Awas typo bertebaran...
×××
Yasa tidak langsung pulang ke rumahnya setelah mengantar Barga pulang, pemuda itu kini masuk kedalam basecamp yang mendapati sosok Samudra tengah memainkan game di handponennya, dan menoleh menatapnya dengan membenarkan posisi duduknya. "Lo darimana aja?" Tidak mungkin jika dirinya menceritakan semuanya kepada Samudra, lebih baik dirinya bohong saja untuk kebaikan Tea' yang mungkin tidak menginginkan Samudra mengetahuinya. "Kok lo malah bengong sih?"
"Gue tadi abis dari rumah, mau ikut keacara pertemuan itu. Tapi gue udah ditinggal, jadi gue males dateng kesana sendiri. Jadi gue tadi makan minun tidur bentar dirumah, trus kesini lagi." Sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan Yasa, tapi kalo emang itu kenyataannya dirinya bisa apa. Dan soal handponennya tea', mungkin gadis itu lupa membawanya pulang. "Kalo lo sendiri? Nggak dateng ke acara itu?"
"Acara yang membosankan." Ucapnya hambar seraya menatap keatas dengan pandangan yang bosan. Sebelum beranjak dari duduknya dan berjalan keluar, tidak memperdulikan panggilan dari Yasa yang langsung menyambar kunci mobilnya menghampiri Samudra yang tengah berdiri dengan berdacak pinggang sebentar menunggu taxi yang lewat. Jangan ditanyakan kemana mobilnya, karna pemuda itu malas untuk membahasnya.
"Kemana mobil lo?" Tanya Yasa yang melihat samudra.
"Gue tadi kesini sama Rindu, nyariin lo. Tapi dia disuruh balik keacara itu sama nyokapnya, yaudah gue suruh dia bawa mobil gue, karna gue males balik kesana. Jadi_" perkataan Samudra menggantung dan Yasa begitu peka apa yang dikatakan s
Samudra, dengan kesal pemuda itu masuk kedalam mobilnya diikuti Samudra yang yang tersenyum menang. "Kok arahnya kerumah lo." Yasa tidak menanggapi apa yang dikatakan Samudra yang hanya bisa menghela napas berat, sebelum mengambil hanponennya yang berada dibalik jasnya itu. Mengirim pesan kepada seorang gadis disebrang sana.Yasa sama gue, jadi lo jangan khawatir.
Kedua sudut bibir gadis itu tertarik keatas membentuk lengkungan yang sempurnya, ingin membalas pesan dari Samudra tapi gadis itu urungkan saat wanita yang sejak dari tadi melihat kearahnya kini berdiri di hadapannya dengan senyum yang begitu menakutkan bagi Rindu. Sebisa mungkin gadis itu bersikap seperti biasa kepada wanita itu, berusaha melupakan kejadian kemarin yang menimpanya. "Saya ingin bicara dengan mu? Tapi tidak disini." Rindu menatap wanita itu dengan perasaan yang takut, jika dirinya menyetujui apa yang dikatakan wanita itu. Ia takut jika dirinya diculik lagi, tapi dilain sisi dirinya juga penasaran apa yang ingin dibicarakan wanita itu. "Tenang saja, saya tidak akan membawa mu pergi lagi. Ikuti saya, kita bicara diluar."
Dengan ragu dan sedikit rasa takut, Rindu mengikuti langkah wanita itu dari belakang dan itu tidak lepas dari penglihatan Anggun yang berjalan mengikuti kemana arah kedua orang itu pergi. Ia hanya tidak ingin Rindu diculik wanita sihir itu lagi. "Tante mau bicara apa sama Rindu?" Kini tidak ada lagi senyum yang terpancar dibibir wanita itu, hanya tatapan yang tidak bisa diartikan bagi Rindu.
"Rindu, kamu sangat beruntung ya diselamatkan oleh mereka? Tapi jangan merasa senang dulu. Raga kamu bisa bebas dalam siksaan saya, tapi jangan harap batin kamu akan baik baik saja."
"Apa maksud tante?" Wanita itu tertawa hambar. Untuk saat ini dirinya belum membongkar semua rahasia itu, tapi suatu hari rahasia itu akan terbongkar dengan sendirinya. "Tante? Kenapa tante nggak suka sama Rindu? Apa itu menyangkut masalalu tante sama mama Rindu? Kalo iya, atas nama mama, Rindu minta maaf."
"Kamu bisa mengucapkan kata maaf segampang itu, tapi apa kamu tahu akar permasalahannya itu dari siapa. Kalo mama kamu nggak mulai, mungkin juga tidak akan seperti ini. Asal kamu tahu Rindu, mama kamu kejam, lebih kejam dari seorang penjahat. Mama kamu itu seorang pembunuh Rindu. Asa, tidak hanya mama kamu, papa kamu pun juga sama, sama-sama seorang pembunuh. Mungkin dimasa depan, kau yang akan menggantikan mereka." Seperti disamber petir disiang bolong, Rindu yang menetesakan air matanya mendengar perkataan dari wanita di hadapannya. Jika mamanya seorang penjahat, lebih parahnya seorang pembunuh. Apa itu semua benar? "Saya tidak paksa kamu untuk percaya sama saya. Kamu bisa tanyakan langsung sama kaduaorang tua kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
1# Hari Itu...
Teen FictionCOMPLETED ___ Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Mencintai bukan berarti menyayangi, ataupun sebaliknya. Dan membenci bukan berarti tidak menyukai.