kini menipiskan bibirnya saat Barga menghetikan motornya tepat di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1# Hari Itu...
Teen FictionCOMPLETED ___ Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Mencintai bukan berarti menyayangi, ataupun sebaliknya. Dan membenci bukan berarti tidak menyukai.