Play

3.5K 144 7
                                    

Selamat membaca
&
enjoyyyyyyyyyyy



Author

Saat ini kondisi Safira berangsur semakin membaik dan dokterpun mengatakan sekitar dua hari lagi sudah bisa pulang. Safira sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dirinya memang sudah tidak sabar ingin segera pulang.




Sementara di mansion Kris. Arina semakin bertingkah seenaknya, pekerjaannya sebagai pelayan ia abaikan karena sekarang ini dirinya hanya fokus untuk mengurus majikannya itu.
Bibi emma sudah sering menegurnya, bukan hanya karena Arina sudah tidak mau mengerjakan pekerjaannya sajah tetapi karena melihat penampilannya yang kian hari semakin tidak pantas.

berkeliaran di mansion dengan pakaian mini sungguh tidaklah pantas, apalagi Arina hanya seorang pelayan bukanlah nyonya di mansion Kris.


dan ketika Kris pulang Arina akan melayani segala keperluan nya, seperti saat ini Arina tengah menyiapkan makan malam untuk Kris. dan dengan tidak sopannya dia duduk di sisi kanan meja makan persis seperti seorang istri yang sedang makan bersama suaminya. heh suami yang benar sajah.


-" ekhem....." deheman kris seketika membuyarkan lamunan Arina tentang dirinya yang menjadi seorang nyonya Helson.

-" e--eh. ada Tuan?." tanya Arina

-" bisakah tengah malam nanti kau datang ke ruang kerjaku."


Arina sungguh terkejut mendengar permintaan Tuannya, tapi takbisa dipungkiri bahwa dirinya sangat senang. Arina berfikir apakah Tuannya sudah mulai luluh akan pesonanya.
-" tentu saja saya bisa Tuan." kata Arina malu-malu.

tanpa disadari Kris tersenyum, tapi bukanlah senyum tulus melainkan senyum miring.







***

pukul sepuluh malam, Arina memasuki ruang kerja Kris dengan pakaian ketat yang membalut tubuhnya.

-" ada apa Tuan menyuruhku kemari." tanya Arina mulai mendekati Kris yang saat ini tengah duduk di kursi kerjanya.

-"tak ada apapun, aku hanya ingin bersenang-senang saja denganmu." kata kris sambil berbisik di telinga Arina.

Arina hanya tersenyum malu-malu. pemikiran tentang Tuannya yang menyukai dirinya memang benar.
Tapi-" ahkkkk......." jerit nya ketika merasakan perih di bagian tangannya. kemudian melihat ke bawah ternyata terdapat sebuah sayatan panjang dibagian lengannya, sehingga membuat
darah merembes kelantai.

Arina pun mengalihkan pandangannya pada Kris dan terkejut melihat senyum mengerikan yang tercetak diwajahnya.

-" a--a-pa yang Tuan lakukan pada ku?." tanya Arina ketakutan.


-" aku hanya menguji ketajaman pisau kecilku pada kulitmu." jawab Kriis enteng

-" kau gila." jerit Arina

-" ya aku memang gila,hahaha gila karna kau sudah berani mengusik milikkku." desis Kris tajam.-" jadi bagaimana bisakah kita mulai bersenang-senangnya." ucap Kris berjalan mendekati Arina sambil mengacungkan pisau kecilnya yang berlumuran darah.

Arina yang melihat kris mulai mendekat segera berlari menuju pintu, tapi sial pintu sudah terkunci. diapun membalikkan badan dan mendapati Kris yang sudah berada dibelakangnya.


-" hey, mengapakau ketakutan, bukankah saat kau akan kemari kau begitu bersemangat." tanya Kris sambil terkekeh melihat ketakutan dimata Arina.

keringat mulai bercucuran diwajah Arina, sekujur tubuhnya bergetar menandakan bahwa dirinya sedang ketakutan saat ini.

-" kumohon tolong lepaskan aku Tuan, a-aku berjanji tidak akan mengganggu mu lagi." ucapnta dengan ketakutan.

Kris terkekeh.

-" melepaskanmu. yang benar saja. bahkan aku belum memulainya. tapi jika kau meminta untuk ku lepaskan baiklah akan aku wujudkan."

Arina bernapas lega karena bujukannya berhasil, tapi sesaat kemudian dirinya merasakan tusukan di bagian perutnya, matanya membelalak melihat sebuah pisau menancap sempurna di perutnya.

-" bagaimana, apakah cara ku melepaskanmu sangat menyenangkan." tanya Kris sambil mencabut pisau itu, dan seketikaitu darah keluar dengan derasnya dari perut Arina.

Arina hanya mampu merintih menahan sakit pada perutnya yang semakin banyak mengeluarkan darah.


-" bu--bb-bukankah kau akan melepaskanku." tanyanya dengan wajah yang menunjukan kesakitan akibat tusukan itu.

-" aku memang akan melepaskanmu, atau lebih tepatnya aku akan melepaskan nyawamu saat ini." Arina semakin ketakutan mendengar pernyataan Kris.



-" hey, lihatlah pipi mulusmu ini, yang begitu putih."-" kurasa aku akan memoleskan sedikit warna merah agar kau semakin terlihat cantik." kemudian Krispun menggoreskan pisau itu pada pipi kanan Arina sangat dalam.

Arina menangis karena kembali merasakan sakit pada wajahnya.

-" mengapa kau menangis. apakah karyaku menyakitimu." tanya Kris sambil melihat karyanya di wajah Arina.-" kalau begitu akan aku obati." kris mengambil saputangan basah yang tergeletak di meja kemudian menekankannya pada wajah Arina yang terluka.

-" aaaaaa.... sakit." rintih Arina karena merasakan sakit yang luar biasa berkali lipat pada wajahnya.


-" hahaha, padahal aku hanya mencelupkan saputangan ini pada ai jeruk dan garam saja, tapi kau langsung menangis, dasar lemah." kata kris sambil terus menekan saputangan tersebut pada setiap luka sayatan yang ada di tubuh Arina.


rasanya tubuh arina sudah mati rasa, ingin sekali ini cepat berakhir namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.



TBC

terimakasih karena sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca ceritaku,

SafiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang