Awas typo bertebaran...
×××
"Gue nggak nyangka kalo Samudra itu anak bokap gue sendiri." Tangisan Tea' makin pecah. Hatinya benar-benar hancur. Orang yang ia sayangi ternyata saudara tirinya sendiri. Kenapa takdir hidupnya seperti ini? Dunia memang tidak mengijinkan dirinya bersatu dengan Samudra. "Gue kecewa sama bapak, kenapa dia nggak bilang sejak awal?" Barga yang berada disamping gadis itu hanya menghela napas seraya mengusap lembut punggung Tea' yang kini menutupi wajahnya dengan tangisan yang begitu menyedihkan.
"Keluarin aja semua, biar lo akhirnya tenang." Ucap kalem Barga.
"Lo mau nganterin gue pulang kerumah mama nggak?" Barga hanya menganggukan kepalanya membantu Tea' berdiri dari duduknya, berjalan mendekati motornya.
Selama perjalanan hanya keheningan yang menyelimuti mereka, sampai motor Barga berhenti tepat didepan rumah yang sejak kecil Tea' tinggalli. "Makasih." Ucap Tea' sebelum masuk kedalam rumah. Barga yang melihat punggung Tea' hilang dibalik pintu, kini melajukan motornya kembali. Ia tidak akan ikut campur urusan keluarga Tea'.
"Assalamualaiku?" Salam Tea' yang masuk kedalam rumah menangkap semua orang yang tengah berkumpul diruang keluarga.
"Waalaikumsalam. Tea'." Gadis itu hanya menatap satu wanita yang tidak perduli dengan kehadirannya.
"Ibu, Tea' mau bicara sama ibu."
"Bicarakan." Cetus wanita itu membuat kedua mata Tea' memanas. Walaupun ini bukan yang pertama kalinya ibunya bersikap seperti itu kepada Tea'. "Cepat katakan."
"Ibu sudah tahu kalo bapak punya istri baru?" Pertanyaan Tea' membuat semua orang itu tidak percaya kecuali wanita paruh baya itu. "Kenapa ibu nggak kasih tahu Tea'? setidaknya ke yang lainnya" wanita itu berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Tea' yang kini menjatuhkan air matanya. "Dan kenapa, ibu nggak bilang kalo Samudra itu anak bapak."
Kedua mata Anggun kini melebar mendengar penuturan dari Tea'. Kenapa gadis itu mengetahui ini semua? Dari mana dia tahu? Dan kenapa dirinya tidak mengetahui hal ini? "Mama kan udah bilang sama kamu sejak awal, jauhi Samudra. Tapi kamu nggak pernah dengerin apa yang mama katakan Tea'." Gadis itu tidak menyesal karna tidak pernah mendengar perkataan dari ibunya, tapi hanya sedikit sakit mengetahui semua faktanya.
"Kalo ibu sejak awal bisa yang jujur, Tea' akan percaya bu. Kalo Samudra itu anak bapak. Tapi, ibu nggak bilang seperti itu sama sekali. Ibu hanya bilang jauhi Samudra, jauhi Samudra. Dan ibu nggak bilang yang sebenarnya, Samudra itu siapa?"
"Tapi sekarang kamu udah tahukan, Samudra itu siapa. Jadi mama mau kamu jauhi Samudra." Tea' menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jarinya dengan menahan air matanya untuk tidak lolos membasahi kedua pipinya yang mulus itu. "Dan mama mau kamu satu-satunya pemilik perusahaan itu. Jangan sampai perusahaan itu ditangan anak haram itu."
Deg!!
"Apa maksud ibu anak haram? Samudra nggak mungkin anak diluar nikah." Pertahanan air matanya begitu gagal, Tea' tidak bisa menahan lagi air matanya. Menatap wanita di hadapannya yang tidak perduli itu semua. "Bu bilang sama Tea' kalo Samudra itu bukan anak haram." Bukannya menjawab wanita itu malah pergi meninggalkan Tea' yang kini memegang keningnya dengan sebelah tangan kirinya sebentar, sebelum keluar dari rumah itu. Tidak perduli dengan panggilan dari kakak-kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
1# Hari Itu...
Teen FictionCOMPLETED ___ Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Mencintai bukan berarti menyayangi, ataupun sebaliknya. Dan membenci bukan berarti tidak menyukai.