Bab 7

402 54 10
                                    

"Ya Allah, Mas Bayu, apa yang  Mas Bayu lakukan, lepaskan Lana, Mas." teriak Lana saat Bayu mencoba untuk menciumnya, Bayu adalah pacar Mega kakak dari Ardi sahabatnya dan sekarang Bayu mencoba untuk mencium Lana.

"Jangan munafik kamu Lana, kamu pikir aku tidak tahu niatmu mendekati Ardi dan Alif, kamu ingin menjerat salah satu dari mereka agar kamu bisa jadi kaya bukan. Tidak perlu sok suci kamu Lana."

"Mas,  Lana tulus berteman dengan mereka tanpa ada niatan apapun kalau Mas Bayu mau tahu."

"Maling mana yang mau ngaku, katakan berapa hargamu." ucap Bayu sekali lagi masih dengan mencengkram tangan Lana.

"Mas, istighfar Mas, ini salah. Lepaskan Lana Mas, Lana mohon,  hiks hiks." Lana mencoba melepaskan diri dari Bayu namun posisinya saat ini sangat tidak menguntungkan. Terbaring di meja dengan Bayu berada di antara kedua kakinya, kedua tangan Lana berada dalam cengkraman tangan Bayu yang masih sibuk mencoba mencium Lana di manapun yanh ia inginkan.

Ini salahnya pikir Lana, ia begitu percaya dengan Bayu yang tadi bertemu dengannya di jalan kala ia pulang sekolah. Bayu dalam bayangan Lana selama ini adalah pemuda yang baik yang sayang dengan Mega, namun tidak disangka bahwa Bayu hanyalah srigala berbulu domba. Kalau senadainua dirinya tidak ikut dengan Bayu yang ingin engantarkan dirinya, pasti saat ini dia akan baik-baik saja.

"Tolong, siapapun tolong." teriak Lana sekali lagi, namun apa yang Lana harapkan. Dirinya saat ini di bawa di sebuah rumah tua yang sepi.

"Teriaklah Lana, teriaklah sesukamu,  tidak akan ada yang mendengarmu." balas Bayu dengan tawa mengejek, tangan kanan Bayu yang bebas mulai ia gunakan untuk melepaskan baju seragam milik Lana, membuat sang empunya semakin berteriak histeris.

"Tidakkk, Mas Bayu jangan,  tolong Ya Allah,  Mas Bayu ...,"

"Tidakkkkkkk." teriak Lana seraya membuka Mata. Peluh membanjiri wajahnya.

"Lana, kamu sudah sadar, sayang?" ucapan dari seorang wanita yang begitu ia kenal membuat Lana tersadar akan kondisinya, sekilas ia melihat dirinya saat ini berada dalam sebuah ruang yang berwarna putih. Menoleh ke samping ia melihat ada Ibu angkatnya. Lana menarik nafas lega.

"Ibu, ini di mana?"

"Ini di rumah sakit, kamu tadi tiba-tiba pingsan kata Xian jadi mereka membawamu ke rumah sakit."

Lana mulai mengingat saat tadi dirinya bersama Xian dan tidak sengaja dirinya melihat Bayu, orang yang membuat dirinya harus pergi. Lana mengenggam tangannya kuat-kuat mencoba melupakan apapun yang tadi menyambangi dirinya dalam mimpi. Mengenyahkan bayangan-banyangan buruk yang dulu pernah menimpanya.

"Ada apa, nak, tidak biasanya kamu seperti ini?" tanya Ibu Lan

"Lana mungkin kecapekan, Bu, maaf jadi membuat semuanya jadi khawatir." jawab Lana dengan senyum, meski sedikit terlihat pucat.

"Oh ya,  tadi saat kamu pingsan ada seorang lelaki yang juga ikut berteriak memanggil namamu, kata Xian dia juga membantu membawamu ke rumah sakit ini, tapi setelah kamu di tangani ia langsung pergi."

Ucapan sang ibu sedikit membuat Lana tersentak. Apakah, mas Bayu yang ikut menolongku. Apa yang ia lakukan di sini? Bukan untuk mencari dirinya bukan? Tanya Lana dalam hati.

"Ohh, siapa namanya, Bu?"

"Tadi kata Xian lupa menyakan namanya. Tapi Xian sempat memberikan kartu nama."

Ya Allah jangan sampai dia menyalahgunakan kartu nama itu untuk yang tidak baik. Harap Lana dalam hati.

"Kalau begitu, Lana akan ucapkan terima kasih saat Ibu sudah bisa menunjukkan siapa dia."

"Baiklah, Ibu akan minta Shan Shan masuk. Ibu mau menemui Xian dulu di depan."

Lana hanya mengangguk, memperhatikan sang Ibu keluar dari kamar rawatnya. Lana memejamkan matanya namun sebuah kata meluncur tanpa tahu malu dalam benak Lana.

Perempuan murahan.

Tanpa terasa air mata Lana meluncur dengan begitu mulusnya, kenangan-kenangan masa lalunya yang me nyakitkan menyeruak begitu saja tanpa Lana minta. Mengusik batinnya yang selama ini ia biarkan lupa, enam tahun Lana berusaha melupakan kejadian-kejadian tidak menyenangkan namun hari ini semuanya terasa sia-sia.

***

Disudut kota lainnya seorang pemuda terlihat sempoyongan berusaha untuk berdiri dengan kedua kakinya. Wajahnya begitu pucat, dari hidungnya nampak samar-samar warna merah, seperti darah yang sudah dihapus.

"Penyakit ini seolah menjadi pengingat akan dosaku. Hahhahha, tapi aku bahagia melihatnya dikelilingi orang yang sayang dengannya. Dengan begini mungkin aku bisa pergi dengan tenang. Lana maafkan aku."

TBC

Assalamualaikum semuanya, hmm makasih dukungannya yaa,  dan maaf kalau selama ini lama upnya hehe, oh ya jangan berharap ending yang muluk-muluk ya karena di sini Lana akan bertemu dengan banyak lelaki, hmm bisa jadi Suami Lana adalah sosok yang tak kalian sangka-sangka yaa begitulah, aku mencoba membuat sesuatu yang tidak akan mudah tertebak. Semoga berhasil. Aamin

Di bawah ini Bayu ya. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


The Guardian'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang