Bab 9

365 55 3
                                    

"Lupakan" sebuah kata yang acap kali terdengar saat kita bercerita tentang kenangan buruk, namun tidak sepwrti ucapannya yang mudah dikatakan sebenarnya melupakan adalah hal yang sangat sulit dilakukan, apalagi saat usaha kita bertahun-tahun harus gagal saat sosok yang ingin kita lupakan muncul begitu saja. Semua akan terlihat bagaiman kita berpura-puta semua baik-baik saja, padahal kita hanya pura-pura melupakan. Sama hanya dengan Lana dia selama ini hanya membohongi dirinya dan beranggapan dia telah lupa. Padahal nyatanya hanya dengan melihatnya saja dia langsung terbayang-bayang semua kengan tersebut.

Kembali mimpi-mimpi buruk yang telah lama tak singgah dalam tidurnya, semalam dengan suka cita mengejeknya kembali. Datang silih berganti seolah menyuruh Lana kembali ingat siapa dirinya sebenarnya. Seorang gadis yatim piatu yang tidak sengaja menjadi seorang Cinderella karena diangkat anak oleh seorang keluarga kaya di negeri China.

"Nona, sebaiknya Nona kembali istirahat, semalam Nona benar-benar tidak bisa tidur nyenyak." Lana hanya sekilas memandan Shan Shan sebelum kembali melipat mukenanya, bagaiaman dirinya akan istirahat, hari ini dirinya harus mengajar."

"Hari ini aku harus datang ke Seminar bersama Xian Gege."

"Tuan muda Xian pasti mengerti apabila Nona tidak bisa ikut."

"Tidak, aku sudah janji, Xian sudah terllau baik padaku masa aku tidak membalas kebaikannya meski hanya hadir di acara seminarnya." Lana tidak kalah keras kepalanya.

"Nona sangat keras kepala, aku yakin Nyonya tidak akan mengijinkan anda pergi." Ucap Shan Shan tidak mau kalah.

"Aku akan membujuk Ibu, bantu aku untuk bersiap ya?"

"Itu sudah menjadi tugasku, Nona." Setelah mengucapkan kalat tersebut Shan Shan segera bergegas ke kamar mandi untuk membantu Nonanya menyiapkan air untuk mandi. Meski Lana sudah meminta untuk tidak memanjakannya, namun Shan Shan akan sangat terluka kalau dirinya menolak niat baiknya.

"Shan Shan aku ingin mandi dengan sabun aroma terapi, itu akan membantuku rileks dan segar setelah mandi." Pinta Lana seraya dirinya memilih baju yang ada dalam ruangan khusus untuk baju gantinya. Ya kamar Lana memang luas dan sangat mewah.

 Ya kamar Lana memang luas dan sangat mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi kamar Lana

"Baiklah Nonaku yang cantik, Shan Shan akan tambahkan pijatan untukmu nanti saat mandi."

"Terima kasih, Shan Shan."

***

Sementara di tempat Lain Ardi dan Alif sudah bersiap untuk berangkat ke tempat seminar.

"Di, kenapa aku deg degan ya? Padahal ini kita mau berangkat seminar." Ujar Alif seraya memegang dada kirinya yang berdetak tak beraturan.

"Kita belum sarapan, dan semalam tidur terlalu malam, sepertinya begitu, karena aku juga sama deg degan sekali plus perut lapar."

"Bisa jadi, biasanya pagi kita pasti makan roti dan kopi kan? Baiklah kita mampir di cafe bawah dulu saja sebelum ke tempat seminar."

Drt Drt Drt

"Sebentar ada telpon," Alif menjawab pangilan telpon seraya keluar dari kamar hotel bersama Ardi. "Assalamualaikum, kenapa?"

"...,"

"Benarkah, jadi di mana dia sekarang," binar bahagia nampak begitu jelas dari raut wajah Alif membuat Ardi penasaran tentang telpin twrsebut, tapi dia bersabar sampai Alif selesai.

"...,"

"Alhamdulillah, kebetulan kita di sini, baiklah terima kasih, Wasalamualaikum."

"...,"

"Ada apa?" Tanya Ardi setelah Alif memasukkan hpnya dalam kantong celana.

"Lana dia ternyata ada di China dan menjadi TKW di sini."

"Apa?" Binar bahagia menular pada Ardi setelah mendengar kabar tersebut. Dengan tidak sabar dia mencenkram lengan Alif.

"Setelah ini kita akan ke Kedutaan yaa." Usul Alif

"Tidak sekarang saja?" Protesnya, karena sudah tidak sabar.

"Tidak, aku mewakili rumah sakit, bagaimana aku bisa pergi?"

"Baiklah, setelah seminar kita akan langsung ke sana." Meski belum lega tapi Ardi hanya bisa pasrah, mau bagaimanapun Alif punya tanggung jawab. Tapi dirinya bahagia ternyata rencana tidak terduganya pergi bersama Alif membawa hasil yang baik.

"Hmm."

Pukul sembilan pagi waktu China kedua pemuda tersebut sudah berada di tempat seminar.

"Lana," teriak seorang lelaki tidak jauh dari Ardi dan Alif membuat keduanya menegang dan ikut menoleh ke arah yang dilihat lelaki tersebut.

"Lana?" Bisik keduanya berbarengan.

Yang di panggil tersenyum bahagia dan mendekat pada lelaki yang tidak dikenal tersebut.

"Gege?"

"Kenapa tidak bilang kalau mau datang kan gege bisa jemput."

"Tidak perlu, Lana bisa sendiri kok ke sini."

"Diantar sopir?"

"Nggak, Lana bawa sendiri bareng sama Shan Shan."

"Kalau begitu mari masuk,"

Alif dan Ardi yang berada di sekitar mereka hanya bisa berdiri mematung, keduanya bahkan tidak paham dengan apa yang mereka bicarakan. Ya meski Alif dan Ardi sedikit paham bahasa China namun tidak sepasih itu untuk mengerti percakapan dua oranga yang ada di depannya tadi. Sebenarnya Lana tahu keberadaan Alif dan Ardi namun dia memilih untuk menghindar dari pada memancing keributan, Lana yakin keduanya belum memaafkan kejadian enam tahun lalu. Meski bukan salah Lana tapi di sini Lana tidak bisa membuktikan ketidakbersalahannya, dan lagi dia tidak ingin Xian tahu masalah ini. Belum saatnya.

TBC

The Guardian'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang