10. BOSS SHERIN -)

4.7K 244 11
                                    

Readers Inget Vote Ya !
Hargailah Karya Author, berikan Vote dan Comment Kalian, karena Itu sangat berharga dan itu semua gratis tanpa harus dikenakan biaya.
Jadi Jangan baca cuma-cuma, dan Bertingkah seolah gak ngerhargain author sama sekali. Karena sejujurnya gue gak suka Silent Readers🖤Inget kalo udah masuk kesini. Jadilh Readers yang berkelas. Selalu Vote dan beri Komentar. Author akan seneng banget jika kalian bakalan ngelakuin Dua hal itu.
.
Happy Reading ❤

"Ya udah kalo kamu mau aku pergi, ya aku pergi."
-Sherin Aqilla Diana-









"Sherin, gue emang gak terlalu akrab sama lo, tapi setidaknya lo bantuin kita. Kalo lo bantuin kita semua, betapa baiknya lo udah nyelamatin kita dari masa depan buruk yang menanti kita."

Sejak tadi Sherin hanya diam saat Riski melontarkan beribu-ribu kata permohonannya pada Sherin.  Ia bungkam, tatapannya Kosong, pikirannya entah sedang berkunjung ke alam mana sekarang, ia bingung.

"Rin, Lakuin ini demi kita, bukan Alvin. Rin, sebelum surat pernyataan itu sampai ke kita."

Semuanya menatap Sherin dengan tatapan memohon, yang sama sekali tak dihiraukan olehnya.
Sekarang Ia berpikir, bahwa ia harus menyelamatkan mereka.  Sherin tau mereka tak bersalah.

"Rin, jangan egois. Masa depan mereka ada ditangan lo sekarang."

Hatinya terus berbicara, seakan ingin membangunkannya untuk segera menghadap Kepala Sekolah.
Iya,  tekadnya sudah bulat.
Sherin berjalan cepat tanpa menghiraukan namanya dipanggil.

Kemana?
Kemana lagi

Yah..mereka akan terselamatkan.


:)


"Pak, saya mohon. Mereka gak bersalah pak. Jadi tolong, Bapak putuskan untuk tidak mengeluarkan mereka pak."

"Kamu membela mereka? Darimana kamu tau mereka tidak bersalah?" Pak Agus melempar segala jawaban Sherin tadi dalam bentuk pertanyaan. Pak Agus memang tidak bisa diganggu lagi keputusannya yang sudah bulat. Namun percayalah, jika Sherin pasti dapat menanganinya.

"Baik Pak baiklah. Apa Bapak tidak memikirkan kedepannya?
Apa bapak mengeluarkan Beberapa Siswa yang belum tentu bersalah?" Sherin membalikannya sekarang. Ia tak peduli jika Pak Agus adalah Kepala Sekolahnya sekarang.

"Apa yang bisa kamu buktikan? Kalau memang mereka tidak bersalah?"

"Pak? Bapak tidak tau apa yang terjadi disana. Saya tadi melihatnya Pak, mereka tadi memang memukul salah satunya tapi percaya pak, bukan mereka yang memulai semuanya."

"Apa bapak mau mengeluarkan mereka semua begitu saja tanpa melihat kebenarannya? Maafkan saya pak telah lancang,tapi inilah yang terjadi Pak."

"Siswa-siswa yang menyaksikan momen itu tadi, adalah buktinya. Karena tadi saat saya datang ke belakang perpustakaan bersama Galang, saya bukan hanya melihat mereka tapi juga melihat Kelompok Aford."

"Kelompok Afordlah yang memulai semuanya."

"Aford? XII IPS 2??" tanya Pak Agus.

"Iya, siswa yang sering sekali melanggar Banyak peraturan. Jadi, jika bapak ingin mengetahui mana yang salah mana yang benar, Salah Satu Siswa yang menyaksikan momen itu tadi harus menjelaskan semuanya disini."

Setelah satu siswa putri dari angkatan Kelas XI menjelaskan semuanya,  barulah Pak Agus percaya jika mereka tak Bersalah.

"Kelompok Afordlah yang memulainya." Simpulnya.

ALVINO ( ATLANTA )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang