Arc 1 Akaze ch 02

1 0 0
                                    


Empat wilayah, 4 penguasa, 4 kepala, dan 4 ketamakan. Itulah informasi yang bisa kudapat dari cerita bang Tora tentang kota ini. Siang hari para manusia berakal berkumpul, dan pada malam hari para manusia bernafsu binatang berkumpul.

Hal ini bagai Yin dan Yang, berdampingan namun bertolak belakang. Saat kuceritakan tentang kejadian yang menimpaku, Tora meminta maaf. Bukan salahnya juga sih tidak memberi tahuku lebih awal, aku pun tidak menyalahkannya.

Selain 4 geng besar ada juga beberapa geng kecil. Katanya yang menguasai daerahku menggunakan lambang Macan atau Maung.

Kalau di duniaku sebelumnya, lambang itu dipakai sebagai lambang klub bola asal Bandung itu sendiri. Sekarang lambang itu digunakan untuk meneror orang lain.

Jauhi orang yang memakai jaket berlambang Maung, pesan Tora. Lagipula aku tidak sebodoh itu untuk melibatkan diri dengan mereka.

________________________________________________________________________

Senin sampai Jumat kulewati seperti biasa, aku sudah mulai terbiasa dengan hiruk pikuk tempat aku berada sekarang. Ternyata di sebelah tempatku bekerja ada toko bunga.

Sesekali kulihat ada gadis yang merapikan bunga-bunga di toko. Wajahnya gak kelihatan jelas dari sini, tapi yang pasti rambutnya diikat model ponytail. Aku gak berani nanya bang Tora tentang gadis itu, yang ada aku habis diledekin.

Selesai kerja aku baru ingat sekarang malam minggu, kulihat jam menunjukan pukul 10.15 malam. Aku bergegas pulang, takut kejadian seminggu lalu terulang lagi, kejadian itu masih bikin trauma.

Namun saat keluar toko kulihat mbak penjaga toko bunga sedang menutup pintu tokonya, sepertinya ia baru pulang juga. Saat dia berbalik dia melihatku dan tersenyum.

Cantiknya... batin ku. tak bisa lepas beberapa saat mataku menikmati sebuah senyuman tadi.

"Baru pulang?" suara itu membuyarkan lamunanku, ternyata dia berbicara kepadaku.

"Eh? Iya." jawabku salting. Jadi ingat jam segini berbahaya pulang malam-malam, apalagi kalau cewek.

"eh mau bareng mbak, ke halte?" tanyaku spontan.

"Oh enggak, rumah saya dekat sini." aduh malunya, sok tau terus ngajak ngajakin lagi.

"Oh gitu, jadi jalan kaki ke rumah sendiri?"

"Iya."

Duh malem-malem gini cewek jalan sendiri kan bahaya apalagi muka kaya biadari gitu..

"Eh? saya antar ya..." tanyaku bego.

"Gak usah, nanti ngerepotin. Udah biasa kok."

"Tapi kan sering ada geng berkeliaran jam segini. Malah saya ngerasa bersalah kalo ninggalin cewek sendirian malam-malam hehe." dengan segenap ke geeran ku mengucapkan hal ini.

"Umm, yaudah deh mas. Makasih banyak ya, saya jadi gak enak ngerepotin gini."

Yes, berhasil!, pikirku girang sembari gugup ku nemenin teteh ini pulang. dan benar saja jalannya sepi banget bahaya jalan sendirian disini apalagi cewek. Oh iya ku belum tau namanya, kami masih agak canggung tapi kuberanikan untuk membuka obrolan lagi

"Oh iya, kita belum kenalan, Sori nama saya Simetri."

"Eh... Iya ya, nama saya Aster. Sebelumnya makasih udah mau nganterin saya A' Simetri." jawabnya sambil tersenyum.

Dia senyum lagi..Senyumannya manis banget, bikin aku tambah gugup.

"eh? Ii..ya, tiap hari lewat sini?"

"Iya... lewat sini paling deket abisnya."

"Kenapa gak pake sepeda aja? Jadi bisa lewat jalan gede gak akan sesepi ini".

"Saya gak punya sepeda. Lagipula udah biasa jalan gini juga sih."

"Oooh gitu ya..."

Terdiam kami berjalan suasana sunyi tenang karena ku juga gak tau topik apa yang bagus buat obrolan juga. Dan gak kerasa kita udah nyampe di rumah nya Aster.

Disini saat ku mau pamit dia ngasih kartu nama dan mengucapkan selamat malam beserta senyuman yang ke 3, aku sedikit geli padahal kalo mau ketemu kan tinggal ke toko sebelah.

Sambil jalan pulang ku tatapi kartu nama itu, Aster Hana, dengan kata lain bunga Aster hmm..nama yang bagus..

________________________________________________________________________

catt*

sory ilustrasinya buru" bgt baru aj bgt di gambar jd harap maklum, dan persetan dengan proporsi

CeriA! Cross overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang