Warning: this chapter is containing abusive behavior!
----------------------------
Elaine merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Ia bahkan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Hal terakhir yang ia ingat adalah ia berada di rengkuhan Roland, sebelum akhirnya terlelap. Saat ini tubuhnya terasa remuk, dan lemas. Hal pertama yang ia lihat ketika matanya terbuka adalah seseorang yang sedang berjongkok di depannya, menatap gadis itu dengan seringaian yang menakutkan. Gadis itu ingin segera pergi, namun ia merasakan kaki dan tangannya tidak dapat digerakkan.
"Akhirnya kau bangun juga, Nona."
Laki-laki itu menarik rambut Elaine hingga gadis itu terduduk secara paksa. Elaine mengerang. Badannya gemetar. Ia tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, atau dimana keberadaannya saat ini. Semua terasa asing. Gadis itu mendadak mengingat semua memori sebelum dirinya berakhir di manor Jeffrey. Memori-memori gelapnya sebelum gadis itu mengenal dunia luar.
"Ternyata mengambilmu dari Jeffrey bukan hal yang sulit. Hal bagus karena kau terlalu ceroboh. Dasar bodoh."
Plak. Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Elaine, membuat sudut bibir gadis itu robek dan mengeluarkan darah. Belum puas, laki-laki itu menendang perut Elaine, membuat gadis itu kembali tersungkur. Elaine semakin merasakan perih dan nyeri di sekujur tubuhnya. Entah apa yang mereka lakukan padanya saat ia sedang terlelap.
"Siapa kau?" tanya Elaine dengan suara yang pelan.
Laki-laki itu terkekeh pelan. Ia mencengkeram rahang bawah Elaine, memaksa gadis itu menatap matanya.
"Seseorang yang paling tidak ingin kau temui dalam hidupmu."
Elaine menyeringai. Tubuhnya gemetar. Gadis itu memang takut, tapi ia tahu di saat seperti ini, ia tidak boleh menunjukkannya.
"Kau sudah salah langkah dengan membawaku kemari. Mayor akan menemukanmu dan kau akan mati di tangannya."
Laki-laki itu kembali menarik rambut Elaine dengan kasar, dan beberapa kali menampar pipi Elaine hingga area tulang pipi gadis itu membiru. Ia kembali menendang Elaine, membuat gadis itu terhuyung kembali ke lantai bebatuan yang dingin. Elaine merasakan tubuhnya semakin lemah, namun gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa.
"Katakan pada Jeffrey untuk tidak membunuh ayahku terlebih dulu, sialan. Dia dan Raja Luxeroff yang memulai semuanya. Mereka bersekongkol dengan bangsa vampir. Kau tahu? Bahkan tunangan Luxeroff IV adalah seorang vampir. Mereka melindungi makhluk biadab yang membunuh manusia selama berabad-abad."
Elaine tertawa, meski dadanya menjadi sakit karena harus bergerak. Sepertinya laki-laki ini tidak mengetahui identitas Jeffrey yang sesungguhnya.
"Ku peringatkan, kau sudah salah memilih lawan, Tuan."
Nafas gadis itu tersengal. Ia ingin percaya bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk yang tidak berujung, namun terlalu terasa nyata. Ia lalu berusaha melanjutkan ucapannya, meski pandangannya mulai kabur.
"Mayor akan menemukanku, dimanapun kau sembunyikan aku sekarang. Setelah itu, kau akan mati."
"Oh, benarkah? Jika dia tidak menemukanmu, aku yang akan memenggal kepalamu dan mengirimkannya langsung kepada Jeffrey."
"Coba saja, kita lihat siapa yang akan mati terlebih dulu."
Laki-laki itu semakin merasa amarah menguasainya. Ia mengeluarkan sebuah dagger dari sakunya, dan mengarahkannya ke Elaine.
"Tentu saja, tapi sebelumnya kau akan menjadi kanvas untukku bersenang-senang. Sambil menunggu Jeffrey, bagaimana jika aku menggoreskan beberapa luka di tubuhmu, hm?"
"Pergi dariku!"
"Kau bahkan tidak bisa bergerak, Nona. Kau pasti lupa bahwa aku yang memegang kendali di sini. Berteriaklah sepuasmu, tidak akan ada yang menolongmu seberapa keras kau berusaha."
Elaine mulai terisak. Gadis itu kemudian memejamkan matanya. Ia berusaha untuk memberontak, namun nihil. Ia hanya bisa memercayakan hidupnya pada Jeffrey saat ini. Berharap laki-laki itu akan menemukannya. Saat laki-laki di hadapannya mulai melukai tubuhnya dengan sayatan-sayatan, Elaine berusaha untuk terdiam dan tidak memikirkannya. Ia membuat dirinya sendiri menjadi mati rasa, hingga perlahan isakannya terhenti. Elaine menatap kosong ke arah langit-langit, tidak lagi menghiraukan seberapa jauh ia dilukai.
-----------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
The End
?
not yet.
So, what's next?
Can you guess it?
will be continued on the book version of The Major.
can be purchased through Haebara Publisher (@/haebara.publisher) on Instagram.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Major
Historical Fiction2ND PRE-ORDER STARTS 15TH AUGUST! BOOK VERSION RELEASED. The first book before The Monarch's Vagary and Death Hymn of The Siren. Battlefield. His life belongs to the battlefield. A skilled swordsman and marksman, Jeffrey Dryomov, sang Mayor Jenderal...