'Senja'
Hari kedua Senja melaksanakan MPLS nya, seperti biasa, ia akan menjadikan sepeda sebagai kendaraannya ke sekolah, karena hanya itu kendaraan yang ia bisa pakai, padahal Bundanya memiliki mobil dan motor, tapi Senja tidak bisa menggunakannya, karena ia takut jika terjadi kecelakaan saat di jalan.
Senja memarkirkan sepedanya di antara sepeda motor di sana, lalu ia berbalik.
Bruukk
Senja meringis kesakitan, bokongnya yang kemarin terjatuh saat sakit, kini malah mencium tanah lagi, kali ini tidak sesakit kemarin, karena ia menabrak seseorang itu saat ia berbalik, dan kemarin ia menabrak karena terburu-buru berlari mengejar waktu agar tidak telat.
Senja memberanikan diri untuk melihat ke atas, mulai dari sepatu, dilihat dari sepatunya itu seperti sepatu milik Lelaki, ia meneguk lidahnya, benar saja dia memakai celana abu-abu, lalu ia melihat seragam sekolah itu, bukan baju putih, tapi jas OSIS, ia meneguk salivanya susah payah.
Dengan takut ia melihat wajah lelaki itu, setelah melihat wajahnya, ia menelan salivanya susah, sambil meringis ia mencoba untuk berdiri dengan memegang sepeda motor di sampingnya.
Tapi tidak bisa, ia malah terjatuh lagi.
Lelaki di depannya berdecak kesal, lalu memegang bahu Senja untuk berdiri, ia kasihan juga padanya jika setiap hari harus terjatuh lagi.
"Kalo butuh bantuan ngomong, jangan sok kuat sendiri, lagian lo kayak hobby bener jatuh, kemaren aja jatuh, sekarang jatuh lagi."
Setelah bangun, Senja melepas tangan lelaki itu dari bahunya, lalu menatap tepat di manik matanya yang berwarna hitam.
"Lagian saya gak butuh bantuan dari kakak, tapi makasih atas bantuannya, saya permisi."
Dengan sopan Senja melangkahkan kakinya meninggalkan lelaki itu, tapi baru saja dua langkah, tubuhnya malah oleng ke kiri, dengan sigap lelaki itu menaham tubuh Senja agar tidak terjatuh.
Tatapan mereka sama-sama terkunci, apalagi dengan nafas Lelaki itu yang menerpa wajahnya, ditambah wajah tampan lelaki itu yang terlihat dingin.
Jantungnya terasa akan copot sekarang juga, dengan cepat Senja berdiri kembali, lalu menggeram kesal karena tubuhnya yang tidak bisa tahu situasi. Ia kembali menatap kakak kelasnya.
"Sekali lagi makasih kak, ma'af udah ngerepotin, saya duluan."
Belum sempat ia menjawab ucapan Senja, gadis itu sudah meninggalkan dirinya di parkiran.
Setelah Senja hilang di balik pintu kelas ruang MPLS, Rizal menertawakan tingkah laku sahabatnya, ia sampai tertawa terpingkal-pingkal, padahal tidak ada yang lucu menurutnya.
"Bwahahahaha, emang enak lu didinginin sama cewek? Gue salut sama tuh cewek, akhirnya bisa juga nantangin sikap lo Ka." Ucap Rizal.
Azka menatap datar pada Rizal, ingin rasanya dia menonjok muka sahabatnya, tapi ia masih punya hati, karena Rizal adalah sahabatnya yang paling setia tapi sedikit geser.
Azka mendengus kesal lalu meninggalkan Rizal begitu saja, lebih baik ia meninggalkan Rizal daripada harus mendengarkan sahabatnya itu tertawa mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine [ENDING]
JugendliteraturPertemuan mereka di saat senja tiba, pertemuan yang membuatnya penasaran sosok itu. pertemuan yang seharusnya tak pernah terjadi itu membuatnya penasaran dan penyesalan.