[19] Masa Lalu

6 0 0
                                    

Ini tentang masa lalu.
Ya, tentang kisah manis kita yang berubah jadi kelam ketika mengingatnya.

***

Hhh..

Aldi melepaskan tangkupan tangannya pada pipi Keira. Sungguh, Aldi tidak menyangka jika Ryan benar-benar sebrengsek itu. Saat ini, Aldi dan Keira sedang berada di sebuah cafe terdekat dengan tempat dimana kejadian yang sungguh Aldi sesali itu terjadi.

"Sorry, La." ucap Aldi sambil menunduk dan memejamkan mata dengan nada yang amat menyesal.

Keira mengangkat wajah Aldi dengan telunjuknya. "I'm okay." ucap Keira tulus.

Aldi menggenggam kedua tangan Keira. "La, kayaknya kakak lo benar. Gue nggak cukup baik untuk ada di deket lo." ucap Aldi tiba-tiba.

Aldi mulai membayangkan bagaimana kisah antara Aldi dan Keira dulu. Dari yang sangat dekat hingga menjadi sangat jauh. Hanya karena kelakuan Aldi. Ya, memang semua ini salah Aldi. Tidak seharusnya Aldi masih bisa bertemu dengan Keira. Kalau saja Danish tahu, entah bagaimana nasib Aldi sekarang. Danish memang melarang Keira untuk bertemu dengan Aldi. Bukan karena apa, Danish hanya ingin yang terbaik untuk Keira dan Aldi pun membenarkan hal itu.

Keira menautkan kedua alisnya. "Lo ngomong apaan sih?!" ucap Keira dengan nada kekecewaan disana. Keira memang tidak suka jika Aldi membenarkan perkataan orang bahwa Aldi tidak cukup baik untuk ada disekitar Keira yang hanya akan membuat Aldi akhirnya benar-benar pergi.

Aldi mengeratkan genggamannya pada kedua tangan Keira. "La, emang udah seharusnya kita nggak ketemuan lagi sejak pertama kali kakak lo ngelarang lo buat ketemu sama gue. Putus hubungan dengan gue beberapa bulan belakangan ini juga, gue rasa itu adalah hal yang benar. Karena buktinya lo nggak kenapa-kenapa waktu gue nggak ada disekitar lo untuk waktu yang lama. Dan ketika pertemuan kita kembali, hal itu malah membawa lo kedalam celaka."

Keira memperdalam tautan alisnya. "Nggak usah bawa-bawa kenangan lama. Gue nggak suka. Dan lo tau itu. Gue nggak peduli dengan apa yang udah terjadi dulu. Lo juga nggak usah lebay, gue nggak kenapa-kenapa. Lo tau dari dulu gue bukan orang yang lemah." jawab Keira menatap dalam tatapan yang sedang tidak tertuju pada arahnya.

Aldi memeluk Keira tiba-tiba. Sangat erat. Seakan ini adalah yang terakhir kalinya. Dan Aldi tidak ingin melepasnya.

"La, tentang kasus bully lo waktu itu, tentang lo pertama kalinya lihat orang mabuk, tentang rokok, tentang perilaku-perilaku kasar yang gue ajarin, tentang segala kata kasar yang gue lontarin dan malah lo ikutin sampe sekarang, tentang segala hal buruk tentang gue. Gue minta maaf." ucap Aldi didalam pelukannya.

Keira tidak tahu harus berkata apa. Aldi malah membawanya kembali pada memori kelam yang selama ini berusaha Keira lupakan.

Teman sekelas beserta kakak kelas yang sedang menghalangi jalan keluar Keira dari toilet. Lalu dengan tiba-tiba salah satu dari kakak kelas yang ada disana menjambak rambut Keira dan mulai melakukan pukulan-pukulan tidak terarah yang Keira rasa tak adil karena posisi Keira hanya sendiri pada saat itu. Lalu, Keira yang merasa tak terima akan perilaku cewek-cewek dihadapannya mulai melakukan perlawanan. Dari Keira yang mendorong kakak kelas yang menjambaknya, lalu kembali memukul semua yang terlibat disitu, hingga membuat mereka yang tak lain adalah penggemar cogan seperti Aldi itu terkapar lemah di lantai toilet. Dengan cepat, Keira keluar dari toilet itu dan menangis tak henti-henti di gudang sekolah karena menyesali setiap perbuatannya. Penyesalan Keira bertambah ketika keesokan harinya, Keira dikeluarkan dari sekolah. Oh tidak, kenangan itu kembali terputar didalam otak Keira.

"Dan, terima kasih, La. Makasih untuk semuanya. Makasih untuk lo yang masih mau berteman ketika lo tau sisi terburuk gue. Makasih karena lo selalu setia dan sabar setiap gue ketemu lo dengan keadaan mabuk. Makasih karena lo selalu sabar dengan asap rokok yang selalu lo hirup pas lo lagi nemenin gue jalan. Makasih karena lo udah mau mahamin kondisi gue tanpa ada rasa jijik sama sikap gue, dan tanpa ada keinginan untuk meninggalkan. Makasih, La. Makasih." ucap Aldi yang masih memeluk Keira.

"Gue bakal kangen sama lo, La. Sahabat terbaik gue yang paling ngerti gimana gue." lanjut Aldi.

"Ya, gue bakal kangen banget sama lo, La." ucap Aldi lagi dengan nada rendah sambil melepaskan pelukannya dari Keira.

"Bye, La. Take care of yourself. Maaf gue nggak bisa jagain lo lagi mulai sekarang." Aldi bangkit dari kursinya dan beranjak pergi dari cafe.

"Di! Lo mau kemana?! Di!" teriak Keira menahan kepergian Aldi. Namun, Aldi tak merespon apapun, Aldi terus berlari ke arah luar cafe. Sementara Keira terpaku di tempat duduknya, tak berniat untuk bangkit, entah apa yang menahannya.

Keira mengusap-usap wajahnya gusar. Entah apa yang Aldi pikirkan dengan memutuskan untuk pergi meninggalkan Keira dan entah apa yang Keira pikirkan dengan memutuskan untuk tidak mengejar Aldi.

Any Question?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang