30. Propose.

451 39 10
                                    

V meremas kulit pembungkus kameranya begitu mobil berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


V meremas kulit pembungkus kameranya begitu mobil berhenti. Degup jantungnya masih memburu, kala menatap ke luar sana. Kerumunan yang didominasi warna putih yang berpadu lembut dengan hijau dedaunan, cokelat dan hitam dari kayu dan perabot dekorasi, juga warna-warni bunga. Semua tampak indah dan bahagia, tepat di depan sebuah bangunan gereja tua kecil bernuansa setengah gotik yang disesaki para undangan.

"Sayang?"

V tersentak, hampir menarik telapak kanan Mike yang meremas jemarinya.

"Kau baik-baik saja?"

"Entahlah. Kepalaku sakit dan ... entahlah, daddy. Apa kau yakin aku harus ikut ke sana juga? Ada Alec dan keluargamu. Aku ...." V menggeleng ragu, Mike menangkup wajahnya.

"Mereka juga keluargamu."

"Tapi, nanti kalau tak suka? Aku, 'kan ...."

"Mereka pasti suka, sayang. Percayalah. Aku bukan lagi anak kecil yang harus dipusingi menjalin hubungan dengan siapa, jadi tenanglah. Bahkan, anakku ingin bertemu denganmu. Itu hal bagus. Jangan khawatir. Dia sudah dewasa. Jadi—"

"Itu dia! Kalau jadinya malah membullyku bagaimana? Aku bukan siapa-siapa di sana dan—"

"Kau bersamaku, tuan muda. Tidak cukupkah hal itu?"

V meremas balas jemari besar di pipinya. "Daddy ... aku masih belum siap. Bertemu ibumu saja besoknya aku langsung demam. Kumohon. Aku di sini saja, ya?"

Mike menghela napas. "Baiklah. Kita di sini sampai mereka selesai. Aku bisa menelepon Beatrice kalau—"

"Tidak boleh! 'Kan sudah diundang. Masa—"

"Makanya ikut. Kau rapi, indah dan menarik. Untuk apa ragu atau malu? Sudah sejauh ini. Mereka tidak asing denganmu dan sangat menunggu untuk bertemu juga, jadi tenanglah."

"Eh? Maksudnya?"

"Menurutmu, ibuku hanya diam menyimpan hubunganku ini? Keluargaku walau tampak dingin dan kasar, kita sangat dekat. Mereka juga berpikiran terbuka."

"A-aku tambah tidak mau kalau begitu!" V menepis jemari Mike dan memeluk dirinya. Jadi pusat perhatian adalah hal terakhir yang diinginkan hari itu.

"Kau ini ya ...."

"Daddy, aku—"

Begitulah. Dengan kecupan bibir dan kuluman yang dalam, V dibuat bergeming. Mike menatapnya intens setelah mereka saling melumat dan tidak ada hal lain yang bisa dilakukan V selain menuruti prianya.

Mike menggenggam jemari V dengan erat sambil berjalan menuju ke gereja. Mike hanya sekilas menyapa mempelai wanita yang terkejut girang akan kedatangannya, karena pengatur acara mengisyaratkan agar si mempelai bersiap masuk.

Untuk sesaat pengunjung yang rata-rata adalah keluarga besar Butler, melirik ke arah Mike dan V yang tergesa-gesa menempati kursi paling belakang. Namun, begitu mempelai masuk, mereka khusyuk mengikuti misa kembali.

Your Prompts | Vottom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang