"Bunda belum pulang ya, mbak?"
Haechan yang baru bangun tidur nguap-nguap gak jelas, terus ikut duduk di sofa nemenin Mina sama si mbak nonton tv.
"Belum, Dek."
Haechan lirik jam. "Udah sore padahal,"
Dia langsung nyalain hp nya, bibirnya senyum liat beberapa chat dari Somi. Tapi ga langsung Haechan read, dia mau nelpon Bundanya dulu.
"Hallo, bunda dimana?" Tanyanya begitu Bunda angkat telpon,
"Masih ada kerjaan, hari ini juga Bunda ada makan malem sama temen-temen di butik."
Haechan ngangguk. "Oh, tapi Bunda udah makan siang?"
"Udah,"
"Bunda udah ngemil sore?"
"Udah, dek."
Haechan bergumam sebentar. "Kalo pulang titip martabak ya, Bun."
Mina yang denger itu langsung ngedeket ke Haechan. "Adek, ayam goreng." Katanya ke Haechan.
"Hahaha, kata teteh ayam goreng."
Bunda juga disana ketawa, "yaudah nanti Bunda bawain. Teteh udah mandi belum?"
Haechan langsung gedein speakernya biar Mina sama si mbak ikut denger,
"Ditanyain udah mandi apa belum,"
Mina genggam hp Haechan juga. "Udah," jawabnya singkat.
"Adek udah mandi?"
"Udah Bun," sahut Haechan.
"Bohong.. Adek belum," Mina menimpali.
"Mandi gih, jorok banget."
Haechan ngeliatin Mina, tapi Minanya malah ketawa gitu. Kesel tapi seneng liat Mina sumringah kayak gini. Gimana ya, Haechan bener-bener sayang sama tetehnya.
"Yaudah dadah, Bun."
Haechan lirik si mbak pengasuh Mina sekaligus yang suka beres-beres bantuin Bunda.
"Mbak udah makan?"
Mbaknya ngangguk. "Udah, dek."
Haechan:
Maaf baru bangun.
Lg dmna?
Cantik:
Dirumah, iya gapapa kok.
Haechan:
boleh keluar ga?
Cantik:
Gatau, bentar tanya ibu.
"Mbak, pulang malem gapapa?"
"Gapapa dek, emang kenapa?"
Haechan nyengir. "Aku mau keluar, mbak dirumah ya sama teteh?"
Si mbak ngangguk terus kayak senyum jail gitu ke Haechan. Mereka udah lumayan deket juga sih, mengingat si mbak udah lumayan lama kerja sama keluarga Haechan.
"Mau kemana nih malem minggu?"
Haechan bangun dari duduknya. "Biasa, anak muda." Jawabnya sambil ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Sister✓
Fanfic[ Sudah terbit di @Nayya_Publisher ] Dear Haechan.. Di balik kerasmu, sudah ku ketahui dari awal kalau kau memang yang terapuh. Kau yang enggan membuat luka, lalu lebih memilih tergores luka. Kau yang selalu menyesal saat gagal melindungi, padahal t...