Bab 6

436 62 7
                                    

China bukan hal baru bagi Alif dan Ardi, entah kenapa sejak beberapa tahun ini, China menjadi pilihan mereka untuk berlibur, seolah ada magnet yang menarik meraka untuk selalu ke sana, dan saat mendengar Alif akan pergi untuk seminar ke sana maka dengan tegas Ardi mengatakan akan ikut. Ya kedua pemuda ini memang sudah tidak terpisahkan sejak kecil. Rasa-rasanya hanya saat tidur saja mereka akan berhenti komunikasi.

Setelah menempuh empat jam tigapuluhlima menit perjalanan akhirnya keduanya sampai dengan selamat di hotel yang telah mereka pesan. Ya hotel langganan mereka setiap kali mereka ke sana.

"Kapan seminarnya?"

"Besok." Jawab Alif singkat

"Kalau begitu malam ini kita bisa jalan-jalan dulu."

"Tidak, aku ingin istirahat, sudah dua hari aku belum tidur nyenyak."

"Nggak asyik."

"Kalau kamu mau jalan-jalan maka jalan-jalan lah aku sedang malas."

"Baiklah, tapi nanti malam kita makan di tempat biasa ya?" Tanya Ardi yang hanya di balas gumam singkat oleh Alif. Keduanya sibuk dengan koper masing-masing sebelum akhirnya Ardi memilih menyegarkan diri di kamar mandi dan Alif yang tiduran di kasur.

Alif sibuk dengan ponsel saat tidak sengaja melihat berita di TV yang menayangkan tentang acara amal yang berlangsung semalam. Sekilas tadi matanya menagkap sosok yang mirip dengan Lana tapi sejurus kemudia dia menggelengkan kepala. Tidak mungkin Lana menghadiri acara tersebut kan? Alif mematika TV dan fokus kembali pada hpnya yang mengabarkan pada sang Ayah bahwa mereka sampai China dengan selamat.

"Lif, sana Mandi." Perintah Ardi yang baru saja membuka pintu kamar mandi. Dengan malas Alif bangkit dari tempat tidur dan menyambar handuk yang tadi sudah ia siapkan dan berjalan ke kamar mandi, tidak lupa sebelum masuk dia sempatkan diri untuk memukul Ardi dengan jahil.

"Aliffffff, kebiasaan." Teriak Ardi sambil mengelus lengannya yang tadi dipukul. Sembarangan Ardi melempar handuk ke sofa dan melemparkan diri ke atas tempat tidur. Mengambil Hp dan fokus dengannya.

Ardi membuka galeri hpnya dan menampilkan 3 sosok remaja yang berada di depan sekolah. Ya sosok itu adalah diriinya, Alif, dan juga Lana.

"Lan, kemana kamu selama ini? Apakah kamu baik-baik saja. Lan please tunjukkan dirimu, Lan, agar kami busa minta maaf padamu. Kami salah Lan. Ya Allah tolong hamba ini untuk menemukan di mana Lana berada."

Mata Ardi berkilat melihat kembali sosok Lana yang ada dalam galeri HPnya, Lana adalah gadis pertama yang bisa membuat Ardi dan Alif nyaman dalam berteman. Sejak SD Ardi dan Alif terkenal dingin terhadap perempuan, dan sosok Lana lah yang mampu dekat dengan mereka. Bagi kedua Lana adlaah anugrah untuk mereka sampai kejadian yang tak di sangka membuat mereka terpisah sampai sekarang. Andaikan Ardi dan Alig mampu memutar kembali waktu, tapi semua itu tidak mungkin hanya doa dan usaha yang saat ini bisa mereka lakukan untuk menemukan malaikat merek kembali. Meski keduanya sadar pasti tidak mudah bagi Lana. Yang jadi kekahwatiran Ardi dan Alif saat ini adalah kondisi Lana, bagaimana Lana saat ini apakah dia sehat, apakah dia kekurangan, apakah dia tidak di ganggu orang-orang jahat. Semuanya berkecamuk di dalam hati mereka, dan andaikan sesuatu yang buruk terjadi pada Lana akibat kebodohan mereka, entah apa yang akan Ardi dan Alif lakukan untuk menebusnya, bahkan andaikan Lana meminta nyawa mereka pastinya akan mereka berikan dengan sukarela.

***

Lupakan Alif dan Ardi dan mari beralih pada Lana dan Xian yang semakin dekat saja setelah acara semalam. Keduanya saat ini sedang berada di sebuah mall, mereka memasuki sebuah toko perhiasan terbaik di mall tersebut. Mereka sibuk memilih sampai-sampai tidak menyadari pandangan kagum dari pegawai yang ada di sana. Shan Shan pun hanya diam memperhatikan Nonanya yang sedang antusias dengan pilihannya.

The Guardian'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang