Arc 2 Serangan Pertama ch 07

2 0 0
                                    

Pantulan cahaya menari-nari dari serpihan cermin yang pecah setiap kali aku menggerak-gerakkan kepala untuk menghibur diri. Udara dingin tapi kering berbau mesiu terus mengalir di ruangan ini. Mengelus-elus pipiku yang berbau amis bekas aliran darah kering dari jidatku.

Hanya berjarak kira-kira 5 meter aku bisa ke tempat cahaya yang menari itu. Tempatku gelap gulita, mataku dibutakan serpihan cahaya yang masuk dari kusen tak berpintu di depanku.

Hanya dapat melihat selangkangan dan kaki yang tertekuk , keduanya diikat pada kaki kaki kursi yang sedang ku duduki. Begitu pula lenganku, melekat satu sama lain di punggungku.

Energiku sudah habis akibat berteriak-teriak dan mengumpat sejak tadi. Ini membuat amarahku padam dengan sendirinya. Ku hanya sedang memikirkan bagaimana caranya bisa lepas, tapi belum ketemu jalan keluar sampai sekarang.

Aku belum makan sejak siang tadi. Seingatku hanya sebatang permen lollipop yang ku emut sebentar. Ah... lapar nya... Untuk kembali tertidur pun tak nyaman, sial.

30 menit sepertinya sudah berlalu mataku mulai redup dan terasa berat...

DAK!

Sebuah bayangan hitam lurus mengarah ke depan dan menghantam dadaku.

Terbatuk dan tersungkur kebelakang, sepertinya aku di tendang. Untung saja kepalaku tidak terkantuk. Belum selesai di situ, kakiku dicengkram dan badanku diseret ke arah depan. Perlahan aku memasuki ruangan bercahaya. Aku mengernyitkan mata agar dapat menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Bangun!" seru suara yang ku kenal.

DAK!

Dia menendang kursi yang ku duduki, membuat posisiku sedikit tergeser kebelakang.

"Ya sini bantu aing. Sia ini tolol ya? Gimana aing bangunnya kalo posisi gini?" kataku padanya.

"Apa?!" Sepertinya aku akan dihajarnya lagi. Aku mendengar langkah kakinya menghampiri.

"Hentikan Akaze!" perintah suara yang baru ku dengar membuat langkah itu berhenti. "Bantulah dia bangun dan bawa mendekat dengan kita. Toh, dia tamu kan?" ucap suara itu lagi.

Suara langkah kembali mendekat. Namun kali ini dia berdirikan kursiku dan diseret agak ke tengah ruangan, berhadapan dengan sebuah meja yang tetap terlihat kotor walau dilap berkali-kali. Yah, ternyata memang Akaze dan ketuanya, aku lupa namanya.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya orang yang dari tadi mentitah Akaze.

"Lapar. Bahkan sulit untuk bicara." jawabku santai.

Lalu dia beranjak menjauh dari meja dan mengambil sesuatu. Hidungku mulai bekerja, aroma yang mengundang selera mendekat bersamanya. Ditaruhnya semangkuk katsudon di depanku. Membuat perutku makin bergemuruh minta cepat diisi.

"Makanlah" katanya.

Ku diam sejenak dan berfikir. Orang-orang di sini memang bodoh ya?

"Sori pak, gimana aing makannya? Lihat ada yang salah?" kataku.

"Oh, benar. Maaf." lalu dia menggambil sesuatu lagi.

"Ini, pakalilah." diletakannya sepasang sumpit di atas mangkuk itu.

Tolol mereka ini di buat-buat apa enggak sih?! Tanganku kan masih terikat!

"Ehem. Kondisi begini gimana aing mau makannya?!" protesku lagi.

"Oh, iya." sekarang dia membawa kecap asin dan menuangkannya sedikit ke mangkuk.

"Oke, silahkan." ucapnya dengan senyum.

BAZEEENGG! Otaknya kepleset ini mah. Tangan aing masih diiket. Apa aing disuruh makan kek anjing pake mulut langsung?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CeriA! Cross overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang