Awas typo bertebaran...
Jangan lupa vote sama komentar ya...
Happy reading...
×××
Rindu menggedor-gedor pintu yang tidak akan terbuka, sejak dari tadi hanya itu yang bisa dirinya lakukan dengan menangis karna begitu takut didalam ruangan yang minim sekali akan cahayanya. "Buka." Lirihnya dengan duduk diatas lantai tepat didepan pintu itu, dan langsung memeluk kedua lututnya karna rasa takut bercampur dingin menyelimuti tubuhnya. Sungguh ia tidak tahu harus melakukan apalagi, kepalanya semakin pusing. Ia baru ingat kalo sejak tadi sore dirinya belum memasukan sedikit saja makanan kedalam perutnya.
"Barga gimana keadaan lo sekarang?" Lirihnya kembali sebelum menundukan kepalanya sampai kening gadis itu tertempel dengan lutut yang masih setia dipeluk oleh gadis yang kini memikirkan keadaan Barga. "Gue takut Barga, tolongin gue." percuma dirinya meminta tolong kepada siapapun yang tidak akan mengetahui keberadaannya. "Salah gue dimana? Kenapa mereka tega nyekap gue?"
Knop pintu itu bergerak menimbulkan suara yang membuat gadis itu berdiri dari duduknya, menatap was-was kearah pintu itu. Ternyata pria yang tadi mukul Barga. "Ku mohon lepaskan aku." Melas Rindu yang tidak akan mempan untuk mendapatkan kasihan dari pria yang kini menariknya paksa untuk keluar dari ruangan itu. "Sakit... Lepasin..."
Pria itu menghembaskan tubuh Rindu diatas lantai tepat didepan kaki jenjang milik seseorang yang begitu Rindu kenal, saat gadis itu perlahan-lahan mendongakan kepalanya untuk melihat siapa pemilik kaki yang berdiri di hadapannya. "Hallo Rindu? Lama kita tidak bertemu." Gadis itu menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, memberanikan diri untuk berdiri dan menatap kembali wanita di depan matanya. "Bagaimana dengan kabar mu?" Rindu menggelengkan kepalanya dengan memundurkan langkahnya, dan membuat wanita itu memajukan langkahnya sampai punggung Rindu menubruk dinding dengan napas yang tidak beraturan.
"Apa kau takut denganku?" Menahan napas itu yang di lakukannya sekarang, karna wajah wanita itu terlalu dekat. Dan dengan teganya surai panjang miliknya ditarik oleh wanita itu, membuatnya mendongakan kepalanya menatap langit-langit ruangan itu dengan air mata yang mengalir kembali dari pelupuk matanya. Kepalanya begitu pusing, ia tidak punya keberanian untuk melawan wanita itu. Karna tenaganya saat ini tidak sebanding dengan wanita yang kini menghembaskan kepalanya yang bertambah pusing, membuatnya menutup kedua matanya seraya memegang kepalanya itu. "Bukankah saya sudah memperingati mu sejak awal ya? Tapi kenapa kamu masih saja melanggar apa yang saya katakan?"
"Saya tidak melanggar apa yang anda katakan." Bantah Rindu dengan nada yang sedikit meninggi, dan itu langsung mendapat tamparan dipipi kanannya.
"Siapa dirimu, berani sekali meninggikan suaramu?" Rindu hanya bisa menangis dan menangis dengan memegang pipinya yang begitu perih akibat tamparan yang begitu kencang. "Saya akan memberi pelajaran lebih dari ini kepada mu, jika kau masih saja tidak mendengar apa yang saya katakan."
Rindu hanya menatap kepergian kedua orang itu dengan pandangan yang tidak jelas. "Barga tolongin gue." Lirihnya sebelum jatuh diatas lantai dengan keadaan yang tidak sadarkan diri.
Sedangkan pemuda yang bernama Barga kini tengah ditangani dokter, membuat beberapa pasang mata diluar itu merasa khawatir dengan keadaan pemuda itu. Apalagi Tea' yang merasa bersalah dengan Barga, karna dirinya Barga menjadi seperti ini. Seandainya tadi ia tidak menyuruhnya untuk membeli makanan, mungkin pemuda itu tidak akan terbaring dirumah sakit. Ini semua salahnya. Dan disisi lain Samudra yang sejak dari tadi melihat raut wajah Tea', hanya menahan rasa sakit yang timbul dengan sendirinya. Sekhawatir itukah Tea' dengan Barga? Jika dirinya yang tebaring didalam sana, apa Tea' akan seperti itu? Hmm, tidak mungkin jika Tea' seperti itu kepadanya. Sekarang ini dirinya bagi Tea' itu apa? Apa iya gadis itu masih mau berteman dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
1# Hari Itu...
Ficção AdolescenteCOMPLETED ___ Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Mencintai bukan berarti menyayangi, ataupun sebaliknya. Dan membenci bukan berarti tidak menyukai.