"Lif, menurut kamu Lana itu gimana?" Tanya Ardi saat mereka sedang asyik main game di kamar Alif. Hari ini Lana dan Ardi memang datang ke rumah Alif karena pemuda tersebut sedang tidak enak badan, namun berbeda dengar Ardi yang langsung masuk kamar Alif, Lana memilih untuk pergi ke dapur membantu sang nyonya rumah memasak makan siang.
"Baik, cantik, pintar. Kenapa?" Jawab Alif jujur, bamun masih fokus pada game yang dia mainkan. Mencoba mencetak gol ke gawang milik team Ardi.
"Kalau aku menembak dia apa kamu keberatan?" pertanyaan Ardi seketika membuat Alif membeku untuk sekian detik.
"Iya." Alif memandang Ardi dan melupakan permainanya.
"Kenapa?" Tanya Ardi mengikuti Alif yang melupakan permainan.
"Ar, kamu harus tahu kita siapa Lana juga siapa? Mungkin bagi kamu atau aku tidak masalah, tapi bagaimana dengan orang tua kita, khususnya orang tuamu. Aku nggak mau ya, Ar, kalau Lana malah disuruh menjauhi kita hanya karena perasaan cinta monyet kamu itu, dan lagi kalau seandainya tiba-tiba kalian berpisah nantinya, gimana dengan persahabatan kita bertiga? Ingat kita masih kelas satu SMA masih panjang buat mikir cinta-cintaan begini."
"Orang tuaku sayang sama Lana, Ar."
"Sayang Lana sebagai teman kita berbeda dengan sayang Lana saat jadi pacar kan?"
"Jadi menurutmu orang kita akan memandang status sosial seseorang yang akan menjadi kekasih kita?"
"Ehtahlah, hanya antisipasi saja dari pada menyesal." Jawab Alif cuek dan kembali fokus pada layar gamenya.
"Apa kita nggak semakin menyesal kalau Lana sampai dimiliki orang lain. Bagaimana kalau pacar Lana nantinya menyuruh Lana jauhin kita juga? Atau jangan-jangan kamu juga suka Lana ya, dan kamu ingin aku mundur?" Ucap Ardi sedikit menaikkan nada suaranya. Memikirkan hal itu membuat hati Alif sedikit kesal.
"Ardi, aku sudah anggap Lana sebagai adik ya, tidak lebih dari itu."
Alif terbangun dari mimpinya yang membuat hatinya sesak. Kenapa dirinya harus memimpikan kejadian itu, kejadian yang membuat Lana seolah menjaga jarak darinya untuk beberapa saat. Ya Alif teringat hampir seminggu lebih Lana menghindar darinya, bahkan Alif bisa melihat tatapan terluka dari mata Lana. Namun seminggu kemudian Pana sudah kembali ke sedia kala, membuat Alif lupa untuk bertanya ada apa dengan Lana.
"Makanya kalau habis Ashar jangan tidur, kan jadi mimpi buruk." Celetuk Ardi yang sedang asyik dengan laptopnya.
"Hmm siapa yang tidur, aku hanya ketiduran." Alif bangkit dari tempat tidur dengan memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut.
"Sama saja."
"Ya sudah, aku mau cuci muka dan bersiap, kita berangkat habis magrib saja yaa."
"Hmm," jawab Ardi sambil menyeruput kopi yang tadi ia pesan.
***
"Lana sudah baikan, Bu, sebaiknya kita pulang saja ya?" ajak Lana yang sudah merasa jenuh berada di rumah sakit. Tapi Ibunya kekeh melarang karena dokter belum selesai memeriksa Lana secara keseluruhan. Nyonya Lan tidak mau ada sedikitpun yang terlewat, karena selama tinggal bersamanya Lana tidak pernah pingsan, jadi saat mendengar Lana pingsan maka rasa khawatir Nyonya Lan. Teringat bagaimana sang suami yang pergi secara tiba-tiba setelah pinsan.
"Lana, sekali ini saja dengarkan apa kata Ibu, ini tidak akan lama, tolong mengerti ya?"
Mendengar permohonan sang Ibu, mau tak mau akhirnya Lana menurut meski dirinya yakin dirinya sangat sehat, ia hanya syock setelah melihat Bayu, namun Lana juga tidak bisa mengatakan itu pada Ibu angkatnya. Tidak ada yang tahu masalah apa yang menimpa Lana sebelum akhirnya dirinya jadi TKW dan berakhir jadi anak angkat, cerita kelam masa lalunya ia simpan rapat-rapat dari semua orang yang ada di sini, mungkin kelak ia akan punya keberanian untuk mengatakan pada calon suaminya, tapi itu nanti, nanti entah kapan.
"Baiklah, selama itu bisa membuat, Ibu, tidak khawatir lagi tentang Lana maka Lana akan melakukannya." ucap Lana seraya menggenggam tangan sang Ibu dengan erat. Saling tersenyum namun moment tersebut harus berakhir karena Xian beserta keluarganya yang tetiba masuk kamar rawat Lana.
"Lana, kamu tidak apa, Sayang?" tanya seorang perempuan paruh baya yang masuk bersama Xian.
Lana hanya tersenyum menanggapi, sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Nggak papa, Bibi, Lana hanya kecapekan saja."
"Pasti anak nakal ini ya, yang membuatmu capek."
"Ma, mana mungkin aku tega buat Lana capek, kalau Lana mengizinkan malah aku akan menggendongnya kemanapun ia pergi agar tidak capek."
"Sok kuat," celetuk lelaki paruh baya yang juga bersama mereka tadi.
"Baba, kenapa bicara begitu?" perotes Xian pada sang Ayah. Yang ditanggapi tawa oleh semua yang ada di situ.
"Cece, dan Kakak Xue mari duduk dulu." ucap Nyonya Lan
"Aduh sampai lupa, ini ada buah buat kalian. Nanti apa kamu yang akan menunggu Lana? Kenapa tidak Xian saja?" ucap Ibu Xian memberikan keranjang buah pada Nyonya Lan.
"Ahh tidak, C
e, biarlah aku yang menjaga Lana, ya kan kamu tahu sendiri Lana bagaimana," ucap Nyonya Lan seraya melirik Lana yang seolah mengatakan terima kasih."Duh nggak sabar sebenarnya melihat mereka bisa bersama." tanggap Nyonya Xue
"Ma, jangan memaksa mereka, kamu sudah janji lho ya." celetuk Tuan Xue saat mendengar istrinya yang seolah menekan Lana untuk segera menikah dengan Xian. Padahal keduanya belum ada kesepakatan apapun. Tapi bolehkan Xian berharap bahwa harapan sang mama bisa terwujud. Ya meski Xian harus memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah di antara keduanya.
Sedangkan Lana, dirinya hanya bisa menggigit bibir, Lana pikir dirinya tidak pantas bersanding dengan Xian yang lebih dari dirinya, tapi apalah daya yang hanya bisa ia lakukan hanyalah tersenyum sungkan. Apakah Xian akan tetap menerimanya kala Xian tahu masa kelam dari dirinya? Bahkan Lana tidak sanggup membayangkan dari mana ia akan bercerita pada Xian kelak.
"Sudah, sudah, jodoh tak akan kemana, kita orang tua hanya bisa berdoa untuk kebahagiaan mereka bukan?" ucap Nyonya Lan dengan bijaksana, dirinya tidak ingin memaksa sang Putri meski dalam hati juga ingin Lana bisa bersama dengan Xian, Xian adalah lelaki yang baik dan dewasa. Dari keluarga yang baik pula dan juga akrab dengan dirinya, yang paling penting orang tua Xian menerima Lana dengan baik meski mereka tahu Lana bukan anak kandungnya. Itu yang terpenting bagi Nyonya Lan.
Tbc
Ayo kalian dukung Lana dengan siapa?
Xian
Alif
Bayu
Ardi
A-Ling

KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardian's
RomanceKebahagiaanku adalah bisa berguna untuk setiap manusia, Alana Bila ada sebuah penyesalan dalam hidupku maka adalah saat aku dengan lantang membuatmu pergi untuk menjauh dariku. Ardi Tidak ada kata yag mampu aku ucapkan selain kata maaf. Alif Obsesi...