Arc 1 Akaze ch 01

2 0 0
                                    


SELAMAT MALAM CeriA!......

Keesokan paginya tulisan itu masih saja terbayang-bayang di kepalaku. Kukira itu hanya ilusi yang tercipta akibat rasa kantuk dan informasi mengejutkan yang kudapat. Sambil memakan mie instan yang ada di lemari, otakku memproses pengalaman kemarin. Dan kesimpulan yang kudapat tak bisa kupungkiri lagi.

Aku tersesat atau terpindah ke dunia yang sama sekali aku gak tahu.

Untung saja umurku ini sudah bisa dibilang mandiri. Untuk saat ini aku harus dapat pekerjaan. Setahuku kalo budaya di tempat ini bergabung pasti banyak tempat kerja yang membuka lowongan kerja sambilan. Kuliah? Ah setidaknya bisa kulupakan dulu, haha. Menghibur diri.

________________________________________________________________________

Jam 9 pagi. Sepertinya tidak produktif jika hanya menonton TV walaupun acaranya menarik. Ku mulai berjalan ke kota menaiki sebuah kereta mini monorel umum. Ternyata tidak ada angkot di sini dan jarang ada kendaraan pribadi.

Walau pun sepertinya masih ada tukang ojek, tapi dari seragamnya lebih mirip supir taksi. Seketika aku tersadar mata uang yang digunakan tidaklah sama. Duh gimana nih, batinku sedikit panik. Ah aku turun saja nanti dengan gerombolan yang ramai lalu lari sekencangnya-kencangnya.

Kereta mini ini pun berhenti di terminal tujuanku. Lantas aku segera menyelip di antara kerumunan penumpang yang turun sambil menyerobot ke depan dan... berhasil. Ya, aku berhasil turun tanpa bayar.

Namun setelah kuamati ternyata untuk kendaraan umum kelas ekonomi seperti ini tak perlu membayar alias gratis. Huft lega rasanya, walau konyol sih.. Oke sekarang saatnya mencari duit.

Ternyata cari kerja di sini gampang banget. Di tengah kota ada papan reklame digital yang bisa diakses siapapun. Aku mencari lowongan kerja ringan, ternyata banyak tersedia.

Setelah kuperiksa ada yang lumayan dekat dengan tempat tinggalku.Namanya aneh, Ramen Ayam. Gabungan ramen sama mie ayam kah? Tanpa basa-basi langsung aku berangkat ke tkp.

Dan benar saja saat ku bilang ingin kerja sambilan, mereka menerimaku dengan antusias. Tak susah ternyata, aku pun diberi pelajaran cara membuat ramennya. Walau sementara ini tugasku baru mencuci piring dan mengelap meja bekas pelanggan.

Jam 7 malam, selesai juga pekerjaanku. Upah yang ku terima... entah berapa dalam rupiah, tapi kurasa lumayan banyak. Soalnya 1 ramen harganya sekitar seribu ion, ya Ion adalah nama mata uang dunia ini. Dan sepertinya upahku bisa digunakan untuk membeli 10 porsi ramen.

Pulang kerja sambilan tulisan "SELAMAT MALAM CeriA!" kembali terbesit dalam benakku. Maksudnya apa ya? Kok kayanya familiar aku dengan nama CeriA!?,

Se sampainya ku di rumah ternyata meamang tidak ada siapa-siapa.Sudahlah, masa bodo dunia ini asli apa enggak kujalani saja semampuku. Seengakya gak mati melarat, haha.

________________________________________________________________________

5 hari telah kulewati dengan normal dan aku mulai terbiasa dengan keadaan ini. Pak Haji Kumis, pemilik resto tempat aku kerja sambilan pun baik walau tegas, gak boleh main HP saat bekerja. Bang Tora anaknya, juga ramah. Ya walupun Ibunya sudah meninggal dan Pak Haji menikah lagi dengan istri muda,tapi Tora gak keliatan canggung, dewasa lah.

Hari ini hari sabtu.Otomatis banyak yang malam minggu-an, jadi resto rame banget, dan jam 10 malam baru tutup. Aku sempat ditawari rokok sama Tora, tapi kutolak karena baunya gak enak banget.

Angkutan umum biasanya sampai jam 11, diatas itu harus naek ojeg buat nyampe rumah. Ah coba jalan dulu ke terminal terdekat untuk naik angkutan terakhir. Malas naik ojeg, gaji cuman cukup untuk makan dan nabung siapa tau nanti bisa bikin kedai juga.

Namun sesampainya di terminal suasana sangat sepi. Biasanya masih ada orang yang lalu lalang. Lebih aneh lagi karena hari ini malam minggu. Aku berharap masih ada kereta yang lewat, soalnya jauh lagi kalo ke pangkalan ojeg.

Malam hari terasa panas gak kaya Bandung di dunia asalku, pasti dingin. Bandung di dunia ini benar-benar metropolitan. Dan sepertinya daerahku agak dipinggir kali ya..jadi sepi.

Tiba-tiba aku merasakan firasat gak enak. Kelamaan nunggu bikin resah dan was-was. Meskipun kota ini bagus, gak dijamin juga tindak kriminal enggak ada. Kuputuskan untuk jalan ke pangkalan ojek saja lah.

Belum jauh meninggalkan terminal, ku dengar teriakan beberapa orang kira-kira 500 meter di belakang, ini membuat tubuhku merinding kayaknya mereka sedang marah.. Kupercepat langkahku menjauhi sumber teriakan tadi, sesekali menengok ke belakang. Jantungku berdetak tak karuan.

Mendadak terdengar suara motor melaju kencang dari arah depan. Belum sempat aku melihat kedepan,

"DUAK!!"

Badanku terpelanting ke tanah. Sepertinya ada yang menghantam dadaku. Sakit sekali rasanya, mual perutku membuatku ingin muntah. Nafas tertekan dan kepalaku pusing, kekurangan oksigen. Sebelum kesadaraku benar-benar hilang ku lihat samar-samar motor yang menabrakku terus melaju.

________________________________________________________________________

Pagi harinya kudapati diriku tertidur di depan pintu rumah dengan keadaan baju compang-camping dan badan sakit-sakit. Aku gak tau gimana bisa pulang tapi kayankya aku ingin bolos untuk hari ini.

Saat mandi ku dapati badan penuh luka dan memar nyeri sekali saat membasuhnya.

Jam menunjukan pukul 8.00 mungkin mini market udah buka, aku butuh makan.

"Mbak beli bento, tolong diangetin ya." ucapku ke mbak chasier.

"Ii..iya mas." balasnya gugup.

"Oh ya mbak sama beli perban, eh P3K aja sekalian."

Mbak itu buru-buru memberikan P3K dan bento yang sudah dihangatkan. Dia gak berani menatap langsung wajahku. Apa wajahku seburuk itu? lalu aku bercermin di kaca toko. Njrit! sembab banget! Pantes mbaknya ketakutan.

Dan ku perhatikan lagi banyak sekali luka seperti luka lama yang udah ketutup. Antara apes dan beruntung yah itu yang ku dapet semalem.

Apa ku berangkat kerja aja ya sekalian nannya Tora apa sering ad kejadian kaya gitu. Setelah memakan habis bento dan ngemumi luka-lukaku, kuputuskan untuk berangkat kerja.

________________________________________________________________________

Saat jam istirahat akhirnya ku tanya ke Tora tentang kejadian kemarin. Ia mendadak pucat dan terdiam. Heran dengan reaksinya, aku semakin penasaran. Tapi Tora gak mau memberitahuku sampai jam kerja selesai.

"Bang Tora, kenapa gak mau ngasih tau sih?" pintaku seusai kerja.

"Sabar dikit lah. Ini juga mau ku kasih tau, tapi tutup toko dulu." sahutnya sambil nutup pintu toko, lalu dia duduk di salah satu bangku pelanggan yang bersebrangan dan mulai bicara.

"Tri, luka-luka itu kau dapet dari mana?"

"Lah, kok balik nanya sih?"

"Cepet jawab." katanya tegas. Aku sempet kaget, lalu kuceritakan kejadian semalam.

"Duh, begonya aku." umpat bang Tora ke dirinya sendiri sambil nepok jidatnya.

"Sori aku gak pernah ngasih tahu kamu kalo di daerah sini berbahaya kalo di atas jam 11 malam, sering ada geng yang berkelahi. Untung kamu gak apa-apa."

"Gak apa-apa darimana?! Bonyok gini dibilang gak apa-apa?"

"Kamu masih bisa jalan, kamu masih hidup, itu harus disyukurin. Banyak berita tentang perang geng itu memakan korban jiwa. Ya walau terus ditutupi oleh pemerintah setempat. Jadi hanya penduduk lokal yang tau kejadian ini."

"Emangnya ada apa sih bang sampe ada geng di tempat sedamai ini?" rasa penasaranku mulai timbul.

"Emang kamu asli mana?" Tora menanyaiku keheranan. Sepertinya hal itu sudah menjadi hal biasa.

"Eng... Jakarta Timur." jawabku asal. "Jelasin dong bang, biar saya gak ketimpa sial lagi kayak semalam." pintaku ke bang Tora.

Setelah mendengar penjelasan bang Tora aku pulang dengan perasaan was-was. Yang benar saja, tempat ini benar-benar aneh.

CeriA! Cross overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang