7. Kiss.

548 56 0
                                    

"Dasiku sudah bagus belum?"

"Mana sini. Loh, katanya pakai yang maroon."

"Tidak jadi. Lebih cocok kalau kupakai besok saja yang itu."

"Menurutku, yang mana pun kau cocok, tuan. Serius."

"Menggodaku?"

"Itu jujur. Mau waffle?"

"Boleh. Kopinya dua gula hari ini, ya? Masih berat mataku."

"Kubilang juga apa ...."

"Rayuanmu kurang, sayang. Butuh lebih dari sekadar sentuhan."

"Itu saja pikiranmu!"

.

V berjinjit agar bisa mengecup kening Mike tanpa menjambak kerah kemejanya yang sudah tegap rapi. Pria yang baru sebulan lalu mengajaknya tinggal bersama itu, mendengkus setelah ujung hidungnya ikut dikecup.

"Kau melewatkannya, sayang."

V menelengkan kepala, tumitnya kembali menjejak lantai. "Hm?"

Dengan sebelah alis terangkat, Mike menarik tengkuk V lalu mengecup bibirnya, tanpa nafsu, hanya tekanan lembut penuh penghayatan. Jemari ramping V menyentuh rahang Mike, mengusapnya pelan, menikmati rasa nyaman seperti kupu-kupu yang beterbangan dalam perutnya.

Begitu kegiatan dramatis ala pasangan baru nikah itu selesai, Mike menumpu keningnya merapat pada V.

"Aku tidak usah kerja saja, ya?"

V tertawa pelan. "Bos macam apa kau? Jangan beri anak buahmu contoh jelek. Kemarin, 'kan sudah bolos. Dasar ...."

Mike ganti merengkuh V sampai kakinya terangkat semili dari lantai, kekasihnya menepuk-nepuk punggung lebar Mike sebagai protes. Bisa-bisanya pria kepala empat itu manja di saat ia sudah siap berangkat kerja.

"Tuan Butler. Kau kenapa, sih?"

"Tidak boleh?"

"Sana berangkat! Telat nanti, ah!"

"Lima menit lagi. Siapa suruh enak dipeluk."

"Duh, daddy ... aku tak mau jadi alasanmu sampai bisa telat. Kau kena marah nanti."

"Baby ... satu-satunya yang berani melakukan itu hanya kau. Percayalah."

"Kalau ibumu?"

"Mungkin sedikit."

"Hm ... dia menelepon saat kau lagi cari sepatu tadi."

Mike menelusupkan wajahnya lebih dalam ke lekukan leher V. Menyesap aroma madu banyak-banyak. Dingin kulit leher V, sesekali dikecupnya

"Bilang apa?"

"Dia mau pimpin rapat pagi ini untuk terakhir kalinya dan membiarkan semua dalam kendalimu tanpa kecuali."

Mike melepas pelukannya, menatap tak percaya ke V yang mengerjap. "Serius?"

"Iya."

"Lalu, apa lagi?"

"Dia mau membawaku pulang ke rumah kalian dan mengurungku, kalau kau tak ada di kantor tepat sebelum jam sembilan."

"Itu—"

"Sepuluh menit lagi, loh."

"Kau setuju?!"

V menggeleng, mendorong keras Mike. "Induk semang itu orang kedua yang sama otoriternya denganmu. Bisa apa aku yang miskin ini melawannya, daddy?"

Mike mengumpat dan sekali lagi mengecup kening V, dan ia pun mengendarai mobilnya pergi.

Walau terdengar sadis, sesungguhnya ibu Mike itu lebih sayang calon menantunya dari pada anaknya sendiri. Entah harus disyukuri atau bagaimana hal itu.

V tertawa gemas begitu ponselnya kembali berdering dan mendengar suara berat mengalun. "Aku mencintaimu, baby."

"Aku membencimu, daddy," jawab V dengan terpingkal.

*** *
;"))

He pissed, because he late and get scolded as morning express by his lovely mother

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

He pissed, because he late and get scolded as morning express by his lovely mother.

:"))

Your Prompts | Vottom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang