Jangan lupa vomment, happy reading!!!❤️❤️
Ketenangan seseorang tergantung dengan bagaimana keadaan jiwa dan lingkungannya. Banyak sekali manusia yang ingin menemukan titik tenang, tapi bukannya menerima ketenangan, kadang lingkungan sekitar hanya bisa membunuh mental seseorang. Membuatnya semakin merendah, lalu perlahan-lahan jiwanya mulai mati, dan sampai pada titik akhir, yaitu keputusasaan.
Siapa yang di injak-injak, dan siapa yang menginjak-injak?
Semua itu bukan hanya ada dalam cerita fiksi yang terdapat pada buku, atau film-film yang sering dilihat pada layar TV.
Mungkin sebagian orang sudah merasa benar sehingga menganggap dirinya baik, tidak sejahat pembully yang ada dalam serial TV.
Tapi apakah masih banyak oknum yang sadar? Membunuh bukan hanya melalui kedua tangan, lidah yang tak bertulang pun bisa melakukannya.
Pada saat itu...
"Bisu!"
Somi yang panik segera membersihkan makanan yang ia tumpahkan.
"Argh.." Suara Somi terdengar saat tangannya diinjak oleh seseorang.
Perempuan yang tertumpah makanan itu tetap menginjak tangan Somi, "Lo cuma bisu kan? Gak buta kan? Kalo jalan liat-liat dong!"
Somi menangis menahan sakit ditangannya.
"Nangis doang bisanya? Minta maaf dong."
Gelengan kecil Somi berikan,
"GAK MAU MINTA MAAF?!"
Lagi-lagi Somi hanya menggeleng, bukan itu maksudnya...
Kenapa teman-temannya tidak mengerti keadaan Somi?
"Sampah." Umpat perempuan itu, lalu pergi begitu saja meninggalkan Somi dikoridor sekolah.
Banyak pasang mata yang melihat kejadian itu, salah satunya Haechan.
Dan peristiwa itu bukan satu-satunya yang berhasil Haechan tangkap, sering kali ia melihat Somi diperlakukan tidak adil.
Sampai akhirnya...
"Somi!"
Kening Somi mengernyit menatap Haechan, segera mungkin Somi menyembunyikan cutter dibalik badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Sister✓
Fanfiction[ Sudah terbit di @Nayya_Publisher ] Dear Haechan.. Di balik kerasmu, sudah ku ketahui dari awal kalau kau memang yang terapuh. Kau yang enggan membuat luka, lalu lebih memilih tergores luka. Kau yang selalu menyesal saat gagal melindungi, padahal t...