(7) Rumah sakit

42 8 0
                                    

'Senja'

Semenjak kepergian Rizal, mereka terdiam lama dengan keheningan, Senja juga sudah lama tidak sadarkan diri, mungkin pengaruh obat bius tadi, pelipisnya harus dijahit karena terdapat robekan.

Sebagai ketua OSIS, Azka merasa bersalah karena tidak bisa menjaga adik kelasnya, ia menggeram dalam hati, lalu ia menatap anggota OSIS di sana.

"Kalian pulang aja, biar gue yang jagain dia, Zeta, lo pulang bareng Dino aja, dan lo Chelsea, lo pulang bareng Farrel." Ucapnya.

Mereka berempat tampak melempar pandang, akhirnya Zeta mengangguk menyetujui dan mengajak mereka pulang duluan.

Teman-temannya sudah pulang lima menit yang lalu, dan Bundanya Senja belum juga menampakkan batang hidungnya.

Dengan jengah akhirnya ia masuk ke ruang inap, dokter sudah mengijinkannya untuk melihat Senja.

Sesaat ia terpaku melihat gadis itu sudah terbangun, Senja melihatnya dengan tatapan menyipit, Senja meringis karena pusing kembali mendera kepanasan.

Azka mempercepat langkahnya, lalu memegang kepala gadis itu, menatap Senja dengan tatapan khawatir.

"Lo gapapa?." Pertanyaan yang bodoh Azka, bisa-bisanya lo bertanya seperti itu pada Senja.

Senja membuka matanya, pusing di kepalanya sudah kembali normal, ia merasakan usapan lembut di kepalanya, ternyata lelaki itu yang memegang kepalanya.

"Ehh, ma'af." Azia menarik tangannya dari kepala Senja, Senja mengangguk lesu, ia menatap langit-langit kamar rawatnya yang berwarna putih, tidak ada warna seperti hatinya kini.

Akhirnya Azka menarik kursi di samping ranjang Senja, lalu ia duduk di sana, masih memperhatikan wajah gadis itu dengan seksama, gadis itu rupanya masih saja tetap cuek.

"Gimana kepala lo?." Tanyanya hati-hati.

Senja mengerjapkan matanya pelan, lalu melirik Azka sekilas, "Udah baikan."

Sikap Senja selalu dingin dan terkesan cuek padanya, padahal Azka adalah kakak kelasnya, ketua OSIS pula, tapi sikapnya tak pernah bisa hangat pada Azka, seakan semua kata yang keluar dari mulut gadis itu selalu dingin.

Azka menghembus nafasnya pelan, melirik pintu yang baru saja terbuka, menampilkan sosok wanita cantik, meski umurnya sudah terbilang tiga puluh lima tahun.

Wanita itu melangkah mendekati Senja, lalu memeluk erat tubuh puterinya, ia sangat khawatir saat mendapatkan kabar bahwa puterinya tenggelam di dalam Danau.

"Ya ampun sayang, kenapa bisa begini?." Tanya wanita itu pada anak semata wayangnya saat ia melepas pelukannya dan membiarkan Senja tidur kembali.

"Bunda gak usah khawatir, aku tadi cuma kepeleset aja di Danau." Ucapnya lembut.

Bundanya tersenyum pedih, lalu melihat Azka yang juga sedang melihatnya, Azka segera bangun dari duduknya, menyalami wanita paruh baya itu dengan sopan.

"Kamu tadi yang nelpon saya?."

"Iya tante, ma'af karena saya, puteri tante jadi begini." Azka melirik Senja sekilas.

Sunshine [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang