Awas typo bertebaran...
×××
Rindu tak habis pikir mengetahui fakta yang selama ini tidak diketahui oleh Samudra, apa dirinya harus memberitahu Samudra? Tidak, ia tidak akan memberitahu Samudra, tapi ia akan memberitahu gadis sialan itu. Dan dirinya begitu yakin, gadis sialan itu akan merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Ia jadi tidak sabar melihat, bagaimana interaksi Samudra dengan Tea', bahwa mereka berdua adalah saudara. Dan jangan salahkan dirinya jika mengetahui fakta yang begitu mengejutkan hatinya, salahkan saja pria yang menjadi papa kandung dari Samudra. "Seharusnya saya tidak menceritakan itu kapada kamu." Sudah terlambat bukan, untuk tidak bicara itu.
"Gapapa om. Rindu nggak masalah kalo om cerita sama Rindu." Ia tidak akan memberitahu pria paruh baya di hadapannya jika dirinya mengenal Tea', karna itu akan membuat pria itu menutup mulutnya jika dia mempunyai seorang istri dan anak. Tapi ia tidak bisa janji jika tidak memberitahu Tea', itu adalah tujuannya untuk menghancurkan hubungan Tea' dengan Samudra. "Oh ya om, Samudra kemana ya? Sejak dari tadi Rindu telpon nggak diangkat om." Alih pembicaraan Rindu saat mama Samudra berjalan mendekatinya dengan minum yang kini berada diatas meja hadapannya.
"Tadi Samudra bilang sama tante, kalo Samudra itu tengah liburan sama temen-temennya. Dan itu yang buat tante heran, kenapa liburan itu saat belum dapat libur dari sekolah?" Sahut mama Samudra yang duduk disanping Rindu mengerutkan keningnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan, jangan bilang Samudra liburan dengan Tea'. Barga, nama itu terlintas dipikirannya membuat gadis itu berpamitan dengan kedua orang yang menjadi orang tuannya Samudra.
Barga lo dimana sekarang?
Pemuda itu menatap layar handponenya sebelum menatap gadis disampingnya yang sesekali memijat pelipisnya, ia tahu jika gadis itu tengah menahan pusing. Dan dengan tidak tega tangan kekarnya menuntun kepala Anggun untuk bersandar di pundaknya, tanpa memperdulikan pesan dari Rindu yang kini menunggu balasan dari Barga yang tak kunjung masuk kedalam handponenya.
Barga, jawab yang gue tanya tadi.
Lo dimana sekarang?Dengan kesal Barga mematikan handponenya dan memasukannya kedalam saku celanannya. Sebelum memandangi wajah damai milik Anggun yang entah sejak kapan menutup kedua matanya. Kenapa ia merasa hal berbeda saat seperti ini? Apa ia memiliki perasaan dengan Anggun? Tidak, ia tidak boleh menyukai Anggun, ia hanya menyukai Tea'. Cuma gadis itu yang dirinya sayangi. "Cieee yang lagi nyimpen rasa cemburu." Celetuk Samudra yang kini berada disamping Tea' melihat kearah Barga yang masih setia memandangi mimik wajah Anggun. "Lihat sang mantan dengan saudaranya sendiri."
"Apaan sih lo nggak jelas banget jadi orang." Ketus Tea' yang merasa hatinya lega. Karna mulai saat ini mungkin Barga tidak akan mengejar dirinya lagi. Ia harus berterimakasih dengan Anggun, karna gadis itu telah menyelamatkan dirinya dari kejaran seorang Barga. "Lo bisa diem nggak sih Sam?" Pemuda itu menahan senyumnya dan menjauhkan tangannya dari surai panjang milik Tea' yang sejak tadi dirinya tarik-tarik, saat gadis itu menatapnya tajam.
"Awas lo kalo narik-narik rambut gue lagi." Tajam Tea' yang hanya direspon anggukan ragu dari Samudra yang tengah memikirkan hal yang ingin dirinya jahili untuk Tea'. "Sam mereka cocok banget." Celetuk Tea' yang menyunggingkan senyumannya membuat Samudra menarik kedua sudut bibirnya yang tidak begitu sempurna. Seandainya Tea' tahu tentang perasaannya saat ini, pasti dirinya akan merasa lega. Tapi untuk saat ini ia hanya bisa memendam perasaannya dalam-dalam, karna ada Rindu yang dia miliki.
"Dari pada kita ganggu moment mereka, lebih baik kita pergi cari makanan." Anggukan cepat dari Tea' membuat Samudra langsung menipiskan bibirnya. Soal makanan aja cepet. Tapi gapapa deh, yang penting bisa sama Tea' terus. Ia rela isi dompetnya habis karna membelikan Tea' makanan, dari pada lihat Tea' dengan Barga. Itu yang dirinya tidak suka. "Lo mau makan apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1# Hari Itu...
Teen FictionCOMPLETED ___ Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Mencintai bukan berarti menyayangi, ataupun sebaliknya. Dan membenci bukan berarti tidak menyukai.