Bab 2

552 61 5
                                    

Lelaki berjas putih berjalan melewati lorong rumah sakit, bibirnya selalu tersenyum dan menjawab salam dari setiap orang yang ia temui, sampai akhirnya dia berhenti pada sebuah pintu putih bertuliskan ruang kepala rumah sakit. Tidak menunggu lama lelaki tersebut mengetuk pintu dan menunggu jawaban dari orang yang berada di dalam.

"Masuk," jawab suara dari dalam, membuat lelaki tersebut tanpa sungkan masuk ke dalam. Terlihat seorang pria paruh baya sedang duduk di kursi kebesarannya, jas putih menggantung rapi di punggung kursi yang ia duduki, lembaran-lembaran kertas putih yang entah bertuliskan apa berjajar rapi di depannya.

"Ayah, ada apa memanggilku?" Tanya lelaki tadi setelah ia duduk di depan meja lelaki yang ia panggil ayah.

"Oh, Alif, ayah ada permintaan, tapi tidak berharap kamu setuju, namun tidak salahnya ayah mencoba menanyakannya padamu bukan?" Tanyanya seraya melepaskan kacamatanya.

"Apa itu, Yah?" Alif menegakkan badan dari duduk santainya, sedikit takut akan permintaan sang Ayah adalah mengenai perjodohan sang ibu lagi.

"Ada seminar di China dan Ayah tidak bisa menghadirinya apakah kamu bisa datang?" ucap sang Ayah membuat Alif setengah lega.

"Ayah kan tahu aku sedang mencari Lana. Bagaimana mungkin aku pergi." Jawab Alif

"Ayah mengerti, tapi Alif ini sudah 7 tahun sejak Lana pergi, apakah kalian yakin Lana masih ...," belum selesai sang Ayah menyampaikan pendapatnya Alif dengan cepat berdiri dan memotong ucapan sang Ayah.

"Ayah, Lana masih hidup Alif yakin itu." Ucapnya tegas

"Ayah tidak bilang Lana meninggal, jangan potong ucapan Ayah dulu kenapa? Ayah mengatakan apa kalian yakin Lana masih di indonesia? Lana itu pintar."

Mendengar ucapan sang Ayah, Alif kembali duduk, dirinya bahkan tidak pernah terpikir akan hal tersebut, sudah hampir dua bulan Alif dan Ardi mengetahui kebenaran tentang Lana, dan itu berarti tujuh tahun sejak kejadian di mana mereka percaya akan sebuah fitnah dan dengan tega menyuruh Lana pergi. Hampir dua bulan juga Alif dan Ardi mencari Lana dan semua orang yang dulu di panti asuhan namun tidak ada yang tahu kemana Lana pergi. Ibu panti yang dulu merawat Lana sama sekali tidak mengatakan apapun, hanya mengatakan Lana sudah pergi jauh dan tidak pernah kembali lagi setelah tuju tahun.

Seminggu pertama mereka mengetahui kebenaran, membuat mereka hampir frustasi. Orang yang mereka benci selama tuju tahun ini adalah orang yemg menyelamatkan mereka.

"Pergi Lana ... pergi, aku tidak pernah menyangka aku punya teman seperti dirimu, menjijikkan."

Ingat Alif akan ucapannya pada Lana kala itu, dan sekarang dirinya dipenuhi oleh penyesalan luar biasa. Lana yang ia lindungi dan dia sayang seperti adiknya sendiri. Nyata-nyatanya terluka oleh ucapannya sendiri.

"Alif?" Panggil suara yang menyadarkan Alif dari lamunannya.

"Iya, Yah."

"Ayah paham apa yang kamu rasakan, tapi kamu harus ingat, saat ini kamu punya tanggung jawab atas setiap nyawa di rumah sakit ini. Seminar ini penting untuk dokter agar menambah ilmu untuk para pasiennya. Lakukan ini demi Lana, Lana menyelamatkanmu pasti ia berharap hidupmu bisa berguna untuk orang lain bukan?"

Mendengar ucapan sang Ayah membuat Alif kembali mengangguk lemah. Lana di mana kamu sekarang? Tanya Alif dalam hati.

"Aku akan pergi,"

"Baguslah, Lana akan bangga padamu, saat dia kembali nanti dia pasti akan bangga melihat Alif menjadi seorang dokter yang hebat." Ucap sang Ayah dengan senyum yang tulus.

Alif kembali keruangannya dengan langkah yang tegap dan pasti, sampai di sana Alif menjatuhkan dirinya di kursi dan memutarnya menghadap ke jendela di belakang meja kerjanya, tatapannya mulai padam dan menggelap. Menyesali tuju tahun hidupnya yang seperti orang bodoh.

Tbc

The Guardian'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang