(9) Back to school

29 8 0
                                    

'Senja'


Seperti biasa Senja melakukan aktivitasnya yaitu sekolah, dia sungguh merindukan teman-temannya, apalagi bertemu dengan teman baru mereka, dan Senja melewati itu semua, dan kini dia harus memperkenalkan diri kembali sendiri.

"Ngelamun aja neng." Ucap Fini yang baru saja datang, gadis itu diantar oleh supir pribadinya.

Senja terlonjak kaget, dengan kesal ia melihat Fini yang hanya tertawa keras, mendapat tatapan tajam dari Senja, Fini menghentikan tawanya.

"Ma'af, ma'af, serem amat sih tatapan lo itu Ja, gak takut copot tuh mata?." Candanya.

Senja mendengus kesal, ia tampak melihat ke sekelilingnya, mencari seseorang, tapi yang ia cari belum juga memunculkan batang hidungnya sedikitpun.

"Nyari siapa sih lo?." Tanya Fini kesal karena dicuekkin Senja lagi dan lagi.

"Nyari temen-temen yang lain, tumbenan juga lo sendiri, Dinda, Syasya mana? Bukannya kalian suka bareng ya, kok tumben lo gak sama mereka?."

"Oh iya gue lupa Ja, kita gak sekelas sama mereka, kita kelas X.1 IPA, sedangkan mereka kelas X.2 IPA, dan untungnya lagi mereka itu sebelahan kelasnya sama kita, jadi gak jauh-jauh amat 'kan kalo kita ke kantin bareng."

"Betul juga ucapan lo, by the way, lu duduk sama siapa, masih ada kursi yang kosong gak, jahat banget kalo lo nggak nyisain kursi buat gue." Ucap Senja sedikit tertawa.

"Tenang aja, lo duduk bareng gue kok."

Senja merangkul Fini, temannya yang satu ini ternyata tidak melupakannya, dan dia mensyukuri itu.

Mereka berdua tertawa bersama, banyak pasang mata yang memerhatikan mereka berdua, bagaimana tidak? Mereka tertawa keras di sepanjang perjalanan mereka menuju kelas.

Di tengah lapangan, terlihat seorang lelaki berbadan tegap, dengan rambut coklatnya menatap kehadiran Senja.

Dia menepuk bahu Azka sebentar untuk sekedar pamit, pamit untuk menemui sang pujaan hatinya.

Azka melihat itu dengan sedikit penasaran, tapi ia tahu bahwa temannya itu tak bisa diam saja jika ada perempuan yang ia sukai, ia akan melaju lebih depan untuk mengambil hatinya.

"Dino kelas yuk?." Ajak Azka, karena di lapangan itu tidak ada yang spesial, yang ia lihat hanya pemandangan yang tak mengenakan matanya, apalagi tatapan adik kelasnya yang tak henti-hentinya memberikan pujian padanya, dan ia tak suka itu.

"Tapi gue mau ketemu sama Zeta dulu, lu duluan aja." Mau tak mau Azka mengangguk, lalu lelaki berambut hitam legam itu meninggalkan Dino.

Yang Azka tahu, sekarang Dino dan Zeta sudah menjalin hubungan semenjak MPLS kemarin, dan mereka terlihat sangat akrab saat acara tiga hari itu.

Rizal mendekati Senja yang masih setia tertawa dengan Fini, ia memperhatikan tubuh Senja dari atas sampai ke bawah.

"Hai Senja" sapanya saat sudah di depan gadis berambut lebat itu.

Fini berdehem, "Masa Senja doang yang disapa sih kak, kan ada gue juga."

Rizal terkekeh geli, lalu menyapa Fini juga, dan Fini menyapanya juga, sepertinya Senja tak ingin bertemu kakak kelasnya lagi, apalagi Rizal adalah sahabat Azka.

"kok gue bingung ya." Ucap Rizal.

Rizal melirik Senja dari ekor matanya, tapi gadis itu tak ingin tahu apa yang ia bingungkan, dan Fini yang bertanya, bisa disimpulkan, Fini sepertinya mempunyai rasa yang lebih pada kakak kelasnya.

"Bingung kenapa kak?." Itu pertanyaan Fini, Senja hanya melihat aksi kakak kelasnya yang akan mendekatinya, Senja sudah tahu itu, bukannya dia kegeeran, tapi ia dapat melihat itu dari kelakuan Rizal.

"Kalo Senja kan dateng sore hari, tapi kalo Senja mentari datang di pagi hari, apa karena gue ingin memandangi keindahan senja di pagi hari juga ya?."

Fini tergelak, lalu ia menepuk bahu Senja, "Rupanya kakak kelas kita sedang memberikan jurus gombalan ke lu Ja."

"Apasih Fin, ekhem, kak Rizal ma'af banget ya, gue mau pamit karena bentar lagi pelajaran dimulai." Alihnya, padahal jam pelajaran akan dimulai lima belas menit lagi.

Rizal akhirnya mengangguk.

"Yaudah kita pamit ya kai." Ucap Senja sesopan mungkin.

Senja dan Fini meninggalkannya, Rizal hanya bisa menatap sendu pada punggung Senja yang kian menjauh, ia harus lebih ekstra lagi agar mendapatkan hati Senja.

Tepukan di bahunya membuat Rizal menoleh, ternyata Azka yang sedang menatap iba padanya, lalu Azka memberikan senyuman mengejek.

"Lo lihat aja ka, gue bakalan dapetin dia bentar lagi, camkan itu."

Azka memiringkan kepalanya, lalu tersenyum miring, "Oke gue lihat, tapi gimana kalo lo belum juga dapetin dia selama sebulan ini?."

"Khem, gue yang nantang lo."

Azka menegakkan badannya, apa yang akan sahabatnya berikan? Apa ia jiga harus memacari adik kelasnya juga setelah Rizal?.

"Dan lo juga harus lakuin itu, dan gue gak mau tahu, lo harus dapetin dia selama sebulan kalo gue gak dapetin Senja."

"Maksud lo?."

Rizal tersenyum nakal, lalu menepuk bahu Azka, ada yang tidak beres dengan senyuman itu rupanya.

"Lo juga harus deketin Senja supaya dia mau jadi pacar lo, karena gue tahu lo juga suka 'kan sama dia?."

Azka melepaskan tangan Rizal yang merangkulnya, lalu menggeleng tak setuju, seenak jidat sahabatnya malah mengatur hatinya.

"Gak ada, apa-apaan sih lo Zal, terus lo mau gitu gue tikung dia?."

"Maksud gue bukan gitu Ka, karena gue lihat lo suka sama dia, jadi ya gue buat permainan ini. So, lo ngerti apa maksud gue 'kan, dan lo mau 'kan?."

Azka berfikir sejenak, dia akhirnya menggeleng lagi, dia tak bisa melakukan itu, gimana nanti jika terjadi sesuatu yang akan membuat Senja benci padanya, sekarang saja gadis itu sudah membencinya.

"Masa lo cetek sih bro, waah, kayanya emang lo tetep masih sama ya, masih nyimpen hati lo buat mantan lo itu?." Tanya Rizal tepat sasaran.

Azka menggeleng lagi sedikit ragu, dia meninggalkan Rizal daripada ia harus terkena virus sahabatnya lagi.

"Bentar lagi pelajaran bu Gebi, cepetan, kayak lo ga tau aja gimana killer nya guru itu." Ucapnya sengaja, karena Rizal paling takut guru kimia itu.

Dengan langkah malasnya Rizal mengikuti Azka, padahal dia tidak suka guru kimia yang kelewat galak itu, cantik tapi galak lebih tepatnya.

"Aahh Ka, kenapa sih guru itu selalu datang terus, ga pernah dia ijin gitu, atau gak sakit, gue aneh sama dia, udah galak, kuat banget lagi, hadeuh, makin ngeri dah gue Ka." Cerocos Rizal, sedangkan Azka hanya menanggapi dengan deheman ucapan sahabatnya.

Sunshine [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang