Awas typo bertebaran..
×××
Senyum tipis terukir dibibir gadis tengil itu saat melihat pria yang berdiri tidak jauh darinya. Ingin menghampiri dan langsung memeluk pria itu dengan erat, tapi ia urungkan karna manik matanya mulai memanas karna melihat wanita setengah paruh baya menghampiri pria itu dengan senyum manis di bibirnya. "Nggak mungkin kalo bapak punya istri baru?" Gumanya seraya memutar tumitnya, berjalan menjauh dari kedua orang yang tidak mengetahui kehadiran Tea' yang kini berjalan dengan linglung. Ia kira pria itu akan kembali bersama dengan ibunya, tapi kenapa malah mempunyai pendamping baru? "Apa ibu juga udah tahu? Jikapun iya, kenapa ibu tidak memberitahuku?"
Tanpa Tea' sadari sejak dari tadi Samudra mengikuti kemanapun kemana Tea' pergi. Ia juga bingung kenapa gadis itu pergi keperusahaan bokapnya? Apa ada hal penting yang ingin dilakukan gadis itu? "Ini nggak penting, yang penting gue ikutin kemanapun kurus pergi." Ucap pelan Samudra yang masih saja berjalan dibelakang Tea' dengan jarak yang tidak begitu dekat, karna ia tidak mau Tea' mengetahui kehadirannya.
"Kaya ada yang ngikutin gue?" Refleks Tea' menoleh kebelakang yang tidak mendapati siapapun yang terlihat mencurigakan, kecuali orang-orang yang berjalan cepat karna dikejar oleh waktu. Sedangkan Samudra bernapas lega seraya memegang dadanya, untung saja Tea' tidak melihat dirinya yang kini bersembunyi dibalik pohon besar itu dengan mengintip kearah Tea' yang melanjutkan langkahnya kembali. Tapi saat Samudra keluar dari bersembunyiannya, pemuda itu langsung melihat sekelilingnya dengan berdacak pinggang. Karna kehilangan jejak Tea' yang kini muncul dari samping kanan pemuda itu dengan tampang garang, membuat Samudra terkejut karna kehadiran Tea' yang seperti hantu, muncul sesuka hatinya. "Lo ngikutin gue ya?"
Samudra gelagapan karna Tea' mengetahui kehadirannya. Gadis itu masih setia memasang tampang garang yang tidak mempan untuk menakuti Samudra yang kini menghela napas untuk mengontrol perasaan yang gugup itu. "Siapa juga yang ngikuti lo, percaya diri amat jadi orang." Tea' menaikan sebelah alisnya dengan melihat kedua tangannya didada menatap Samudra penuh curiga.
"Kok gue nggak percaya ya apa yang lo omongin? Jujur aja, lo nguntit gue kan?" Pemuda itu menipiskan bibirnya sebelum berjalan terlebih dahulu meninggalkan Tea' yang meneriaki nama pemuda itu. Dan tanpa disengaja Samudra menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan yang sempurna, sampai punggungnya didorong oleh Tea' yang kini hanya menatap datar Samudra yang tersungkur diatas trotoar itu, menatap nyalang Tea' yang menaikan sebelah alisnya. "Apa? Lo mau marah sama gue?"
Pemuda itu mengepalkan kedua tangannya seraya menghela napas agar emosinya tidak meledak. Dengan sedikit kesal Samudra berdiri dari duduknya, tepat dihadapan Tea' yang tingginya hampir sejajar dengannya. Ia yang terlalu pendek sebagai laki-laki atau dia yang terlalu tinggi sebagai perempuan. Padahal tingginya itu hampir 179cm. Tapi ia juga tidak perlu menundukkan kepalanya untuk menatap kedua bola mata milik Tea' yang membuat perasaannya menjadi tenang dalam keadaan apapun. Ingin rasanya ia menatap terus manik mahoni milik Tea' yang dengan santainya merusak suasana hatinya itu dengan meniup wajahnya, membuat pemuda itu sebisa mungkin tidak meledakan emosinya. "Lo nggak usah natap gue terus, ntar ada yang marah. Dan gue yang jadi sasarannya." Samudra menatap manik mata Tea' kembali dengan menghela napas pelan. Ia tahu apa yang dimaksud Tea'. Siapa yang akan marah. Dan sepertinya ia juga tidak bisa lagi mempertahankan hubungannya dengan Rindu. Apa ia mulai menggantikan nama Rindu untuk Tea' didalam hatinya?
"Dari pada lo ngelamun nggak ada untungnya, lebih baik kita makan aja. Perut gue udah laper." Tea' menarik tangan Samudra yang menjadi bingung sendiri tapi itu tidak lama Samudra tersenyum lebar menatap tangan Tea' yang mencengkram pergelangan tangannya sampai kewarung makan. "Bu saya pesen mie ayamnya dua sama es tehnya ya?" Setelah mendapatkan sahutan dari penjualnya Tea' mengajak Samudra untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
1# Hari Itu...
Teen FictionCOMPLETED ___ Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Mencintai bukan berarti menyayangi, ataupun sebaliknya. Dan membenci bukan berarti tidak menyukai.