𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐈𝐗

31.2K 5K 2.3K
                                        

Persiapan housewarming party sekaligus pernikahan Jeffrey dan Elaine telah mencapai tahap final. Semua orang yang berada di kastil disibukkan dengan Jeffrey dan keinginannya untuk membuat perhelatan yang sempurna. Laki-laki itu memastikan sendiri semua yang dirancang memang berjalan seperti yang seharusnya. Sedang Elaine, gadis itu terlihat begitu lelah karena ikut terlibat mempersiapkan semua. Sore ini, ia memilih beristirahat di ruang kerja Mayor, sedang laki-laki itu sibuk melakukan final check bersama Hansen.

"Anda pasti kelelahan, Nona."

Elaine memijat pelipisnya sambil menatap Roland. Gadis itu hanya mendesah lesu.

"Aku tidak mengerti bahwa Mayor memiliki sisi perfeksionis yang begitu parah. Aku bahkan tidak menginginkan pesta yang terlalu megah. Tapi ia berpikir sebaliknya."

Roland memberikan segelas air pada Elaine, lalu kembali ke tempatnya.

"Mayor memang sangat teliti. Tidak heran ia meraih peringkat tinggi dalam karir militernya di waktu yang cukup singkat. Mungkin, kebiasaannya terbawa bahkan hingga mengurus hal sensitif seperti pesta pernikahannya sendiri," Roland berkomentar dengan hati-hati.

"Menurutnya, ini juga penting untuk membuat bangsawan-bangsawan lain paham akan posisi mereka sehingga tidak akan merendahkan keluarga Dryomov. Aku mengerti, tapi tetap saja," Elaine tidak menyelesaikan ucapannya dan langsung meminum airnya dengan cepat. Kerongkongannya terasa kering.

"Mengukuhkan status keluarga Dryomov memang penting, nona. Salah satunya dengan pernikahan ini. Mungkin ia merasa ini yang pertama, dan mungkin yang terakhir? Jadi semuanya harus benar-benar sempurna."

Elaine mengangkat gaunnya lalu berdiri dari tempatnya duduk. Ia berjalan ke arah jendela, lalu berbalik menghadap Roland. Kedua tangannya ia silangkan di depan dada. Gadis itu memiringkan kepalanya seraya berdecak kecil.

"Mungkin ini memang yang pertama dan terakhir, untukku. Tapi aku tidak yakin dengan Mayor. Maksudku, he can live a lot longer than I am."

Roland tertawa kecil.

"Percayalah, Nona. Anda tidak akan pernah ingin meragukan loyalitas His Excellency."

Kening Elaine berkerut samar. Bukan karena pernyataan Roland barusan, namun karena ia mendapati sebuah lukisan yang tertutup kain putih di ujung ruangan. Ia kemudian beralih menatap Roland.

"Lukisan apa ini?" tangannya terulur membuka kain itu.

Sebuah lukisan seorang perempuan. Terlihat begitu anggun, dan elegan. Elaine tahu bahwa perempuan yang ada di lukisan itu bukan berasal dari Rensfold, maupun semenanjung Barat. Terlihat dari pakaian yang dikenakannya. Pakaian itu berwarna merah dengan beberapa embroidery burung Phoenix. Rambut gadis di lukisan itu berwarna pirang, tidak seperti Elaine yang berwarna gelap. Untuk sesaat, Elaine seperti tenggelam dalam kharisma yang dibawa oleh gadis itu. 

"Kabarnya, Mayor akan mengirimkan beberapa barang yang tidak lagi relevan di kastil ini, kembali ke manor lama, Nona. Dan lukisan ini, adalah lukisan Nona Ravena."

"Ravena?"

Belum sempat Roland menjelaskan lebih jauh, pintu ruang kerja Jeffrey terbuka. Elaine kembali menutup lukisan tersebut dengan kain. Sosok laki-laki itu memasuki ruang kerjanya, bersama dengan Hansen. Sang Mayor membuka dua kancing teratas kemejanya sembari melangkah masuk.

"Your Excellency. Kau sudah selesai memeriksa seluruhnya?" tanya Elaine sambil berjalan mendekati Jeffrey

Jeffrey mengangguk santai. Ia kemudian duduk pada kursi kerjanya setelah sebelumnya menarik tangan Elaine hingga tubuh gadis itu jatuh di pangkuannya. Elaine memucat. Mereka begitu dekat. Gadis itu bisa dengan jelas melihat peluh yang menetes dari pelipis Jeffrey. Oh, ini tidak baik. Bahkan Roland dan Hansen masih ada di ruangan yang sama dengan mereka, tapi Jeffrey melakukan sesuatu yang berani.

The MajorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang