(11) Sakit lagi

31 8 0
                                    


Dengan berbekal sepeda, juga jas hujan, ia menerobos lebatnya air hujan.

Setelah sampai, ia segera memarkirkan sepedanya di dekat pohon besar, lalu ia berlari ke kursi di tepian Danau.

Nafasnya tidak beraturan karena ia mengendarai sepedanya seperti kesetanan, ditambah juga jalanan yang sepi, akhirnya ia dengan leluasa kebut-kebutan di jalan.

Senja menduduki kursi itu, lalu menengadahkan kepalanya ke atas, air hujan kangsung membasahi wajahnya.

"Senja tahu yah kalo sore ini hujan, dan matahari tidak akan muncul, tapi Senja tidak ingin ada penyesalan yah. Senja ingin ayah kembali ke keluarga kecil kita, melengkapi keluarga kita."

Ucapan lirih dari mulutnya membuat seseorang di balik pohon besar itu mengernyit heran, apa gadis itu sedang menunggu seseorang di saat hujan lebat seperti ini?.

Ia masih melihat Senja yang duduk, kehadirannya tidak diketahui oleh Senja, karena selama seminggu ini ia mengendap-endap untuk melihat Senja yang selalu datang di sore hari.

Lelaki itu memakai payungnya, masih melihat Senja dengan penasaran, untuk apa gadis itu pergi ke Danau saat hujan, dan lebih anehnya lagi setiap hari gadis itu datang ke Danau, kecuali dua hari kemarin saat dia sakit.

Senja menatap awan yang masih menumpahkan airnya, tubuhnya menggigil hebat, karena kondisi badannya yang belum fit sepenuhnya, Senja memeluk tubuhnya sendiri.

"Ssshh, dingin." Senja tak kuasa lagi untuk menahan dingin yang menusuk tubuhnya, ia merasakan pening kembali di kepalanya.

"Bunda." Racaunya, ia memegang kepalanya yang seperti terhantam batu besar, matanya terpejam merasakan sakit yang mendera tubuhnya.

Sehingga ia terkulai lemas di kursi itu, dengan kepala yang menengadah ke atas, ia mendesis kedinginan.

Sedang di jauh sana, Azka cepat-cepat berlari saat melihat Senja membaringkan tubuhnya di kursi, ia merasa khawatir apalagi Senja baru saja sembuh.

"Hey, Senja." Ia menepuk pipi Senja pelan, sedangkan Senja mengatupkan bibirnya rapat, sambil memejamkan matanya.

"Bunda." Senja memeluk Azka tiba-tiba, sehingga payung yang dipegang Azka terlepas begitu saja, ia terlonjak kaget.

Azka memegang kening Senja, dia melotot, lalu meletakkan tangannya di bawah kaki Senja yang satunya ia letakkan di tengkuk Senja, ia menggendong Senja.

"Bertahan Ja." Gumamnya, sebenarnya ia pun bingung kenapa selalu melihat Senja di Danau ini setiap hari. Tapi saat ia bertanya lagi pada hatinya, ia tidak memiliki rasa apapun itu.

Senja semakin merapatkan tangannya memeluk leher Azka, tubuhnya kembali demam karena terlalu lama terkena air hujan.

Azka memasukkan Senja ke dalam mobilnya di jok belakang, untung saja hari ini ia bersama supirnya, karena ia sedang malas menyetir.

"Pak, jalan ke rumah sakit ya." Titahnya pada sang supir.

"Loh den itu siapa? Kok bisa pingsan gitu den?." Tanya supirnya khawatir, karena setahunya Azka tidak mempunyai pacar dan teman perempuan selama setahun belakangan ini, dan Azka pernah mempunyai pacar saat setahun yang lalu.

"Kelamaan kena hujan kayanya pak, cepet jalan pak."

Supirnya segera menjalankan mobil dengan kecepatan yang tinggi, ia takut Azka akan memarahinya nanti.

"Bundaa." Racau Senja membuat Azka melihat gadis yang berada di pangkuannya, kepala gadis itu ia letakkan di pangkuannya, lalu Azka membelai kepala Senja agar gadis itu tenang.

"Gimana ini pak?." Tanya Azka dengan khawatir.

"Di belakang ada handuk den, coba balut aja tubuhnya pake handuk, terus kasih minyak kayu putih supaya ngga kedinginan."

Dengan patuh Azka mengambil handuk, lalu dia menggosok rambut Senja pelan, setelahnya ia menyelimuti tubuh Senja dengan handuk itu.

Dia memberikan minyak kayu putih di pelipis Senja, ia tidak berani jika memberikan minyak kayu putih itu ke perut Senja, bisa-bisa ia kena damprat adik kelasnya saat dia bangun nanti, bagaimanapun Senja masih sadar.

Sunshine [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang