(2) MPLS

64 15 2
                                    

'Senja'

Setelah menikmati liburannya, Azka kembali memasukki sekolahnya, lebih tepatnya ia akan mendidik adik kelas barunya yang akan melaksanakan MPLS.

Parkiran sekolah sudah ramai, terbukti saat ia masuk, parkiran sudah terisi oleh mobil dan motor yang terparkir rapi di sekolahnya.

"Bro, tumben lo siang datengnya?."

Azka melirik ke kanan sekilas, melihat sahabat dekatnya, lalu memutar bola malas.

"Dateng pagi salah, dateng siang juga salah, mau lo apasih Zal?."

Rizal tertawa keras, ia memegang pundak sahabatnya lalu menunjuk seorang gadis yang baru memasukki sekolah mereka.

"Lihat tuh, maksud gue, sekarang bakalan banyak murid baru di sini, kenapa gak pagi datengnya lo? Kan lumayan buat cuci mata, apalagi kalo kita jadiin mereka kekasih kita?."

Kepala Rizal dijitak oleh Azka, Rizal meringis kesakitan, tapi Azka tak memperdulikan itu, ia cepat-cepat meninggalkan sahabatnya yang gesrek itu.

Langkah Azka yang lebar membuat Rizal mendengus kesal, ia.mempercepat langkahnya.

Hingga ia mematung, saat tiba-tiba saja melihat seorang gadis terjatuh di depan Azka, entah siapa yang menabrak, tapi dapat Rizal lihat gadis itu menahan sakit di bagian bokongnya.

Azka melipat tangannya di depan dada, menatap datar pada gadis itu, ia mendengar ringisan yang keluar dari bibir gadis itu, tapi ia tak peduli itu, ia lebih memilih untuk melanjutkan jalannya.

Sedangkan gadis itu mendengus kesal, ia melihat lututnya yang berdarah, hingga ia melihat sebuah tangan yang terulur di depannya.

Ia mendongak, ternyata bukan lelaki yang ditabraknya tadi yang membantunya, melainkan seseorang lelaki yang berambut cokelat, tapi cokelat bukan dari pewarna rambut, melainkan rambut naturalnya.

Lelaki itu tersenyum, menampilkan lesungpipinya.

"Lo mau liatin gue terus, atau mau gue bantuin?."

Ia cepat-cepat menyambut uluran tangan sang kakak kelas, dengan dibantu Lelaki itu memegang lengannya untuk membantunya, karena lututnya sekarang sangat perih karena susah jika harus berdiri.

Saat ia terbangun, ia melepaskan tangannya dari cekalan kakak kelasnya, ia tersenyum kikuk.

"Ma'af kak, emm makasih banyak atas bantuannya."

Kakak kelasnya yang tak lain adalah Rizal itu menyunggingkan senyum padanya, lalu menganggukkan kepala, setelahnya ia mengulurkan tangannya kembali, mengajak adik kelas barunya untuk berkenalan.

"Nama gue Rizal riananda hermawan, nama lo siapa?."

Matanya mengerjap dua kali, ia memperhatikan tangan Rizal yang mengambang di depannya.

Alis Rizal terangkat satu, lalu ia tersenyum tipis, ia rela membuang gengsinya hanya untuk berkenalan dengan gadis itu, apalagi gadis itu hanya terdiam tak menanggapi ucapan dan tangannya yang menggantung di udara.

"Lo gak mau kenalan?."

Sekali lagi matanya mengerjap, lalu membalas uluran tangan Rizal, sang kakak kelasnya.

Sunshine [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang