(23) Kecurigaan

26 2 0
                                    

'Senja'

Senja masih bergelut dengan selimut tebalnya, sedari tadi bundanya membangunkan Senja, tapi tidak juga gadis itu membuka mata lentiknya, udara pagi yang diguyur hujan membuatnya nyaman berlama-lama di atas kasur. Baginya sekarang adalah waktunya untuk memanjakan mata dan tubuh.

Bundanya menarik kaki Senja yang terjulur ke lantai, akhirnya tubuhnya terjatuh ke bawah, bundanya terkekeh-kekeh sambil menutup mulut agar ketawanya tidak terdengar keras.

"Aaa bunda, Senja masih ngantuk." Gerutunya.

"Ini udah siang sayang, masa kamu gak sekolah sih?." Tanyanya, lalu merapikan rambut Senja yang berantakan.

"Masih pagi kan bun." Senja mengucek matanya perlahan, suara paraunya tidak bisa melawan bundanya.

Bundanya mendesah berat, menarik lengan Senja agar terbangun, akhirnya Senja bangun juga dengan mata yang terpaksa terbuka.

Sambil merancau tidak jelas, Senja melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi, lalu menarik handuk yang digantung di belakang pintu kamar. Bundanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak gadisnya jika hujan, Senja selalu menikmati dinginnya di dalam rumah, tapi jika menyangkut soal ayahnya, maka dia akan menerobos hujan walaupun dalam keadaan sakit sekalipun.

"Bunda harap, kamu bisa mengikhlaskan ayah Ja." Gumam bundanya melihat foto Senja dan ayahnya yang dipasang di atas nakas.

Satu tetes air mata terjatuh dari pipinya, bundanya tersenyum pedih, di matanya tersimpan makna yang besar untuk suaminya, suami yang sudah meninggalkan dirinya selama lima tahun ini.

"Anakmu sudah besar mas, aku harap kamu bangga padanya, sekarang dia jadi anak yang cantik, pintar, andaikan kamu masih ada mas, kamu pasti bangga." Senyuman itu pudar lagi di bibirnya. Menyisakan sakit yang amat perih di lubuk hati.

******

"Pagi Fin." Senja menyapa temannya, Fini sudah duduk manis dengan tangan yang lihai bermain game online.

Fini hanya mengangguk membalas sapaannya, Senja melihat Dinda yang sibuk dengan tatanan make up di mukanya, sedang satu lagi Syasya seperti biasa sedang menyantap sarapan yang dibekalkan dari rumah. Tipikal anak rumahan.

"Hai Din, Sya, pada sibuk amat sih." Gerutunya, Senja duduk di samping Fini, lalu menoleh permainan yang dimainkan oleh sahabatnya.

"Pantesan." Gumamnya, Dinda menaruh peralatan make up-nya, lalu menoleh pada Senja, alisnya mengerut menilai penampilan Senja dari atas ke bawah.

"Eh, Ja, kok gue perhatiin lo kaya makin kurusan gitu ya?."

Senja mengedikkan bahunya, "Gue juga gak tahu Din, mungkin karena sakit kemaren kali." Ucapnya tidak peduli.

Syasya juga ikut menimpali, "Iya loh Ja, lo makin kurusan, lo kenapa sih?." Tanyanya tidak percaya karena ucapan Senja tadi.

Sunshine [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang