24%

21 6 0
                                    

Awas typo bertebaran...

×××

Rasa sesak dan manik mata yang ingin slalu mengeluarkan air mata saat mengingat fakta yang begitu menyakitkan hatinya, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang. Yang hanya bisa ia lakukan hanya berdiam diri didalam kamar, tidak memperdulikan perutnya yang minta diisi dengan makanan walaupun hanya sedikit. Sampai kepalanya menoleh kearah pintu yang menampakan sosok wanita yang menyunggingkan senyumannya dengan membawa senampan makanan yang kini diletakan diatas nakas samping tempat tidurnya. "Sedih boleh, tapi makan jangan dilupakan." Celetuk Lista yang duduk ditepi tempat tidur itu, membuat Tea' duduk bersila dihadapan Lista dengan buliran bening yang mengalir di pipinya kembali. Dan dengan cepat Lista memeluk gadis itu, menaruh dagunya dikepala Tea' yang mulai terisak didalam pelukannya. "Kalo mas Agil tahu kamu nangis, pasti dia juga sedih."

Gadis itu melepas pelukannya menatap Lista yang masih saja memasang senyumnya untuk menenangkan gadis di hadapannya. Seandainya sejak awal ia bisa membujuk Agil untuk bicara sejujurnya dengan Tea', mungkin gadis itu tidak akan sesedih ini. Tapi dirinya juga sadar, ia tidak ada hak untuk itu semua. Lebih baik dirinya diam dari pada menambah masalah, dan itu pasti akan membuat dirinya juga yang menjadi sasarannya. Tapi, dilain sisi dirinya tidak tega melihat Tea' seperti ini. Kecewa dalam kebohongan yang menyangkut orang tua gadis itu. "Tea'cuma nggak nyangka aja, siapa yang ngebunuh ibu Tea'." Lirihnya yang begitu menyesakan hati Lista yang hanya menahan air matanya untuk tidak keluar. Sampai mereka menoleh kearah pintu yang mendapatkan sosok Agil yang berdiri diambang pintu, dan berjalan mendekati kedua perempuan itu. Mengusap pelan puncak kepala Tea' yang hanya bisa menundukan sedikit kepalanya, karna ia tidak ingin mas Agil tahu jika dirinya menangis. "Kok mas Agil udah pulang? Kan acaranya belum selesai."

"Kamu kenapa?" Gadis itu masih saja menundukan kepalanya saat Agil menjajarkan tingginya dengan Tea', dengan berlutut dihadapan gadis itu. Membuat Tea' memberanikan diri menatap Agil yang masih setia menatap dirinya dengan tatapan yang sendu tapi begitu tegas. "Mas Agil tahu, mas Agil salah. Selama ini mas Agil nutupi itu semua, mas Agil nggak mau Tea' kecewa sama papa, yang selama ini ngerawat Tea' ataupun mas Agil. Mas Agil juga tahu, ini nggak adil buat kamu. Kamu masih inget, perkataan mas Agil waktu lalu?"

"Mas Agil akan bawa Tea' pergi jauh." Lirihnya dengan air mata yang mengalir sempurna dipipi mulus gadis itu tanpa hambatan sedikitpun, membuat Agil ataupun Lista merasakan sesak didada mereka melihat Tea' yang biasa ceria dengan tawanya kini mengeluarkan air matanya yang begitu berharga bagi seorang Agil. "Mas Agil keluarga satu-satunya yang Tea' punya, jadi mas Agil harus bawa Tea' pergi jauh."

Dengan air mata yang sejak dari tadi dibendung untuk tidak keluar kini lolos dengan sendiri saat memeluk adiknya itu, ini kesempatan dirinya untuk tidak merahasiakan apapun kepada Tea', hanya gadis itu keluarganya yang utuh dalam perang bisnis gila itu. Tapi dirinya juga tidak akan melupakan mama Yasa yang menjadi adik kandung dari almarhum mama kandungnya, mungkin setelah ini ia akan membicarakan masalah ini kepada wanita itu yang kemungkinan besar akan menyetujuinya. Ia tidak perduli dengan pria tua yang selama ini hanya bisa mengeluarkan ancaman yang sebenarnya tidak akan mempan untuknya ataupun gadis yang masih berada di pelukannya.

Terbukti dengan Tea' tadi dibawa kerumah pria itu yang hampir saja dijadikan untuk umpan mereka, tapi ia bersyukur karna Tea' bisa pergi dari rumah itu tanpa luka sedikitpun. Dan dirinya bisa tebak, anak buah pria itu juga tidak berani melukai Tea' yang termasuk sumber uang mereka. Ia sangat yakin dengan keputusannya saat ini, dirinya akan bawa pergi Tea'. Tanpa ada gadis itu semua fasilitas yang pria itu gunakan selama ini, mungkin akan terbatas. Dan perusahaan itu tidak akan bisa ditangan Samudra, karna nama Tea'lah yang tertera diatas kertas putih yang sebagai perjanjian atau sebagai pewaris dari semua harta yang dimiliki kedua orang tuanya yang telah tenang dialam sana. "Tapi mas Agil tidak bisa bawa kamu pergi saat ini juga, mas Agil harus menyelesaikan pekerjaan mas Agil terlebih dahulu."

1# Hari Itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang