(17)Harapan Lili

30 5 2
                                    

Di pagi yang cerah di hari minggu Azka mengajak adiknya untuk jalan sekedar mengelilingi kota Jakarta, ke mall seperti biasa berbelanja ataupun mencari sesuatu yang membuat Lili bahagia.

Orangtuanya yang sudah pergi ke Belanda selalu mengirimi Azka uang lewat ATM, dan Azka tidak akan khawatir jika uangnya habis, walaupun ia kecewa pada orangtuanya, tapi ia masih bisa menerima apapun yang mereka berikan.

Lili di sampingnya sedang memainkan kubik, sesekali alisnya mengerut karena kebingungan mengotak-atik mainan itu.

Dengan kesal ia menjambak rambutnya, sehingga Azka menatap horor ada adiknya، lalu menarik tangan Lili yang tadi menarik rambutnya.

"Li, ngapain narik rambut?."

Lili mengerucutkan bibirnya lucu, lalu menunjukkan kubik itu ke depan Azka, Azka menggelengkan kepalanya, lalu fokus kembali dengan kemudinya, lampu sudah berubah menjadi hijau.

"Kalo kamu jambak rambut gitu nanti pusing loh, lagian kalo Lili gak bisa nyusunnya nanti kakak ajarin deh."

Ucapan Azka membuat Lili memekik girang, lalu memeluk lengan Azka yang bebas tidak memegang stir, Azka tersenyum manis, sebersit rasa sedih tiba-tiba menyergap hatinya, memikirkan adik kecilnya yang sudah ditinggal oleh orangtuanya.

"Li, kalo besok kamu ada kegiatan gak di sekolah?."

Lili menggeleng, lalu menatap kakaknya penasaran, mungkin kakaknya akan mengajak Lili jalan-jalan lagi.

"Emang kenapa kak? Mau ajak Lili jalan-jalan ya? Wah, kakak emangnya gak sibuk di sekolah kak? Kakak kan ketua OSIS." Ucap Lili.

Walaupun Lili masih berumur tujuh tahun, tapi dia sudah tahu tentang ketua OSIS, karena Azka sering bercerita banyak tentang kegiatan Azka di SMA, apalagi Lili yang selalu ingin tahu.

"Nggak jalan-jalan, kakak cuma mau ngunjungin suatu tempat, kakak ajak kamu, buat ngenalin Lili sama dia."

Mata Lili berbinar lagi, kali ini manik cokelatnya terlihat lebih cerah, kakaknya selalu membuat Lili senang dengan perhatian kecilnya.

"Pacar kakak bukan?."

Azka terdiam, lalu mengacak rambut adiknya gemas, Lili mengerucutkan bibirnya lagi karena rambutnya berantakan ulah kakaknya.

"Bukanlah Li, udah kamu jangan banyak tanya dulu, kakak mau fokus nyetir."

Lili melepaskan pelukannya dari lengan Azka lalu memberikan hormat pada sang kakak, Lili kembali memainkan kubiknya.

'lihatlah, mah, pah, Lili masih bisa tertawa meskipun tanpa kalian, apa kalian masih bisa kerja di luar negeri tanpa memikirkan perasaan dia?.'

Selama ini Azka memang diam soal Lili yang tinggal bersamanya, dan orangtuanya yang memaksa untuk tinggal di Belanda, Azka menentangnya, setalah ia nyaman berada di Indonesia, mendapatkan teman-teman yang baik, orangtuanya tiba-tiba muncul dan menyuruhnya untuk melanjutkan sekolah di Belanda.

Mereka sampai di sebuah Mall di Jakarta, Azka memarkirkan mobilnya, lalu melepaskan sealt-belt, menyuruh Lili untuk turun dari mobil dan melepaskan kubik.

Mereka berdua memasuki mall itu selalu menaiki eskalator, Lili dengan antusias menarik tangan azka untuk bermain di timezone.

Mereka menghampiri permainan yang didalamnya berada boneka dimana Azka harus mengambil boneka itu dengan mainkan tombol-tombol.

lili memasang wajah sendu saat azka tidak dapat mengambil boneka itu, azka juga menghentakkan kakinya ke lantai, lalu memetik jarinya di atas kepala ya punya ide.

"Mendingan kita beli aja bonekanya daripada mengambil di sini belum tentu 'kan minta dapetin bonekanya."

Lili semakin mengerucutkan bibirnya, lalu menarik tangan azka ke sebuah toko yang menyediakan banyak boneka, lili tersenyum saat melihat sebuah boneka beruang yang berwarna pink seperti boneka yang dikasih oleh seseorang beberapa waktu yang lalu dan ia berinisiatif untuk membeli boneka itu.

"Kak aku mau beli yang ini aku inget kakak cantik itu mengasih boneka beruang ke Lili, nanti Lili ketemu dia lagi mau ngasih boneka ini sebagai hadiah pertemanan dari Lili, gimana kak menurut kakak?."

Azka mengangguk-anggukkan kepalanya setuju.

________

Azka dan Lili mampir ke sebuah restoran cepat saji di Mall, Lili segera duduk dengan memeluk boneka beruang berwarna pink, sedangkan Azka sedang memilih menu untuk mereka makan.

"Kak, kalo misalkan aku jodohin kakak sama dia gimana kak? Sama kakak cantik?."

Pertanyaan dari Lili membuat Azka menatap shock, adiknya berbicara seenaknya saja, menjodohkan dirinya dengan pilihan adiknya, gimana nanti kalau cewek itu gak sesuai dengan pilihannya.

Azka menggeleng berkali-kali, menolak permintaan Lili dengan tegas, "Kan kakak belum kenal sama dia Li, masa kamu main jodoh-jodohin aja sih sama dia."

"Kan nanti Lili kenalin ke kakak, lagian kakak itu juga cantik, terus baik lagi, masa kakak ga mau sama kakak cantik?."

Azka terkekeh pelan, lalu mengacak rambut Lili gemas, adiknya masih kecil, tapi main menjodoh-jodohkan saja, apalagi Azka yang selama ini belum mau menjalin hubungan lagi dengan seorang gadis, baginya gadis yang harus ia sayangi sekarang adalah Lili seorang.

"Kalo kakak punya pacar, Lili gak cemburu kalo nanti perhatian kakak jadi terbagi sama orang lain? Terus nanti jarang jalan lagi sama Lili."

"Nanti kita jalan bareng kak, terus kalo pacar kakak main ke rumah nanti Lili ada temen buat main berbie, masa tiap main berbie sama kakak terus sih."

Lili merajuk, semakin mengeratkan pelukannya pada boneka beruang itu, dengan malas ia mengalihkan pandangannya dari wajah kakaknya.

Azka teringat sesuatu.

"Kakak mau ngenalin kamu ke seseorang, sore ini Li, kamu jangan cemberut gitu dong, kakak janji kalo ketemu sama kakak cantik kamu, kakak bakalan nembak dia deh, buat Lili kakak mau."

Ucapan Azka membuat kedua bola mata Lili berbinar-binar, semua ini Azka lakukan demi adiknya, agar adiknya bahagia, tapi ia teringat sahabatnya Rizal, apa katanya nanti jika Rizal tiba-tiba marah padanya karena tidak memenuhi perjanjian yang dia buat.

Semakin pusing Azka berpikir, akhirnya Azka memilih untuk memakan goreng kentang yang baru saja dibawakan oleh seseorang waiters.

"Kak Azka janji ya, nanti Lili juga janji gak berbuat apa-apa kalo dia udah jadi pacar kakak, ngga rewel lagi."

Azka tersenyum tipis, senyum yang dipaksakan agar adiknya merasakan bahagia, tapi siapa tahu bahwa perbuatannya itu akan membuat Lili bersedih.

"Kamu makan dulu yang kenyang, jangan bicara terus Li."

Lili menganggukkan kepalanya berkali-kali, lalu meminum jus strawberry miliknya, Lili menyimpan boneka itu di kursi sebelahnya, sebelum menyimpannya ia menepuk-nepuk boneka itu.

"Kamu duduk dulu disini, nanti Lili bakal peluk kamu lagi, kamu baik-baik ya, soalnya Lili bakal ngasih kamu ke kakak cantik."

Azka hanya menatap datar pada adiknya, sebesar itukah harapan adiknya agar kakaknya bersanding dengan kakak cantik pilihannya.

Sunshine [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang