~6~

16.7K 1.7K 135
                                    

Bunyi ketukan sepatu beradu cepat dan memekakan telinga, langkah lebar dan tergesa memenuhi lorong. Wanita paruh baya dan seorang pria dewasa yang berada disampingnya melewati ruangan yang berbau obat obatan. Sesampainya didepan ruangan 1902 mereka berdua berhenti dan mulai membuka pintu perlahan

Kriett

"Cucu oma, sudah baikan?"tanyanya lembut dan mendekati ranjang seorang pemuda yang bernama Hong/Xing Dean.

Dean mengangguk lemah

"Jangan sakit. Kami juga akan sakit kalo dean bandel"ucap alex sendu

Bahkan tanpa mereka sadari masih ada seseorang yang sudah sakit lebih dari dean, yaitu sakit hati

"Alex, ayah keluar dulu, cari angin sore"ucap pria paruh baya yang masih keliatan mudanya meski sudah berkepala empat.

Alex mengangguk dan mengantar ayahnya sampai depan pintu ruangan

Selepas kepergian ayahnya, alex terduduk lemas dikursi ruang tunggu. Hatinya merasa apa yang dilakukannya selama ini salah. Alex mencengkeram pinggiran kursi erat, menghalau rasa sesak yang tiba tiba menyerangnya.

"Ini salah. Anak itu tak salah, dia hanya korban"gumamnya

"Siapa yang korban, mas?"tanya resa penuh selidik. Apalagi suaminya menyebut anak itu pasti ada hubungannya dengan zelo.

Alex yang mendapat pertanyaan dari istri tercintanya itu gugup, tidak tau akan menjawab apa.

"Siapa?"
Resa terus menerus memojokan suaminya,

"Zelo. Dia tak salah, dia korban disini. Tak sepatutnya kita membencinya selama 16 tahun ini, bahkan diusianya yang sekarang anak itu tetap tak mendapatkan haknya"ujar alex, mengeluarkan unek uneknya selama ini.

Terbukti dari raut resa yang mematung. Dia menggeleng keras tak setuju atas untaian kalimat suaminya.

"Tidak. Dia yang membuat aku malu, dia yang membuat semuanya kacau. Harusnya aku tak melahirkannya, anakku cuma satu. Hanya dean"resa mengucapkan penuh penekanan.

"Kita bisa membuangnya dipanti asuhan atau kita usir dari rumah. Ingat kata ibu dia itu hanya aib bagi keluarga besar Hong dan Xing"timpal resa lagi

"Resa, meskipun aku bukan ayah biologisnya aku berhak menafkahinya, lagipula panti asuhan mana yang mau menampungnya dia itu sudah besar, dan satu lagi, terserah kamu mau melakukan apa tapi Jangan pernah libatkan aku atau ayahku jika itu berhubungan dengan anakmu"

Alex mengucapkan itu dengan penuh penekanan. Lelaki dengan bahu tegap itu berlalu dari hadapan istrinya, dia sendiri saja pusing menghadapi perusahaannya yang hampir menurun karena saingan dari pengusaha lain. Dan ini ditambah dengan anak yang berada dirumahnya.

Sedangkan resa menggeram marah, dia tak terima jika anak dari hasil kesalahannya masih tetap singgah satu tempat dengan keluarganya.
Sampai kapanpun tak rela.

***

Beda lagi dengan pria paruh baya yang tengah berjalan jalan didekat taman rumahsakit itu. Sekarang ia tengah menatap bintang dan rembulan yang bersinar terang seperti seseorang itu. Hembusan angin dan temaramnya lampu taman menambah suhu dingin lebih terasa, Ia rapatkan jas kebanggannya erat.

Sedikit ulas senyum terpatri meski hanya sekilas, ia membayangkan hasil percakapan pagi tadi dengan teman bisnisnya.

Flash on##

"Wah, tak kusangka kau membesarkan seorang anak yang sangat cerdas."ujar seorang paruh baya seumurannya

"Dimana kau menemukannya?"timpal yang lain

Sedangkan Hong Axel, mengernyitkan dahinya bingung.

"Ah, terimakasih. Tapi, dean hanya juara 2 lebih cerdas yang juara 1"ucap axel membuat semuanya bungkam

Lalu tawa menggema. Axel dibuat bingung, pasalnya cucunya hanya dean tak ada yang lain.

"Tak usah merendah, kami sangat ingin bertemu anak didikmu itu"ujar paruh baya yang bernama henry, dengan senyum wibawanya.

"Siapa ya namanya?, kalo tidak salah Hong zelo. Iya, itu namanya. cucuku padahal baru bertemu dengan pemuda itu sekali dan dia sangat menghormatinya, hingga meminta foto dan tanda tangannya selepas olimpiade"tambah lainnya yang kebetulan ikut membicarakan seputar olimpiade yang diadakan secara Nasional.

"Apa kalian yakin namanya Hong Zelo?"selidik axel,

"Ya, karena cucuku juga berpartisipasi dalam lomba itu"jawab pria paruh baya yang lain

Lalu senyuman terpatri diwajahnya. Membuat seorang pria paruh baya didepannya melemparkan banyak pujian dan senyuman lebar tentang marga Hong yang mereka elu elukan.

Flash off##

"Terimakasih nak"gumam axel digelapnya malam

Kemudian axel beranjak dari tempat semula ia duduk. Berjalan menuju kamar inap sang cucu yang tengah sakit. Mendongakkan kepalanya guna melihat lihat ruangan yang sempat ia lewati melalui jendela.

Banyak sekali orang sakit dan keluarganya yang menunggunya tertidur karena kelelahan, mungkin.

Axel menghembuskan nafasnya kasar, ia coba menghalau rasa sesak yang tiba tiba menyerangnya. Tak sempat ia membuka pintu ruangan cucunya axel dikejutkan oleh suara sang menantu.

"Ayah darimana?"tanyanya lembut dan sopan

"Taman rumahsakit. Apa dean sudah tertidur?"jawab axel dan ia bertanya tentang keadaan cucunya didalam

"Belum sepertinya"ucap resa ragu lalu mempersilahkan mertuanya masuk kedalam.

Dibalik dinding terdapat sosok nya yang memperhatikan keluarga yang telah berbaik hati menampungnya. Meskipun diluar ia cuek, tapi tak sampai hati mengabaikan semuanya.

Zelo teramat menyayangi keluarganya.
Meskipun puluhan pisau menghujam ulu hatinya. Ia tetap bertahan, karena satu satunya ia bisa bertahan karena Ibunda.

Setelah puas, Zelo berbalik arah ke pintu keluar. Dia berjalan sangat pelan, tetes demi retes air bening menuruni pipi mulusnya. Tak ada isakan hanya lelehan yang keluar.

"Cinta kalian untukku berbeda. Tapi, cinta kalian untuknya berlimpah, Sangat"cicitnya diakhir

Untuk yang sekian kali zelo menangisi keadaannya.

Sampai jumpa lagi~~

ZELO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang