Arc 2 Serangan Pertama ch 04

1 0 0
                                    

Menyebalkan, kenapa aing sok-sokan dan serakah sih? AAAAAhhhh...!!!

Pagi ini ku sesali lagi keputusan yang kubuat beberapa hari yang lalu.

Anjink, anjink, anjik! Kan...

...

Kekesalan ku tumpahkan pada meja yang sedang ku lap. Benar saja, meja itu mengkilat disertai catnya yang mengelupas. Sial, semoga Pak Haji gak tau.

Rutinitas kehidupan normal kembali mewarnai hariku. Bekerja sebagai tukang bersih-bersih di sebuah kedai ramen yang biasa-biasa saja, dan ini menunjukan aku gak bisa cari gawe.

Aing kan niatnya nangkep list buronan-buronan itu, kenapa kembali lagi ke sini argh..

Emang gak semudah yang ku kira, kemarin sudah seharian ku cari-cari keliling kota dan tempat-tempat aneh, tetap saja gak ketemu. Gak ada seorang pun yang kulihat mirip di list ini kecuali Akaze.

Argh sial kan, kenapa gak aing tangkep aja tu bocah kemaren. Jadi sekarang pasti bisa santai.

"Hey Simetri, mau sampai kapan kau ngelap meja itu terus menerus? bersihkan meja yang lain lah." suara Pak Haji membuyarkan lamunanku.

Ku hanya menatapnya dan mulai membersihkan meja lain. Sifat yang tegas terpancar dari bentuk wajahnya. Dia orang yang cekatan, namun tidak ramah ke pelanggan. Mungkin toko ini sudah tutup kalo tidak ada Tora yang menebar senyum kepada semua pengunjung, yah apalagi ditambah aku di sini, malas sekali rasanya beramah tamah yang tidak perlu.

Di dunia sebelumnya, ku jarang sekali berinteraksi dengan orang lain kecuali 2 partnerku dulu, mereka menerima ku apa adanya, haha.. Sial, rasanya aing seperti dibuang ke tempat yang membosankan tanpa mereka. Ah.. apa mereka ikut terseret kesini ya..

"Hey Simetri, kalo gak ada pekerjaan rapikan alat-alat di dapur sana, dari tadi ngelamun aja!"

"Iya iya..." jawab ku malas sambil bergegas ke dapur.

"Yo!" Tora menyapaku. Dia sedang menguleni adonan untuk dijadikan mie nantinya.

Ku hanya membalasnya dengan anggukan, dan mengecek apa yang perlu diatur.

"Simetri kau di suruh apa sama bapak?"

"Beres-beres... Ya walau gak tau mana lagi yg harus diberesin."

"Haha, kalo gitu bantu sini. Kamu uleni adonan tepung."

"Gimana caranya?" yah setidaknya ada kerjaan, dari pada diem dan dibacotin Pak Haji.

Lalu Tora mengajariku cara menguleni adonan yang asalnya dari tepung menjadi liat seperti clay. Setelah ku mengerti, dia mulai membuat mie menggunakan tangan kosong dari pilinan adonan yang mengeras. Cukup mengesankan, dan ku tau itu dibutuhkan keahlian khusus dan waktu untuk belajar,walaupun aku tak begitu tertarik mempelajarinya. Itu sebuah tontonnan yang menarik.

Tak lama kemudian, toko dibuka. Yak mendekati jam makan siang, sebentar lagi pasti penuh dan sibuk. Bukannya ku malas, hanya saja ku tak terbiasa pada pelanggan.

"Simetri antarkan ini pada meja 2 dan 4, lalu minuman pada meja 5, lalu bereskan bila ada meja yang sudah selesai" sial, satu persatu napa? Kedai kecil begini pun bisa sesibuk ini, tak terfikir bila besar...

"Siang, sedang sibuk ya Pak?" ku dengar suara yang familiar ku coba cek keluar, 2 orang gadis sedang bercakap-cakap dengan Pak Haji.

"Ah, tidak. Mari, mari, mau pesan apa?" jawab Pak Haji sambil menuangkan ramen di beberapa mangkuk.

"Simetri! Antarkan ke meja 3!" perintah Pak Haji padaku. Mau tak mau ku menghamipiri untuk mengantarkan mangkuk ramen itu pada tujuannya.

Rupanya 2 gadis itu Aster dan entahlah siapa. Ku mendekat untuk mengambil pesanan dari Pak Haji.Tak sengaja mataku berpapasan dengan Aster, tiba-tiba dia mengalihkan pandangannya. Sepertinya dia memperhatikanku sejak tadi.

CeriA! Cross overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang