ℝ𝕖𝕟𝕤𝕗𝕠𝕝𝕕, 𝟟𝟟𝟙.
Jeffrey memandang sang ajudan, Hansen, yang membawa seorang gadis dengan pakaian lusuh, rambut yang kusut, dan muka yang sangat pucat melebihi dirinya. Jeffrey kemudian menatap tajam gadis yang ia tahu sedang gemetar dibalik jubah hitam yang menutupi tubuhnya. Ia berdeham, lalu menoleh ke arah Hansen, meminta penjelasan.
"Pengganti untuk pemasok darahmu yang telah mati, Tuan Muda. Kau tahu, melihat kondisi Rensfold saat ini, orang bisa saja mencurigaimu jika kita tiba-tiba mengambil seseorang yang masih memiliki keluarga. Dan aku memastikan, yang satu ini, tidak memiliki keluarga," jelasnya tegas.
Benar, Ravena telah tiada. Jeffrey mengangguk tenang. Raut wajahnya datar. Ia lalu beranjak dari kursi kerjanya, menghampiri gadis yang sedang duduk di lantai kayu ruang kerjanya, dan wajah tertunduk. Ia membuka tudung jubah gadis itu dan mengangkat dagunya perlahan. Wajah gadis itu cukup cantik, namun lebam dan memar bisa terlihat di tulang pipi dan pelipisnya.
"Siapa namamu?"
Gadis itu terdiam, tubuhnya masih setengah gemetar.
"Saya bertanya, siapa namamu?" tanya pria itu dengan sedikit penekanan.
"....aku— aku tidak memiliki nama."
Jeffrey membuang nafasnya kasar, lalu menatap mata gadis tanpa nama itu, sangat dalam.
"Mulai sekarang, namamu adalah Elaine. Kamu akan menggunakan nama belakang saya, Dryomov. Elaine Dryomov. Itu identitasmu."
Gadis yang baru diberi nama itu mengangguk pelan, namun matanya tak berani menatap laki-laki berseragam militer di depannya. Gadis itu tidak terlalu bodoh untuk mengetahui bahwa laki-laki ini adalah seorang bangsawan, dan memegang peringkat yang tinggi di kemiliteran. Terlihat dari caranya berjalan, menatap, berbicara, dan- oh, bahkan rumahnya pun sangat besar, seperti kastil raja. Jadi kepada seseorang seperti ini, Elaine telah dijual.
"Hansen, tolong urus dia. Minta pelayan wanita menyiapkan kamar untuknya, dan baju-baju terbaik untuknya. Malam ini saya akan mengunjungi kamarnya."
Jeffrey berkata seraya berdiri dan mengambil mantelnya, sedang tatapan Elaine mengekori gerak-gerik laki-laki itu.
"Dan kamu. Saya tidak membeli kamu untuk menjadi pajangan saja. Asal kamu tahu saja, saya bukan manusia, seperti kamu. Dan saya membutuhkan darahmu."
Gadis itu menelan ludah. Ia pernah mendengar keberadaan bangsa lain selain manusia yang hidup diantara mereka. Tatapannya menjadi nanar, ia ingin bertanya, namun ditahannya. Nyalinya menipis melihat laki-laki itu membawa sebuah belati di genggamannya.
"Kamu hanya pengganti makanan saya yang sudah mati. Tugas kamu memberikan saya darah agar saya tidak mudah terluka, terutama saat berperang. Dan, nama saya Jeffrey, jika kamu ingin tahu. Saya harus pergi sekarang, sampai jumpa," laki-laki itu melanjutkan.
Jeffrey lalu beranjak pergi dengan langkah yang tegas, namun elegan. Laki-laki yang membawa gadis itu kesini, yang kemudian ia ketahui bernama Hansen, membungkukkan badannya dengan hormat. Gadis itu lalu menundukkan kepalanya dengan canggung, ikut menunduk hormat pada laki-laki yang sekarang resmi menjadi pemiliknya.
Sejak hari itu, Jeffrey membuktikan ucapannya bahwa ia adalah seorang vampir. Elaine benar-benar menjadi pemasok darah untuk Jeffrey, dan gadis itu tidak banyak berbicara. Laki-laki itu bahkan tidak mengenal waktu. Kapanpun ia butuh, ia akan mengunjungi kamar Elaine untuk melakukan aktivitasnya. Elaine kira dirinya akan terbiasa, namun setiap kali melihat kedua taring Jeffrey muncul dan matanya menggelap, ketakutannya memuncak.
"This is just the beginning, chérie. Kamu bahkan akan menjadi makanan saya seumur hidupmu. Jangan pernah lupakan itu."
Elaine menatap punggung laki-laki yang baru saja selesai dengan aktivitasnya itu. Jeffrey sedang duduk di tepi tempat tidurnya, menggulung lengan kemejanya sendiri. Ia berkata dengan nada rendah dan suaranya terkesan dingin. Elaine meringkuk di dalam selimutnya, kepalanya mulai pusing. Ia memaksa dirinya sendiri untuk tidur. Saat Jeffrey mengusap rambut Elaine lalu beranjak meninggalkan kamarnya, tangisnya pecah. Ia memang lepas dari belenggu rantai perdagangan manusia, namun ternyata ia telah masuk ke perangkap lain yang membelenggunya selamanya: Mayor Jeffrey.
"𝑰𝒇 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒎𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒑𝒓𝒆𝒔𝒆𝒏𝒕 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓, 𝒕𝒉𝒆𝒏 𝒔𝒉𝒆 𝒊𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒔𝒑𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒐 𝒉𝒊𝒔 𝒄𝒐𝒍𝒅 𝒅𝒂𝒚𝒔."
------------
Welcome to my second work, buddies!✨
I am expecting a comment as a feedback and tell me, how do you feel?
Have you watched the teaser?
Long time no see. And I'm back now, to color your days!
I hope you'll enjoy every part of this tale. Yay.💛⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️⛔️
STRICTLY PROHIBITED TO REUPLOAD THIS STORY ANYWHERE, DOING PLAGIARISM, AND MAKING EVERYTHING BASED ON THIS STORY WITHOUT GIVING CREDITS TO THE WRITER.
IF YOU FOUND ANY OF THESE THINGS, PLEASE KINDLY REPORT TO ME.
Thank you!💖✨
KAMU SEDANG MEMBACA
The Major
Historical Fiction2ND PRE-ORDER STARTS 15TH AUGUST! BOOK VERSION RELEASED. The first book before The Monarch's Vagary and Death Hymn of The Siren. Battlefield. His life belongs to the battlefield. A skilled swordsman and marksman, Jeffrey Dryomov, sang Mayor Jenderal...