[4] Sebuah Kenyamanan Baru

32 2 0
                                    

Tolong beri tahu aku apa yang kamu rasakan.
Aku yakin, kita bisa berbagi rasa.
Dengan begitu, bukankah semuanya akan menjadi ringan?

***

Ya, Keira kabur dari Gara. Dan Given sepertinya tidak harus menanyakan hal itu lagi.

Keira diam.

"Yap, lo beneran kabur dari Gara", ucap Given yang langsung bangkit dari tempat duduknya.

"Loh loh, Ven please jangan kasih tau Gara kalau gue ada di sini", ucap Keira yang langsung menahan lengan Given dengan susah payah supaya Given tidak pergi ke tempat yang Keira tahu.

Given memerhatikan manik mata Keira, entah apa yang Given cari disana. "Maaf Kei", ucap Given akhirnya yang langsung melepas tangan Keira dari lengannya.

Keira hanya bisa menghela napas sambil berjalan mundur untuk menemukan bangku yang ia tempatkan tadi. Mustahil ia menahan Given dalam kondisi ia yang lagi lemas seperti ini.

"Kei-", panggil Anna dari arah belakang Keira yang sudah membawa sepiring nasi goreng dan satu gelas teh manis hangat di tangannya.

Keira hanya menoleh ke arah Anna sebelum akhirnya pandangan Keira berbalik lagi ke arah Given pergi tadi.

Anna yang merasa ada hal yang salah, langsung menaruh sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat di tangannya ke meja yang berada tepat di depan Anna. Anna kemudian mendekat ke arah Keira dan duduk disampinya. "Lo nggak apa-apa Kei?", tanya Anna bingung.

Keira hanya mengangguk.

"Given kemana?", tanya Anna lagi.

"Hhh.. nyusulin Gara", Keira akhirnya angkat bicara.

"Oh jadi karena itu lo bete nggak jelas gini?", goda Anna.

"Apaan sih, ya nggak lah, gue bete gini juga ada alesannya. Gue lagi males aja sama Gara, gue jadi kek gini nih gara-gara dia. Coba dia nggak ngerusak acara mabal kita. Ck!", oceh Keira sambil memajukan bibirnya beberapa senti.

"Ututuuu, ya udah, yang penting sekarang lo makan dulu. Liat noh muka lo udah putih ditambah lo sakit pucet begitu jadi kek mayat hidup tau nggak", ucap Anna sambil menuntun Keira untuk berbalik badan menghadap ke arah meja yang sedari tadi mereka punggungi.

Keira pun dengan perlahan memutar badannya menghadap meja, dan menyeret sepiring nasi goreng yang akan dia makan. "Lo nggak makan Na?", tanya Keira sebelum memasukkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

"Udah gue. Pas lo kabur dari gue, gue lanjut makan", jawab Anna sambil sibuk memasang earphone ke telinganya, lalu memutar ponselnya dengan posisi landscape. Kalau Anna sudah begini, Keira juga tahu bahwa Anna akan berujung tenggelam dalam dunia oppa-oppa nya.

Keira mengalihkan perhatiannya ke nasi goreng yang sudah berada di depan mulutnya. Entah kenapa rasa lapar Keira seketika hilang dan berganti dengan rasa tidak nafsu makan. Sehingga Keira hanya memasukkan nasi goreng yang berada pada ujung sendok ke mulutnya. Keira mengecap-ngecap mulutnya untuk menemukan rasa lain di dalam nasi goreng yang ia makan selain rasa hambar. Dan nihil. Nasi goreng yang Keira tahu bahwa rasanya sangat enak karena nasi goreng ini adalah salah satu makanan favorit Keira di kantin ini, menjadi hambar di mulutnya sekarang. Ah, Keira menjadi tambah tidak nafsu makan begini caranya.

Keira menjauhkan piring berisi nasi goreng itu dari hadapannya. Seperti sudah hilang gairah untuk hidup, Keira hanya menaruh kepalanya di atas meja dan menatap ke arah Anna seakan dia memberi sinyal menyerah akan hidup ke Anna.

Anna yang merasa diperhatikan akhirnya mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel dan mematikan ponsel itu. "Kenapa lagi Kei?", tanya Anna.

"Hambar Na", jawab Keira.

Any Question?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang