Awas typo bertebaran...
Jangan lupa vote sama komentar ya, biar akunya makin semangat nulisnya..
Happy reading...
×××
Rasa sayang yang seharunya tidak pernah diijinkan untuk hadir, tapi entah kenapa hadir dengan sendirinya. Tidak rela melihat orang yang disayang bersama dengan yang lain, seperti gadis mungil bernama Anggun berdiri tidak jauh dari kedua insan seraya mengepalkan kedua tangannya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. "Kenapa perasaan gue kaya gini sih? Kenapa gue nggak suka lihat Barga begitu dekat dengan Rindu? Seharusnya lo itu sadar Anggun, Barga nggak mungkin cinta sama lo." Ucap pelan Anggun yang ternyata masuk keindra pendengaran gadis yang memiliki tinggi tubuh seperti tiang listrik itu, hanya menahan senyumannya menatap kedua insan yang tak jauh darinya dan punggung saudaranya itu dengan bergantian. Sampai Anggun memutar tumitnya yang langsung menatap terkejut sosok Tea' yang menarik kedua sudut bibirnya naik keatas membentuk lengkungan sempurna, menatap kembali manik mata Anggun. "Ngapain lo disini?"
"Seharusnya gue yang nanya, ngapin lo lihatin kedua orang itu dengan tatapan lo yang nggak bisa gue artikan." Celetuk Tea' membuat Anggun menutup mulutnya rapa-rapat. Ia juga tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya kepada Tea', kalo dirinya sayang sama Barga. Dia pasti akan menertawakan dirinya karna menyayangi seorang pemuda yang menjadi mantan pacar gadis di hadapannya. "Atau... lo suka ya sama Barga?"
"Kalo ngomong itu dijaga, jangan asal ceplos." Cetus Anggun menatap Tea' yang menipiskan bibirnya sebentar, tidak percaya apa yang barusan gadis di hapadannya itu katakan. Terlihat dari manik mata yang terpancar dari Anggun yang ia yakin jika gadis itu memang menyukai mantannya. Bunkannya ia cemburu, tapi malah sebaliknya ia merasa senang. Tapi, apa Barga juga menyukai Anggun? "Atau, lo yang masih suka ya sama Barga?"
"Ya enggaklah, mana mungkin gue suka sama Barga lagi. Kalopun gue suka lagi sama tu cowok, betapa begonya gue yang ingin jatuh kelubang yang sama." Cerca Tea' yang diabaikan Anggun yang pergi dari hadapan Tea' begitu saja, membuat gadis bertubuh tinggi itu melihat punggung Anggun sebentar dengan menipiskan bibirnya. Sebelum melangkahkan kakinya entah kemana, sampai kaki jenjang gadis itu terhenti saat manik matanya terkunci dengan mata elang milik Samudra yang berdiri tidak jauh darinya. Kenapa ia harus bertemu dengan Samudra sih? Lebih baik ia menghindar dari Samudra melewati lorong samping kirinya, sehingga Samudra mempercepat langkahnya menyusul Tea' yang kini malah menghentikan langkahnya, membuat Samudra berhenti tepat seraya menghela napas saat Tea' membalikan tubuhnya menatap Samudra yang membasahi bibirnya sebentar. "Ngapain lo ngikuti gue? Apa ada yang ingin lo katakan?"
Begitu tidak suka jika Tea' mengubah nada bicaranya menjadi dingin seperti ini. "Gue, gue mau ngomong sama lo. Tapi nggak disini." Sebelah alis Tea' terangkat sebentar sebelum menganggukan kepalanya untuk menyetujui apa yang dikatakan Samudra. Dilain sisi, ia tidak ingin bertemu dengan Samudra terlebih dulu, apalagi bicara dengan pemuda itu. Tapi, ya sudahlah. Ia turuti saja apa mau pemuda itu sekarang, mungkin setelah itu ia akan pergi jauh dari Samudra. Ia tidak perduli dengan persahabatannya dengan pemuda itu, yang terpenting ia tidak akan pernah mengenal Samudra kembali.
"Lo sebenarnya mau ngomong apasih? Dari tadi diem aja." Celetuk Tea' menatap Samudra yang hanya diam saja. Itu membuat dirinya kesal karna perkataannya diabaikan begitu saja, memangnya siapa dia. Hanya anak yang diluar hikah. "Lo sama aja buang waktu gue tahu nggak." Lengan kanan milik Tea' ditahan Samudra untuk tidak pergi dari hadapan pemuda itu. Sungguh ia tidak menyukai sikap Tea' yang seperti ini.
"Gue minta maaf." Tea' melepas lengangnnya dari cengkraman Samudra dengan melihat kearah lain. Perasaannya begitu membingungkan, ingin memaafkan atau tidak. Tapi karna wanita yang melahirkan Samudra, keluarganya menjadi hancur. Bapak pergi dari rumah demi wanita itu, dan rela melakukan apapun demi wanita pengganggu rumah tangga orang itu, dari pada memilih untuk bertahan bersama ibunya. Dilain sisi, dirinya juga tidak bisa marah dengan Samudra. Entah perasaan rasa sayang ataupun apa. "Maafin gue Tea'. Gue mohon maafin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
1# Hari Itu...
Teen FictionCOMPLETED ___ Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Mencintai bukan berarti menyayangi, ataupun sebaliknya. Dan membenci bukan berarti tidak menyukai.