Selamat membaca
&
EnjoyyyyyyyyyyyyKondisi Arina saat ini sungguh mengenaskan, dengan tubuh yang hampir seluruhnya dilumuri darahnya sendiri. menangis dan meminta pengampunan dari sang Tuan sudah ia lakukan, tapi semua itu hanya sia-sia karena Tuannya yang saat ini sudah bagaikan orang kerasukan setan tak akan pernah mengampuninya sebelum kematianlah yang datang menjemputnya.
Kris yang melihat Arina kembali mengerang kesakitan semakin tersenyum dan tanpa belaskasih kembali menusukkan besi tumpul pada paha Arina.
-" AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA. kumohon berhenti aku sudah tidak kuat lagii." Arina menjerit keras merasakan sakit saat besi tumpul itu semakin menekan pahanya secara perlahan.
-" apa, kau bilang berhenti hahaha, lalu dimana letak kesenangannya jika aku menghentikan permainan ini huh." desis kris sambil mencengkram dagu Arina.
-" kau bukanlah manusia, melainkan IBLISSS!!!!." teriak Arina marah.
-" ya, aku memang iblis dan salahmu karena sudah membangunkan sisi iblisku."
-" kuharap tuhan tidak memberi kebahagiaan sedikitpun pada iblis seperti kau!!!."
-" tak perlu berucap seperti itu, karena aku memang tak pernah mempercayai tuhan dan asal kau tahu bahwa aku memang tidak pernah merasa bahagia, jadi kau tak perlu repot-repot berdoa pada tuhan untuk membuatku sengsara, karena nyatannya kesengsaraan dan kesepian adalah teman hidupku selama ini." jawab kris dengan tenang seolah ucapan Arina tak berarti apa-apa.
-" aku he--ran mengapa T--tuhan tidak membuat iblis sepertimu mati saja, padahal dirimu saja tidak memperyai keberadaannya." Arina mengucapkan kalimat itu dengan keberanian yang dia kumpulkan walaupun harus merasakan sakit yang luar biasa karena terlalu banyak berbicara.
kris yang mendengar perkataan Arina seketika murka. diarahkannya pistol kesayangannya kearah jantung Arina.
dor
dor
dor
cukup dengan tiga peluru yang di tembakan di bagian jantung, kepala, dan perut langsung membuat Arina menghembuskan nafas terakhirnya.
-" huh, padahal aku masih belum puas, tapi karena kau terlalu memancing kesabaranku maka jangan salahkan aku kalau ku percepat kematianmu." kris memandang jijik tubuh arina yang hancur dipenuhi oleh darah.
dan dengan tidak manusiawinya kris menginjak mayat Arina saat akan keluar.
***
saat kris keluar dari ruang kerjanya dirinya langsung memerintahkan pada orang suruhannya untuk membereskan mayat Arina dan tidak meninggalkan jejak sedikitpun. bukan karena dirinya tidak ingin polisi mengetahuinya tapi karena dia tidak ingin jejak dari wanita itu ada di kediamannya walaupun hanya setetes darah menjijikannya.
dua hari lagi adalah kepulangan gadisnya dari Rumah sakit, kris menyuruh pada semua pelayan mansionnya untuk tutup mulut mengenai kematian Arina karena dia tidak ingin kalau sampai gadisnya mengetahui tentang jatidirinya yang asli.
keamanan sudah ia perketat agar kejadian yang lalu tidak terulang lagi.
sementara di rumah sakit bibi emma sedang membereskan barang-barang yang waktu itu dia bawa dari mansion agar saat akan pulang semua sudah selesai di kemas. Safira yang akan ikut membantu langsung di larang keras olehnya karena kondisi Safira yang saat ini belum sepenuhnya pulih.
-" bibi, apa kau tidak lelah merawat ku dan sekarang kau membereskan pakaian ku seorang diri." kata Safira yang merasa tidak enak pada bibi emma, karena selama dirinya berada di rumah sakit bibi emma lah yang sering datang untuk menjenguknya dan sekarang diapun yang membereskan pakaiannya yang akan dibawa pulang.
-" tak apa sayang, lagi pula aku senang karena beberapa hari lagi kau sudah bisa pulang." kata bibi emma sambil mengelus jilbab Safira dengan sayang.
-" terimakasih bibi karena kau begitu menyayangiku padahal aku hanya seorang pelayan, tapi kau memperlakukan aku bagaikan seorang nyonya." kata Safira sambil memeluk bibi emma, yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
-" sama-sama nak." mereka yang tengah asik berpelukan tak menyadari ada sesesok orang yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
TBC
terimakasih karena sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca ceritaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safira
FanfictionDisini saya menceritakan tentang seorang wanita muslimah yang hidup bersama seorang mafia kejam, yang tidak pernah sekalipun berhubungan dengan seorang wanita, dan tidak percaya akan adanya tuhan. Lalu akankah dengan adanya wanita tersebut dalam hid...