M. Atsushi | more minutes in heaven | {smut}

1.2K 69 4
                                    

Nafas memburu, wajah memerah padam. Entah harus bersyukur atau sial, (y/n) terjebak dengan pacarnya didalam lemari sempit. Karena, permainan '7 Minutes in Heaven' yang mereka mainkan bersama teman lainnya.

Jarak mereka tidak tersisa. Bahu bersentuhan dan itu yang menjadi masalah bagi (y/n). Dia orang yang kurang nyaman dengan sentuhan dari orang lain meski dari orang terdekatpun.

"(y/n)-chin sesak tidak di sini?" tanya Murasakibara dengan nada malas biasanya.

(y/n) menganggukkan kepalanya pelan, "lumayan, lemarinya terlalu sempit," jujur (y/n).

"Hmm.. apa yang orang lakukan di sini?"

"Umm.. biasanya mereka menyatakan perasaan mereka atau membicarakan sesuatu hingga waktunya selesai," jelas (y/n) yang berhati-hati dalam memilih kata-kata.

Iris ungu Murasakibara menatap kekasihnya yang melihat pintu lemari dan bibirnya seperti bergerak. Mungkin, menghitung berapa lama lagi bisa keluar.

"Tapi, aku dan (y/n)-chin sudah jadi kekasih? Dan aku tahu semua soal (y/n)-chin. Jadi apa yang kita lakukan?" perkataan Murasakibara berhasil membuat telinga (y/n) memerah.

Dengan gerakan lembut, Murasakibara mengubah posisi duduknya yang tadi berhadapan dengan pintu kini menyamping ke kiri dan meletakkan figur kecil kekasihnya di pangkuan lalu meletakkan kepalanya dibahu (y/n).

"E-eh, Atsushi-kun..?" (y/n) bertanya sambil mencoba melirik dari bahunya.

Murasakibara tidak menjawab, hidungnya menghirup aroma stroberi yang berhasil memabukkan pikirannya. Serta, rambutnya wangi lemon segar.

"(y/n)-chin pakai parfum apa?" bisik Murasakibara yang menggesek-gesekkan hidung mancungnya ke leher jenjang (y/n).

"Uhh.. stroberi? Kenapa memangnya?"

"Baunya harum, seperti aku ingin memakannya sekarang," jawab Murasakibara dengan suara rendah.

Mendengar jawaban Murasakibara ditambah suaranya yang rendah seperti itu, membuat tubuh (y/n) merindung dengan sensasinya dan wajahnya tidak bisa mengontrol warna merah yang terlijat jelas walau sekarang gelap.

"S-setelah kita keluar.. k-kita bi-bisa beli stroberi, ba-bagaimana?" tanya (y/n) dengan tergagap. 

"Tapi aku ingin sekarang, (y/n)-chin~"

"Ap-apa―Ah!"

(y/n) merasakan bibir Murasakibara yang hangat menggigit lehernya lalu melanjutkannya dengan menjilat dan memberikan bekas memerah di sana.

"Atsushi-kun! Nanti kelihatan orang!" protes (y/n) mencoba meraih bekas di lehernya.

Namun, tangan Murasakibara menghentikan gerakan (y/n) dan menaruh kedua tangan kekasihnya ke sisi lemari. Satu tangan Murasakibara yang bebas mengular ke bajunya dan masuk ke dalam hingga sampai di payudara (y/n).

"Atsushi..."

"Hn? Aku ingin memakan (y/n)-chin sekarang."

Bibir Murasakibara kembali bekerja dan kali ini menciumi bahu (y/n) dimana dia melonggarkan baju kekasihnya supaya bahunya terlihat. Tangan Murasakibara masih meremas gemas payudara (y/n) yang terbungkus bra.

"Nhn!"

Kaki (y/n) bergerak gelisah dengan mengatupkan kedua kakinya, bisa dirasakan olehnya, daerah kewanitaannya mulai basah dan tubuhnya begitu panas. Meminta lebih dari sentuhan yang diberikan.

Sebelum Murasakibara berkata, pintu yang diketuk kasar membuat keduanya berhenti melakukan aktivitas. Membeku karena sepertinya waktu 7 menit itu selesai.

"Sudah kubilang, tinggalkan saja mereka! Aku yakin kau menganggu bagian terbagusnya!" mereka menebak itu adalah suara Kenichi.

"Tapi, bagaimana jika―"

"Sudahlah, Himuro. Kau terlalu banyak khawatir." Fukui menambah.

"Hey kalian berdua! Jangan terlalu lama!" terdengar seperti perintah bagi Murasakibara.

(y/n) mendengar suara langkah yang mulai menjauh dari lemari. Lalu, kesadarannya kembali saat tangan Murasakibara kembali meremas.

"Atsushi-kun, b-bisa kita berhenti?" tanya (y/n) pelan.

Murasakibara menggeleng, "kenapa berhenti? Aku kira (y/n)-chin suka?"

Mendengar pertanyaan Murasakibara itu membuat hati (y/n) terasa tertusuk. Kekasihnya yang terlihat polos, dan menggemaskan itu dalam seketika berubah menjadi ganas dan tiga detik kemudian sifatnya kembali berubah ke sisi lembut.

"Huuh.. Atsushi-kun tahu 'kan soal aku yang ti―"

"(y/n)-chin.. aku sudah bilang. (y/n)-chin itu sempurna dan jangan merasa malu. Karena apa yang dimiliki (y/n)-chin adalah yang terbaik," ucap Murasakibara menenangkan.

(y/n) tersenyum tipis mendengar perkataan Murasakibara yang membuat rasa kepercayaan dirinya sedikit menaik. (y/n) tahu dia dan Murasakibara sudah enam bulan berpacaran, hanya sekedar berpegangan tangan, pergi kencan atau berciuman, mungkin sudah saatnya (y/n) mengerti apa yang dia inginkan.

"Atsushi-kun.. tapi aku tidak ingin melakukannya di sini.." bisik (y/n).

"Hn? Oh, mau dikamar begitu?"

Murasakibara mengatakannya dengan mudah seperti membacakan sebuah pidato. Dengan malu, (y/n) mengangguk.

Murasakibara memposisikan (y/n) yang sekarang berhadapan dengan dirinya. Mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir mungil (y/n).

Tangan Murasakibara mengerat pada pinggang (y/n) dan bahunya, membawanya dekat hingga keduanya tidak menyisakan jarak. Kedua tangan (y/n) melingkar pada leher panjang Murasakibara.

Setelah ciuman itu terlepas, saliva terlihat menyambung dari kedua bibir mereka. Mereka saling bertatapan dan kedua dahinya menyatu.

"(y/n)-chin siap?"

(y/n) tersenyum lalu tangannya mengusap pipi Murasakibara dengan lembut dan memberikan respon anggukan atas pertanyaan Murasakibara.

"Mari habiskan waktu lebih banyak di heaven."

𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐓𝐚𝐥𝐤 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang