Gelap redup dan panas.
Semua itu menghilang dan sirna ketika dia memasuki ruangan. Semua menjadi tegang, tidak ada yang berbicara. Tiap langkah yang dilaluinya diiringi suara hentakan yang berat, seakan bernafaspun harus meminta izin. Aku hanya tertunduk diam.
Dia duduk di bagian meja paling jauh dari kami. Dengan wajah tidak bersahabat menatap kami satu persatu. Aku tak berani beradu tatapan dengannya.
Beberapa detik kami semua diam membisu, tak ada suara yang keluar. Hanya terdengar suara putaran kipas terseok-seok di ujung ruangan.
"Kalian tau kenapa saya meminta kalian berkumpul sekarang?" dia membuka pembicaraan.
Ya, dia Ketua kami. Sebagai salah satu geng paling berkuasa di kota, bukan hal aneh memiliki ketua seperti dia. Geng kami, TORA tidak akan sehebat ini tanpa dirinya. Dan hal itu pula yang membuat geng TORA ditakuti, tak hanya oleh masyarakat luar bahkan kami sendiri, para anggotanya.
Tidak ada yang menjawab, semua diam dan saling melirik. Aku sebenarnya tau apa maksud ketua, mungkin yang lain juga tau, hanya terlalu takut untuk angkat bicara.
"Kenapa tidak ada yang menjawab? Saya tau kalian mengerti apa yang saya tanyakan."
Keadaan makin tegang keringat kami bercucuran bukan akibat suhu udara, melainkan rasa takut.
"Kutanya sekali lagi. Bila tidak ada yang menjawab, kubuat kalian tidak bisa menjawab selamanya."
"Maafkan kami ketua..." seseorang mulai berbicara. Aku dapat melihat rasa takut yang amat sangat di ekspresi wajahnya.
"Oh kamu. Cepat, apa jawabannya? " ketua kami mengatakan hal itu dengan ekspresi datar , namun itulah yang membuat serasa makin mencekam.
"Y-ya ini berkaitan dengan masalah g-g-geng Rubah Putih...?" orang itu sangat gugup, semua ucapannya seperti tertahan.
"Tuh kamu tahu. Saya di sini memang akan membahas hal itu." lalu dia melanjutkan.
"Kalian tau masalah ini sangat merugikan kita... dan mengapa? Mengapa hal itu bisa terjadi?"
"...."
"JAWAB!" suara ketua meninggi, nafasku benar-benar tertahan di sini.
"Maaf ketua..." kami semua serentak meminta maaf.
"Sudah saya bilang tidak ada untungnya mengusik geng-geng kecil seperti itu. Apa yang kalian lakukan membuat kita menanggung malu!"
"Demi memperebutkan sebuah tempat yang lokasinya tidak strategis, nama kita tercoreng!
Selama saya memimpin, tidak pernah ada yang namanya kekalahan!"
"Kalian tau kenapa? Karena dulu kalian menurut komandoku saja, tidak mengambil yang inisiatif tidak berguna seperti sekarang!"
Ketua berhenti sebentar dan melanjutkan keluhannya.
"Sekarang? Rubah Putih seimbang dengan TORA. Rumor ini menyebar dan itu gara-gara kalian tidak becus mengontrol bawahan kalian! Memangnya kalian pikir karena siapa kalian bisa merasa superior dibanding geng lainnya hah?!"...
Tidak pernah kulihat ketua semarah ini. Baginya nama geng TORA itu seperti namanya sendiri. Kami hanya bisa menunduk, mendengarkan, dan berharap tidak mendapat hukuman. Kabarnya RIRIO ketua sangat menakutkan. Aku belum pernah melihatnya dan berharap tidak akan melihatnya. Membayangkannya saja sudah ngeri, apalagi mengalaminya? Walaupun memiliki RIRIO belum tentu aku bisa menandinginya.
"Jadi sekarang apa solusi kalian untuk mengatasi hal ini?" ketua mulai bertanya lagi kepada kami.
...."Izin untuk bicara ketua." seseorang mulai angkat bicara. Ketua menganggukan kepalanya, tanda mempersilahkan orang tersebut untuk mengatakan pendapatnya.
"Bagaimana jika kita berantas semua anggota kelompok Rubah Putih? Dengan begitu kita dapat mengembalikan nama kita seperti dulu." utarnya.
"Maaf mengintrupsi ketua. Bolehkah saya berpendapat?" anggota yang lain menanggapi. Aku kenal dia, namanya Jek. Sayangnya aku jarang mendengar dia berbicara jadi tak begitu tau tentangnya.
"Percuma. Rubah Putih sekarang pasti sudah bubar. Mereka tidak bodoh dan sayang nyawa. Yah bila tidak bubar, mereka pasti merencanakan penyerangan berikutnya. Mereka tidak mungkin melakukan hal itu terang-terangan, sehingga mereka akan sulit untuk ditemukan.", dia mempause dan melanjutkan.
"Bila keadaan terus seperti ini, bukan hal yang mustahil geng lainnya melakukan hal yang serupa. Di sini bukan hanya nama kita yang terancam, namun keberadaan kita. Aku tidak bermaksud merendahkan posisi kita ataupun meragukan kekuatan ketua. Tapi kejadian kemarin adalah bukti nyata. Kesewenang-wenangan bawahan kita yang sok itu, bagai bumerang yang kita lemparkan. "
"Lalu apa saranmu?" tanya ketua pada Jek.
"Begini ketua. Untuk ukuran jumlah, anggota kita paling banyak diantara geng lain. Karena hal ini juga yang membuat kita susah untuk mengontrol pergerakan kelompok. Jadi kita sebaiknya membuat unit baru.. Kelompok yang lebih kecil dengan informan di setiap regunya, kita tempatkan kelompok ini menyebar di sekitar pos utama. Sehingga bila kita diserang di titik tertentu, unit di sekitarnya bisa membantu pos terdekat yang diserang."
"Bila mereka menyerang langsung markas utama, bukannya tempat ini menjadi kosong tak ada massanya?"
"Justru sebaliknya ketua. Mereka tidak akan pernah sampai ke markas utama karena kita akan langsung tau pergerakan mereka. Dengan informasi dari informan kita, hal ini membuat kontrol anggota kita lebih mudah. Semua unit memiliki daftar nama, dan bila ada penghkianat akan lebih mudah mengkekang pergerakan mereka."
"Hmm, boleh juga rencanamu, Jek. Lagipula anggota kita butuh disiplin. Tak ada ampun bagi mereka yang berkhianat, terutama yang berada di ruangan ini sekarang."
"Bila kalian berkhianat, saya yang akan turun tangan langsung.", Ketua mengatakan itu sambil menekan meja yang kita gunakan, membuat kaki-kaki meja itu berdecit-decit.
"Tak ada saran lagi? " ketua bertanya memastikan.
"Tidak ketua." kami menjawab serempak. Kulihat senyuman di mulut Jek, walalu hanya sekilas lalu sirna.
"Oke, Jek, kamu pimpin rencana ini. Saya beri kekuasaan untuk mengatur mereka yang tidak becus ini"
"Dengan senang hati ketua."
Ketua benar-benar yakin rencana ini yang terbaik. Ku dapat melihat ekspresi sedikit puas dan lega di wajahnya. Mungkin rencana ini dapat menyelesaikan berbagai masalah yang nanti akan muncul. Beberapa diantara kami ada yang tidak setuju, tapi tidak juga menyangkal keputusan ketua. Jek mungkin memadai dalam hal seperti ini, dan kupikir ini bukan rencana yang buruk.
Tapi kurasakan firasat tidak enak, bukan dari ketua ataupun dari Jek. Entah dari mana, tapi rasanya akan berdampak pada kelompok kami di masa yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CeriA! Cross over
ActionTulang punggungku rasanya masih kaku saat ku selidiki negara ini memiliki sejarah yang berbeda, apa yang terjadi.. Indonesia berserikat dengan Jepang?!, mata uang berbeda, tidak ada yang ku kenal,pesan aneh muncul tengah malam, dan Bandung terbagi m...