Lana sedang menikmati indahnya taman pada sore hari ketika dua orang remaja mengendap-endap dibelakangnya. Niat keduanya ingin membuat Lana terkaget dengan kehadiran mereka, namun semuanya ternyata sia-sia saat sebuah suara terdengar di telinga mereka.
"Kebiasaan buruk kalian ini tidak berubah ya?" ucap Lana, meski matanya tetap menatap ke depan namun ternyata telinga Lana begitu peka.
"Nggak asyik," ucap salah satu pemuda yang Lana kenal sebagai Ardi. Ardi di mata Lana adalah lelaki periang dan begitu jahil, siapapun yang ada di dekatnya entah Lana atau Alif maka dia akan menjahilinya kalau lagi kambuh. Ardi segera duduk di samping kiri Lana seraya meletakkan kepalanya pada bahu Lana. Sedangkan pemuda lain yang datang bersama Ardi adalah Alif, lelaki pendiam namun Alif ini akan jahil bila bersama Lana hanya pada Lana saja jahilnya muncul, sampai-sampai Ardi sempat protes kenapa dirinya tidak pernah kena jahil Ardi.
Berbeda dengan Ardi yang duduk di samping Lana maka Alif memilih duduk di depan Lana dan mulai membuka buku yang ia baca. Jangan dipikir itu adalah buku pelajaran melainkan komik Naruto. Ya Alif adalah penggemar berat anime tersebut dan tidak bisa tidak membacanya dalam sehari.
Lama mereka bercanda ria akhirnya mereka kembali fokus pada buku pelajaran, mereka akan menghadapi ujian tengah semester untuk seminggu ke depan dan di sinilah mereka bertiga untuk belajar kelompok sekaligus bermain. Indahnya suasana sore dengan ditemani semilir angin. Dua jam berlalu dan adzan magribpun akan segera berkumandang, ketiganya berjalan menyusuri jalan setapak menuju sebuah mushola kecil di sana. Menghadap sang pencipta dan memohon doa agar dilancarkan segala urusan di dunia ini. Ketiganya mungkin bukan remaja yang baik namun sebisa mungkin ketiganya akan menjaga sholat wajib mereka.
***
Lana selesai melaksanakan sholat subuh ketika Shan shan mengetuk pintu kamarnya.
"Masuk,"
"Nona, hari ini akan ada pertemuan di kantor dan Nyonya meminta Nona untuk hadir. Saya akan menyiapkan baju yang akan Nona pakai," ucap Shan Shan saat sudah berada di samping Lana.
Lana menggangguk dan menyelesaikan melipat mukena yang baru saja ia gunakan.
"Shan Shan aku akan ke taman untuk jalan-jalan pagi dengan Ibu, tolong katakan pada koki untuk menyiapkan rebusan herbal untuk ibu ya."
"Baik, Nona."
Lana meletakan mukenanya di lemari dan segera keluar menuju kamar ibu angkatnya. Ia tersenyum saat Ibu angkatnya ternyata sudah siap dengan pakaian olah raga.
"Ibu, ayo, mumpung udara masih segar."
"Ah, iya. Lana." panggil Sang Ibu
"Iya, Bu?"
"Umurmu sudah waktunya untuk berkeluarga, apakah kamu punya kriteria?"
Lana tidak langsung menanggapi pertanyaan sang Ibu, dia hanya terus menuntun sang Ibu menuruni tangga rumah mereka.
"Lana tidak punya kriteria khusus, Bu, hanya yang seiman dengan Lana dan bertanggung jawab sama Lana dan Ibu." jawab Lana saat mereka sudah berada di lantai bawah.
"Ibu mengerti, Ibu akan membantumu. Oh Ya ibu akan mengajakmu ke Indonesia, ada rekan kerja di sana menawarkan proyeck dan dia ingin Ibu datang."
Mendengar kata Indonesia hati Lana tidak karuan sama sekali, ada rasa rindu namun juga ada rasa kecewa yang ikut muncul. Namum dia hanya bisa ternyum dan mengangguk di depan Ibu Angkatnya.
Pulang.
Kata itu muncul begitu saja di dalam pikiran Lana. Akankah kamu akan bertemu? Apakah mereka masih menyimpan benci padaku? Ucap Lana dalam hati.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardian's
RomanceKebahagiaanku adalah bisa berguna untuk setiap manusia, Alana Bila ada sebuah penyesalan dalam hidupku maka adalah saat aku dengan lantang membuatmu pergi untuk menjauh dariku. Ardi Tidak ada kata yag mampu aku ucapkan selain kata maaf. Alif Obsesi...