~16~

15.2K 1.4K 15
                                    

Semua orang tau, Tuhan tidak akan memberi hambanya cobaan berat yang membuat hambanya tidak sanggup lagi untuk melangkah, bahkan untuk berdiri tegap.

Namun, itu tak membuatnya menyerah pada garis takdir tuhan, dia terus berusaha seperti kepompong yang ingin berubah menjadi kupu kupu cantik. Zelo pun juga pernah memasuki fase seperti itu. Tapi, hasil jerihnya selalu tak pernah terlihat dimata mereka.

Mendayung dari hulu sampai ke hilir,

keringat bercucuran sebesar biji jagung ketika dia merasakan tubuhnya yang terkontaminasi oleh penyakitnya. Hatinya seolah beku akibat caci dan makian yang terlontar oleh orang disekitarnya. Bukannya tak menghargai, dirinya bukanlah sosok yang kuat lagi. Dia harus bisa membiasakan sakit ketika sesuatu yang belum pernah ia rasakan menghujam tubuhnya. Disusul oleh ingatan yang memudar perlahan.

Bahkan dirinya belum merekam kenangan bersama keluarga ibunda nya.

Rintik hujan mewakili suasana yang dia rasakan. Hatinya berdesir, harum tanah sembab mampu menghipnotisnya. Buktinya dia malah bermain dibawah hujan yang mulai deras dari semalam.

Zelo hanya menikmati waktunya, sembari merekam jelas kenangan yang dia buat sendiri. Meskipun nantinya juga akan memudar bersamaan dengan tubuhnya yang akan tumbang.

Disana__
Tepatnya dibawah pohon pinus. dengan payung hitam dan kacamata hitam, semuanya berwarna gelap. Mengamati objeknya bagaikan buruan yang harus dia intai sampai ke akarnya. Bermain hujan dengan riang seperti anak kecil, sosok itu merekam dengan camera mungil ditangannya. Kemudian ia kirimkan pada atasannya.

"Rasanya ingin bergabung dengannya"gumamnya

"Belum waktunya"ucap orang yang berada disampingnya,

Derasnya hujan dan lebatnya angin tak membuatnya ingin beranjak dari tempatnya ia bermain. Zelo asik dengan dunianya. Bayangan masa lalu dan peristiwa hari ini seketika memudar perlahan bersamaan cahaya matahari yang muncul dari balik awan hitam.

Seiring tetes demi tetes air turun dari pelipis. Nafasnya tak beraturan, senyum masihlah mengembang. Perlahan tapi pasti, senyuman itu menghilang, digantikan dengan kernyitan tak paham.

"Dimana?"

Dia bertanya pada diri sendiri. Dia bingung, lebih tepatnya takut.
Padahal dulu rasa takut dalam dirinya tak pernah ada? Kenapa sekarang rasa takut itu mendominasinya?

Jawabanya__
karena dia perlahan melupakan kenangannya yang buruk. Melupakan semua orang yang pernah dekat dengannya ataupun melukainya.

Zelo berjalan mengelilingi halaman mansion, menengok kanan dan kiri. Dia linglung. Hingga dua orang pemuda menghampirinya.

"Tuan muda__

Belum menyelesaikan ucapannya, zelo terlebih dahulu dipanggil oleh pria dewasa dengan balutan jas hitam dari depan pintu utama, pria dewasa itu berkacak pinggang.

"Zelo!! Kemari. Apa kau mau masuk angin lalu mati!!"ujarnya

Bahkan kalimatnya tak ada lembutnya sama sekali. Padahal dulu dia yang berucap tidak akan mengusik zelo, sekarang dia juga yang mengingkarinya.

Zelo berlari menghadap pria dewasa itu dengan kernyitan bingung. Sedangkan dua orang berbalut jaket hitam hanya bisa memandangnya

"Anda memanggil saya?"

"Bodoh"desisnya
"Sekarang. Kau pindah ke kamar belakang, dan pindahkan semua barangmu. Besok kamar itu harus kosong, dan motor itu_"tunjuknya. "Ayah sita"ujarnya melenggang pergi

"Ohh, jadi dia ayahku"gumam zelo menganggukan kepalanya tanda mengerti.

Sedangkan dua orang berbaju hitam tadi menahan kesal. Mereka berlalu pergi, dengan sejuta penuh amarah.

"Sudah kamu usir dari kamar tamu mas?"

"Ya. Lagian aku sedang butuh dana buat majuin perusahaan. Motor dan uang jajan bulanannya sudah kutarik kembali"

"Lagian kenapa sih kamu tidak mau minta bantuan ayah atau ibu"tanya resa

"Selagi masih mampu kenapa harus minta bantuan ayah? Lagi pula anak itu dirumah ini juga bukan siapa siapa kita"santai alex melenggang pergi dari hadapan resa. Resa tersenyum puas mendengarnya.


Keringat mengucur dari dahi sampai ke dagu. Pakaiannya bahkan sudah banjir keringatnya sendiri, dia terengah sembari memegangi kepalanya penuh dengan ringisan yang sedari tadi mengalun indah dibibir plumnya.

"Gua lupa kalo punya penyakit sialan ini. Pantesan gua sering lupa sama sekitar gua"gumamnya ditengah ringisan kesakitan. "Ahh, brengsek!"umpatnya

Zelo terduduk lemas dilantai samping ranjang. Memegangi sebelah kepalanya pening, dia mengingat apa saja yang dia lupakan hari ini.

"2 orang berbaju hitam? Hujan? Ayah? Terus apa ya?!!"

Hingga satu kejadian yang membuatnya ingin melempar diri kejurang saat itu juga.

"Well, sialan sekali sih penyakit ini. Kenapa gua jadi hilang jati diri gini, lupa sih lupa tapi ya kenapa gua kek anak kecil begitu"setelah dia mengingat obrolannya pada ayah didepan pintu dia seakan ingin menumpas habis penyakit ini.

Seandainya saja bisa?

Itu hanya angan angan saja. Percaya atau tidak sebenarnya zelo itu sudah lupa dengan teman bahkan saudaranya di geng trickZ nya. Dia total lupa dengan mereka semua...






Sampai jumpa lagi~~

ZELO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang